Banyak orang tidak tenang hatinya, bimbang dan ragu, bingung, berselancar di antara agama, mencari kampung langit, surga, dan Sukhavati (Surga Barat, mengacu pada tanah murni barat dari Amitābha dalam Buddhisme Mahayana. Red.). Dimanakah kampung kita berpulang? Banyak orang menghabiskan waktu seumur hidupnya, demi mencari hal yang dapat menenangkan hatinya.
Seorang dokter muda, sebagai kakak perempuan sulung dalam keluarganya, sangat cakap menjaga adik-adiknya, serius dalam mewujudkan keahlian medis, mendirikan klinik bersama suaminya yang juga dokter, klinik mereka pun selalu penuh pasien. Seiring bergulirnya waktu, kebahagiaan tercampak di suatu tempat yang tidak mencolok, lama kelamaan ia menghilang. Cinta itu tipis, perasaan itu jahat. Teganya sang suami berpaling darinya dan menjalin asmara dengan perawat di klinik, bu dokter ini pun terpaksa menopang kliniknya seorang diri, sembari membesarkan dua orang anaknya. Berkat hadirnya seseorang maka pernikahan telah mengakhiri kesepian. Juga dikarenakan seseorang itu, membuatnya semakin kesepian. Kekasih yang saling mengasihi, juga menjadi saling membenci, cinta menjadi martir pernikahan.
Klinik bu dokter ini, walaupun memiliki pengalaman medis yang kaya, entah karena apa, kliniknya menjadi semakin sepi. 10 tahun kemudian tidak ada lagi pasien, akhirnya klinik pun ditutup, lalu dia mencoba melamar pekerjaan sebagai dokter profesional di klinik lain. Setelah beberapa kali mencoba, karena penawaran tidak sesuai harapan, berakhir menjadi pengangguran.
Sudah menginjak 58 tahun, jalan kehidupan semestinya berawal dari mana dan akan kemanakah kelak? Sang kakak sulungpun mencari jawaban dengan mendalami agama Buddha, mengikuti kelas agama, mendengarkan ceramah, dan membaca Sutera (Buddha), beberapa tahun telah berlalu, Sang Bodhisattva (Dalam ajaran agama Buddha, seorang Bodhisatwa adalah sosok calon Buddha yang sedang menyempurnakan 10 parami / kebajikan sebelum menjadi Buddha. Redaksi) tidak juga mengetuk pintu kehidupannya. Sang kakak sulung bersedih, resah dan gelisah, tidak dapat menemukan ketenangan, daratan kebahagiaan di seberang sana sepertinya begitu jauh tak terjangkau!
Kepala biara menyarankan kepada kakak sulung, agar melepaskan keterikatan, akibatnya, kakak justru semakin terikat pada “melepaskan” itu sendiri, banyak waktu telah dihabiskannya untuk mencari jawaban tentang kehidupan, hingga akhirnya hanya satu jawaban yang didapatnya: semuanya semakin kacau. Sang kakak sulung sering bertanya pada saya, “Dimanakah Bodhisattva? Mengapa Sang Bodhisattva tidak berbelas kasih pada penderitaan saya ini?” Agama Buddha yang telah diyakininya selama lebih dari 30 tahun, akhirnya luruh!
Pada masa akhir zaman ini, apakah para Buddha dan Bodhisattva tidak peduli lagi pada manusia? Atau Mereka pun berada dalam bencana? Maka itu, sang kakak sulung pun beralih memohon kepada Yesus Kristus, lebih baikkah kehidupannya?
Domba yang tersesat itu, mondar mandir di depan rumah Allah, berdoa, memohon belas kasih Tuhan. Kakak sulung masih sangat galau, namun Tuhan tidak juga memberikan jawaban. Ini adalah akhir zaman dari kerusakan moral umat manusia, bahkan Tuhan pun apakah tidak lagi mendengarkan doa manusia? Kakak sulung bertanya pada saya, “Apa yang harus kulakukan?” Dia tidak berani pergi kemana pun. Roh yang hampa itu, terpatri di dalam cangkang tubuh yang telah jemu.
Saya berkata, “Kapal berlabuh di dermaga, memang paling aman, tetapi bukan itu tujuan kapal diciptakan, dan itu juga bukan tujuan Tuhan menciptakan manusia.” Saya menganjurkan, selesaikan dulu persoalan kehidupan sehari-hari, apabila hanya duduk diam saja maka tabungan pun akan terkuras habis, masalah akan semakin runyam. Saya pernah mendengarnya menceritakan niatnya membuka sebuah kafe, apalagi dia memiliki sebuah tempat usaha di kawasan yang cukup ramai, maka saya menyarankannya agar mewujudkan cita-citanya itu, Hal itu dapat membuat hidupnya lebih bermakna dan bisa menjadi sumber penghasilannya.
Mata sang kakak bersinar begitu mendengarnya, setelah menghapus air mata, dia buru-buru mengambil kelas barista mempelajari cara membuat kopi, lalu merenovasi toko, wujud kafe itu pun mulai terbentuk, kehidupan yang baru akan segera dimulai. Setahun telah berlalu, renovasi kafe tidak juga rampung, kakak sulung pun berkata, “Membuka kafe saja begitu membuat frustrasi, saya sungguh takut!” Saya menenangkannya, “Segala sesuatu akan sulit di awal, selalu butuh proses. Kafe itu adalah rumah bahagiamu. Jangan buru-buru buka, apalagi saat ini juga masih masa pandemi, pelan-pelan saja, anggap saja sedang bermain, cari keasyikannya. Membuka lembaran baru, harus dijalani dengan hati yang bersemi, jangan merusak suasana yang sudah terbentuk.”
Akhirnya sang kakak sulung terbuka kerutan di keningnya, dan berkata, “Dokter, mengapa masalah apapun yang Anda tangani, selalu dapat terselesaikan dengan mudah?” Saya tertawa, “Retakan pada segala sesuatu, adalah lubang masuk bagi cahaya matahari untuk menyinari bagian dalamnya. Kebijaksanaan terbesar dalam kehidupan adalah membebaskan diri, jangan selalu menuntut kesempurnaan. Anda mencintai kehidupan, kehidupan juga akan mencintai Anda. Selama Anda telah berusaha maksimal, selebihnya terserah takdir pertemuan, jangan terlalu berketerikatan, Anda pun bisa melaluinya.”
Langit hendak berubah, manusia hendak berpaling, bahkan lebih cepat daripada membalikkan halaman buku. Suatu hari, sang kakak sulung kembali datang dengan muka masam, karena infeksi saluran kencing, sudah seminggu dia mengkonsumsi obat antibiotik, belum juga sembuh, dia sangat ketakutan, takut akan mati, bahkan meminta dokter untuk diizinkan rawat inap, karena dia tidak berani tidur seorang diri, kakak sulung seakan kembali ke masa kanak-kanak yang tak berdaya.
Saya memegang tangannya dan dengan iba berkata, “Bu dokter, jangan takut! Saya berikan obat, akan segera sembuh.” Raut wajahnya penuh keraguan, setengah tidak percaya dia bertanya, “Benarkah?” Mantan seorang dokter brilian, mengapa bisa mengajukan pertanyaan semacam ini? Siapakah yang telah mencuri kecerdasannya?
Penanganan Tusuk Jarum
Nyeri di saluran uretra, tusuk titik Zhongji. Air seni tidak lancar, harus sering keluar masuk toilet, tusuk titik Shuifen, Yinlingquan, dan Taixi. Sesak di perut bawah, tusuk titik Taichong, dan Sanyinjiao. Ujung lidah merah, buang air kecil terasa panas, meridian jantung panas, tusuk titik Daling. Basmi kuman, mengurai panas di dalam tubuh, tusuk titik Waiguan dan Yangchi.
Antibiotik sebelumnya membuat mulut pahit badan dingin dan melemahkan lambung, tidak nafsu makan, untuk mengatasinya tusuk titik Zhongwan, Zusanli, dan Gongsun. Stagnasi Qi (baca: chi, red.) di liver, tusuk titik Hegu, dan Taichong. Ketakutan, insomnia, tusuk titik Baihui, Yintang, dan Taiyang. Kaki dan tangan lemah, betis linu, tusuk titik Hegu, Zusanli, dan Taichong.
Resep Obat
Menggunakan obat PTT (Pengobatan Tradisional Tiongkok) ilmiah produksi fabrik, Dao Chi San (導赤散) untuk menghilangkan panas dan melancarkan air seni, menyembuhkan jantung memindahkan panas ke usus halus, sering buang air kecil kemerahan dan nyeri, saluran air seni nyeri, terasa sakit saat buang air kecil. Mengalihkan panas di meridian jantung, keluar dengan air seni. Jika ditambahkan satu jenis Huanglian (黃連) mengurai racun, akan lebih efektif untuk meredakan panas di jantung.
Gunakan sup herbal Long Dan Xie Gan Tang (龍膽瀉肝湯) untuk meredakan panas dalam, mengobati infeksi saluran kencing, sering buang air kecil dan nyeri, serta panas dalam.
Di dalam resep itu sendiri sudah terkandung bahan Huanglian, memperkuat fungsi Dao Chi San. Jadi tidak ditambahkan lagi Huanglian. Dalam resep sudah ada Shengdi (生地) guna menambal cairan ginjal, meredakan panas meningkatkan cairan tubuh, menguatkan jantung, melancarkan buang air kecil, dan menekan pertumbuhan bakteri, dipadukan dengan Dang Gui (當歸Latin: Angelica Sinensis, red.), dapat menambah darah pada liver.
Kakak sudah mengkonsumsi antibiotik, sebaiknya sudah tidak menggunakan Huanglian Jie Du Tang karena akan semakin melemahkan, agar tidak memadamkan Qi kehidupan. Ditambah lagi stagnasi Qi di livernya, maka menggunakan Long Dan Xie Gan Tang lebih cocok, sekaligus mencegah panas liver mengganggu, menyebabkan insomnia dan mimpi buruk. Resep ini membuang pula racun sekaligus menguatkan, menguraikan sekaligus merawat, serta menghalau hawa jahat tanpa merusak kondisi tubuh.
Ditambah akar alang-alang untuk meredakan panas melancarkan buang air kecil, meluruhkan panas yang membandel, melancarkan cairan. Mengobati panas yang mengakibatkan buang air kecil tidak lancar, sering buang air kecil dalam jumlah kecil (Stranguria, red.). Juga dapat menetralkan panas, mengatasi kencing tidak lancar karena unsur Fengshui (angin dan air) saling mengganggu, ngilu pada persendian. Bisa dimasak dengan air hanya satu jenis saja, dan diminum seperti teh. Konsumsi obat sehari 3 kali, selama 3 hari. Setiap kali selesai buang air kecil, semprot saluran kencing dengan sari gambas. Selama 3 hari berturut-turut, tusuk jarum sekaligus minum obat. Masalah infeksi saluran kencing kakak sulung pun teratasi.
Pada suatu hari, kakak sulung sakit pada perut bawah, dia buru-buru datang ke klinik dan bertanya, “Apakah saya akan mengidap kanker?”
Saya berkata, “Nanti setelah tusuk jarum, akan sembuh.” Saya pun meminta kakak sulung memijat sendiri titik Hegu, sekaligus bernafas dalam-dalam. Tak lama kemudian sakit di perut mereda, dan saya jelaskan, “Anda terlalu tegang, ini hanya masalah otot lantai pelvis yang mengalami kontraksi tiba-tiba.” Setelah tusuk jarum, sakit di perut bawah si kakak pun lenyap.
Untuk meredakan ketegangan kakak, saya berbagi cerita, “Suatu hari, Einstein naik kereta api, pada saat kondektur memeriksa tiket, ia tidak bisa menemukan tiketnya walaupun telah dicari-cari, kondektur dengan sopan berkata, “Sudahlah, Profesor. Saya tahu siapa Anda.” Tetapi Einstein masih saja terus mencari, bahkan berlutut di lantai dan mencari di kolong kursi. Setelah kondektur selesai memeriksa tiket, ia kembali melihat Einstein masih saja mencari-cari tiketnya, kondektur berkata, “Profesor, sungguh, tidak perlu mencari lagi, saya percaya Anda pasti membeli tiket kereta.” Einstein menjawab, “Saya juga tahu siapa saya, tapi saya sendiri lupa saya harus turun di stasiun yang mana?” Mendengar cerita itu si kakak tertawa ngakak! Kesedihannya pun lenyap seketika.
Segala ketidak-nyamanan di tubuh kakak sulung telah teratasi, tidurnya pun menjadi nyenyak. Namun begitu bangun tidur, ketakutan kembali membayangi, bagaimana pun dia berdoa pada Tuhan, tidak juga mendapat jawaban. Anehnya, begitu memasuki klinik, perasaan kakak sulung menjadi tenang. Melihat saya rasa takutnya pun hilang, saya selalu bisa membuatnya tertawa riang, jadi setiap hari dia datang ke klinik.
Saya menatap kakak beberapa saat dan berkata padanya, “Anda datang ke klinik, maksimal hanya satu jam setiap hari, mayoritas waktu Anda hanya Anda menemani diri sendiri, Anda harus melatih diri melepaskan diri dari ketakutan, Anda harus menyelamatkan diri sendiri. Anda seperti versi duplikat Einstein yang mencari tiket di kereta api, setelah naik ke kereta, jangan lupa harus berhenti dimana.” Kakak mengerucutkan bibirnya dan berkata, “Tapi saya tidak bisa mendapat ketenangan di dalam agama, bagaimana ini seharusnya?”
Saya berpikir kakak sulung adalah dokter, dia memiliki kecerdasan tertentu, apakah pantas saya katakan? Setelah ragu sejenak, akhirnya saya mengatakan demi mengurai simpul kegalauannya, “Maukah Anda mengatur kembali kehidupan Anda? Ganjalan di hati terhadap mantan suami yang menikahi perempuan lain sebaiknya segera Anda lepaskan. Ketakutan adalah semacam iblis, adalah pencuri, akan menusuk begitu melihat adanya celah. Dia akan mencuri semangat, kesehatan, dan pikiran Anda. Begitu ditaklukkan olehnya, ia akan mengendalikan jiwa dan memperbudak tubuh Anda.
Cara melawan yang paling krusial adalah mengalihkan niat pikiran. Ketakutan adalah semacam materi, ketika rasa ketakutan menyerang, segera ditangkap saja, dan campakkan. Langsung menolaknya, halangi dia merasuki otak Anda. Hadapi materi berupa ketakutan itu, dengan niat pikiran yang kuat, di dalam hati serukan kata “musnah (滅 = mié)” dengan kuat, seperti granat yang meledak. Setiap kali gagal, jangan putus asa, lakukan lagi, semangati diri. Hibur diri Anda dengan mengatakan Anda telah berusaha. Setelah berusaha, Anda baru akan tahu, setelah bertahan, Anda akan melaluinya. Benar-benar kuatnya seseorang, dimulai dari kemandirian. Seberapa bebas, maka sebesar itulah rasa kesepian. Bila simpul di hati tidak bisa diuraikan, jadikanlah simpul itu menjadi sesuatu yang bergaya.
Niat pikiran lurus Anda, adalah tembok pelindung, sekali demi sekali menolak, menghadang, dan memusnahkan materi ketakutan itu, tembok perlindungan Anda akan semakin kokoh, serta pada akhirnya Anda akan merebut kembali kuasa atas diri sendiri, maka Anda pun telah terbebaskan, tidak lagi tersiksa oleh ketakutan itu, tempat hati yang menenangkan adalah kampung kita berpulang. Berkultivasi, menganut kepercayaan, bukanlah untuk menemui Buddha atau Tuhan, melainkan untuk menemukan diri Anda sendiri, berlindung pada diri sendiri. Buddha berada di dalam hati, surga berada di dalam pikiran.”
Melalui perjuangan selama sebulan, kakak sulung masih kadang kala mengalami ketakutan, tetapi sudah bisa dengan segera menenangkan diri, akhirnya sanggup melangkah keluar dari kabut yang menyelimutinya, dan dengan riang gembira menyibukkan diri dengan urusan di kafe. Setelah itu, dia masih rutin datang melakukan terapi akupunktur. (Sud/whs)