Home Blog Page 597

Pengangguran Kaum Muda Tiongkok Akan Meningkat di Tahun-tahun Mendatang

0

Sophia Lam

Tiongkok mencapai rekor tertinggi tingkat pengangguran kaum muda. Baru-baru ini seorang peneliti Tiongkok memperingatkan dalam analisisnya bahwa angka pengangguran dapat melonjak lebih jauh dalam tiga tahun mendatang.

“Secara umum, dari sekarang hingga 2030, ini akan menjadi periode paling menantang bagi lapangan kerja sejak reformasi dan keterbukaan Tiongkok,” tulis Wang Mingyuan, seorang peneliti di sebuah lembaga pemikir Tiongkok yang berbasis di Beijing.

Pada April, tingkat pengangguran yang disurvei di perkotaan bagi mereka yang berusia 16-24 tahun adalah 20,4%, hampir empat kali lipat dari tingkat pengangguran nasional  sebesar 5,2%, menurut Fu Linghui, juru bicara Biro Statistik Nasional Tiongkok dalam sebuah konferensi pers di bulan Mei.

Angka pengangguran ini melebihi angka tertinggi sebelumnya yaitu 19,9 persen yang diungkapkan oleh Beijing pada tahun 2022 selama lockdown pandemi yang paling sulit, ketika orang-orang tidak boleh beraktivitas dan bisnis-bisnis ditutup.

Wang Mingyuan menganalisis situasi pengangguran kaum muda di Tiongkok dalam laporan penelitiannya baru-baru ini dan ia menyimpulkan bahwa situasi ini akan menjadi lebih buruk.

Masa Depan Ketenagakerjaan yang Buram di Tiongkok

Beberapa faktor menunjukkan bahwa Tiongkok kemungkinan akan mengalami situasi pengangguran yang sangat serius, seperti yang diungkapkan oleh laporan penelitian Wang Mingyuan, “Berapa Banyak Kaum Muda yang Kehilangan Pekerjaan?”

Faktor pertama adalah perbedaan antara jumlah lulusan yang meningkat dan jumlah rekrutmen yang menurun. Jumlah lulusan pada tahun 2023 akan mencapai rekor tertinggi, mencapai 11,58 juta, menambah tekanan lapangan kerja di Tiongkok.

Wang menulis bahwa jumlah resmi 11,58 juta lulusan untuk tahun 2023 hanya mencakup lulusan universitas, sementara 5,64 juta lulusan dari sekolah kejuruan “kerah biru” Tiongkok dan 600.000 orang yang kembali dari luar negeri tidak dihitung dalam statistik resmi lulusan. Jika mereka semua dimasukkan, jumlah total mahasiswa pascasarjana akan mencapai hampir 17,82 juta pada tahun 2023.

Menurut Wang, selisih antara peningkatan tahunan dalam lapangan kerja dan jumlah lulusan baru dari tahun 2020 hingga 2023 adalah -2,49 juta, -2,20 juta, -4,49 juta, dan -5,82 juta. Ini berarti bahwa 15 juta lulusan tidak dapat memperoleh pekerjaan selama periode ini.

Selain itu, karena kemunduran yang dialami oleh ekonomi swasta, ekonomi digital, dan industri jasa, jumlah kaum muda yang kehilangan pekerjaan diperkirakan mencapai sekitar 25 juta orang, menurut analisis Wang.

Selain itu, sekitar 14 juta pekerja muda migran kehilangan pekerjaan dan kembali ke kampung halaman mereka di daerah pedesaan selama tiga tahun lockdown akibat pandemi. Oleh karena itu, jumlah kumulatif pengangguran kaum muda (usia 16-24 tahun) adalah 54 juta orang selama tiga tahun terakhir.

Wang percaya bahwa situasi ini akan menjadi lebih buruk karena perluasan pendaftaran. Dia memperkirakan bahwa akan ada hampir 20 juta lulusan baru pada tahun 2030.

Menurut Wang, di tahun-tahun mendatang, Pemerintah Tiongkok harus mengatasi masalah pengangguran dari 54 juta pengangguran muda, sementara pada saat yang sama, permintaan tenaga kerja di perkotaan akan mencapai puncak historisnya, sebagian karena meningkatnya jumlah lulusan. Dia berpendapat bahwa dilema ketenagakerjaan di Tiongkok akan lebih menonjol daripada sebelumnya.

Pakar Tiongkok : Angka Pengangguran Sebenarnya Lebih Tinggi Dari Data Resmi

Para ahli Tiongkok percaya bahwa situasi pengangguran yang sebenarnya jauh lebih buruk daripada data resmi.

“Metode survei pengangguran perkotaan Partai Komunis Tiongkok hanya menghitung pengangguran dengan hukou perkotaan dan terdaftar, dan mereka yang tidak terdaftar tidak dimasukkan. Selain itu, rumah tangga di pedesaan juga tidak termasuk dalam pengangguran, karena PKT menganggap mereka sebagai bagian dari angkatan kerja pedesaan. Hal ini telah menyebabkan tingkat pengangguran tetap berada di antara 4 persen dan 5 persen di masa lalu, yang sama sekali tidak mencerminkan data pengangguran yang sebenarnya,” kata komentator urusan Tiongkok terkini, Cai Shenkun, kepada The Epoch Times edisi bahasa Mandarin pada tanggal 19 April.

Cai mengatakan bahwa ekspansi pendaftaran adalah faktor ketiga yang menutupi tingkat pengangguran yang sebenarnya.

Qiu Wanjun, seorang profesor keuangan di Northeastern University di Boston, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa perluasan pendaftaran PKT berfungsi sebagai solusi yang tertunda untuk masalah ketenagakerjaan.

Ia menjelaskan : “Siswa yang bersekolah tidak termasuk dalam perhitungan tingkat pengangguran dari populasi yang bekerja. Keberadaan mereka di sekolah mengurangi jumlah pengangguran.”

Kasus Infeksi Ulang COVID-19 Merebak di Banyak Tempat di Tiongkok, Terjadi Gejala Parah Hingga Perguruan Tinggi dan Universitas Membangun Kembali Ruang Isolasi

Wang Yanqiao – NTD

Baru-baru ini, kasus COVID-19 terus meningkat di berbagai wilayah di Tiongkok, dengan infeksi ulang bergejala parah  dan tempat tidur rumah sakit yang penuh sesak. Di beberapa universitas tempat isolasi kembali didirikan.

Huang Liangzhi, wakil direktur Departemen Endokrinologi di Rumah Sakit Nanping No. 1, mengatakan, “Pengawasan rawat jalan demam di seluruh negeri menunjukkan bahwa prevalensi epidemi meningkat dalam berbagai tingkat di semua wilayah, dan kasus COVID-19 muncul dengan ganas.

Li Dan, Wakil Direktur Departemen Gastroenterologi di Rumah Sakit Shuguang, Universitas Pengobatan Tradisional Tiongkok Shanghai: “Baru-baru ini, orang-orang di sekitar saya, anggota keluarga, dan teman-teman semuanya mengalami infeksi ulang.”

Pada 14 Juni, Hu Yang, wakil kepala dokter dari Departemen Pengobatan Pernafasan di Rumah Sakit Paru Shanghai, mengumumkan bahwa baru-baru ini ada orang di departemen tersebut mengalami demam dan sakit tenggorokan. Meskipun tidak ada tes antigen,  mungkin dikarenakan  infeksi COVID. Ada pasien dengan infeksi baru di klinik rawat jalan dan di tempat tidur. Berdasarkan penularan virus sebelumnya, tidak ada cara untuk menghindari infeksi dan tampaknya orang-orang secara alami diinokulasi dengan virus secara bertahap. Jumlah pasien di bangsal dengan kasus COVID  parah mulai meningkat. Satu gelombang pasien dipulangkan dari bangsal dan gelombang lainnya segera ditambahkan ke dalam daftar.

Seorang Warga Shandong berkata : “Ayah saya menderita infeksi yang pertama kalinya, tetapi sangat serius. Sejak hari kedua dan seterusnya, dia mengalami demam selama empat hari. Tes pertama menunjukkan bahwa ia menderita pneumonia virus, dan gejala terlihat sangat ringan pada saat itu, tetapi dalam waktu empat hari telah berkembang menjadi paru-paru putih. Pada hari kelima, dia menderita sedikit sesak napas. Kondisinya menjadi parah dan berkembang dengan sangat cepat. Rumah Sakit Rakyat kekurangan tempat tidur, jadi kami harus pergi ke ruang gawat darurat terlebih dahulu dan menemukan tempat tidur sementara. Pada siang hari berikutnya, kami baru bisa mendapatkan tempat tidur di unit perawatan intensif.”

Ketika kasus COVID terus meledak di Tiongkok. Pada 12 Juni, Southern Weekly melaporkan bahwa sebagai respon atas kasus COVID baru-baru ini di kampus, banyak universitas telah mendirikan posko kesehatan di dalam kampus di mana mahasiswa dengan status “positif kedua” dapat diisolasi secara sukarela, tetapi beberapa kampus masih bersikeras untuk melakukan isolasi wajib. 

Menurut laporan tersebut, Universitas Guangzhou mengeluarkan pemberitahuan pencegahan dan pengendalian epidemi pada  29 April tentang Pemberitahuan tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi New Coronavirus Terbaru. Isinya mewajibkan mahasiswa yang terinfeksi ulang untuk memantau kesehatan mereka di stasiun kesehatan kampus atau di rumah.  Setelah lima hari sakit, mahasiswa dapat melanjutkan pekerjaan dan masuk kelas hanya setelah suhu tubuh mereka normal dan mereka negatif COVID dengan tes antigen atau tes asam nukleat  selama dua hari berturut-turut.

Mahasiswa lain dari Universitas Studi Asing Tianjin mengungkapkan bahwa dia dinyatakan positif antigen di rumah sakit kampus dan diminta untuk tinggal di asrama isolasi secara langsung. Dia hanya bisa meminta bantuan teman sekamarnya untuk mengantarkan beberapa kebutuhan sehari-hari. (Hui)

Angin Puting Beliung Besar Melanda Texas, Setidaknya 3 Orang Tewas Belasan Lainnya Terluka

0

oleh Lin Yi

Angin puting beliung besar melanda bagian utara Negara Bagian Texas, AS, pada Kamis (15/6/2023) waktu Amerika Serikat, Saat ini diketahui ada 3 orang tewas dan belasan lainnya mengalami luka-luka.

Bunyi hujan es yang jatuh cukup deras dari langit cukup keras terdengar, bahkan batu es yang jatuh besarnya setara kepalan tangan.

Teriak perekam video : “Ini angin puting beliung”.

Terlihat dari kejauhan, langit menjadi gelap tertutup oleh bentuk corong yang membuat orang takut.

Tiga orang diketahui tewas dan puluhan lainnya terluka setelah angin puting beliung itu menerjang kota Perryton di Texas pada Kamis. Petugas darurat sedang mencari korban selamat, demikian kata pejabat setempat pada Kamis malam.

Sebagian besar kota Perryton rusak, sejumlah bangunan runtuh, kendaraan dan jalan rusak, sampah dan puing-puing terlihat di mana-mana, dan lalu lintas di beberapa wilayah lumpuh.

Ahli meteorologi mengatakan bahwa belum ada kabar tentang ukuran atau kecepatan angin puting beliung itu.

Namun bencana tersebut telah menyebabkan hampir 50.000 orang penduduk Texas dan Oklahoma hidup tanpa listrik.

Departemen sheriff daerah menyatakan bahwa jam malam akan diberlakukan mulai 16 Juni pukul 00:00 hingga 06:00.

Escambia County, Florida, juga dilanda angin puting beliung pada hari Kamis dan menyebabkan 1 orang tewas. (sin)

Korea Selatan Berhasil Mengangkat dari Dasar Laut Puing Roket Korea Utara yang Gagal dalam Peluncuran

oleh Luo Tingting

Pada 16 Juni 2023, militer Korea Selatan berhasil mengangkat dari dasar laut puing roket Korea Utara yang gagal dalam peluncuran 15 hari lalu. Puing-puing tersebut akan ditahan oleh pihak militer Korea Selatan guna penelitian dan analisis lebih lanjut.

Kantor Berita Korea Selatan “Yonhap” melaporkan bahwa puing roket berbentuk silider yang berhasil diangkat oleh militer Korea Selatan pada 16 Juni memiliki panjang 15 meter dengan diameter sekitar 2,5 meter, dan terdapat tulisan huruf Korea “Pegasus” dan simbol kuda terbang di permukaan. Puing itu mungkin merupakan rangkaian kedua dari Roket “Chollima-1” Korea Utara.

Badan-badan khusus seperti Institut Ilmu Pertahanan Korea Selatan akan melakukan penelitian dan analisis terhadap reruntuhan tersebut, dan militer Korea Selatan terus berupaya mencari reruntuhan lainnya dalam laut.

Pada 31 Mei sekitar pukul 06:30, Korea Utara meluncurkan roket luar angkasa “Chollima-1” dari lokasi peluncuran barunya di Dongchang-ri, Provinsi Pyongan Utara. Pihak berwenang Korea Utara kemudian mengklaim bahwa roket tersebut membawa satelit pengintaian militer “Malligyong-1”.

Namun, setelah rangkaian roket tahap pertama berhasil memisahkan diri, rangkaian kedua gagal menyala, sehingga roket jatuh ke laut pada lokasi lebih dari 200 kilometer sebelah barat Pulau Eocheong pada pukul 07:05.

Puing roket tersebut ditemukan pihak militer Korea Selatan pada pukul 08:05 dan diangkat ke permukaan air setelah mengikatkan tas pengangkat (lift bag) berwarna kuning yang juga berfungsi sebagai pelampung karena bobotnya yang cukup berat yang dalam pengangkatan sebelumnya sempat jatuh tenggelam ke dasar laut yang dalamnya sekitar 75 meter.

Menurut laporan “Yonhap”, militer Korea Selatan kemudian mengirimkan kapal penyelamat “Tongyeong” dan “Gwangyang”, kapal penyelamat kapal selam (ASR) “Cheonghaejin”, juga pesawat terbang, serta penyelam dari Tim Penyelamat Kapal Karam Angkatan Laut (SSU) untuk melakukan pekerjaan pengangkatan. Puing roket baru ditemukan setelah 15 hari jatuh ke laut. Namun, rangkaian pertama dan ketiga dari badan roket tersebut belum berhasil ditemukan.

Selama proses penyelamatan reruntuhan roket oleh tentara Korea Selatan, kapal-kapal Tiongkok kerap muncul di lokasi perairan yang diduga tempat jatuhnya puing. Karena menurut Konvensi PBB tentang Hukum Laut, benda yang jatuh di laut lepas adalah milik pihak yang pertama kali mengangkatnya dari dasar laut.

Saat ini, militer Korea Selatan telah membawa puing roket itu ke Markas Armada Kedua di Kota Pyeongtaek, dan akan melakukan analisis yang tepat terhadap keseluruhan kinerja roket, apakah menggunakan suku cadang buatan luar negeri, bagaimana tingkat teknis dan sebagainya.

Pada hari Korea Utara meluncurkan roket tersebut, Korea Selatan dan Jepang mengeluarkan peringatan evakuasi bagi kapal-kapal dan pesawat terbang mereka. Pemerintah AS mengecam keras Korea Utara karena menggunakan teknologi rudal balistik yang dilarang, dan peluncuran tersebut telah meningkatkan ketegangan serta berpotensi mengguncang stabilitas di kawasan dan dunia.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Adam Hodge menekankan bahwa Amerika Serikat akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan keamanan Amerika Serikat dan sekutunya. “Amerika Serikat berkomitmen untuk membela tanah air, juga Korea Selatan dan Jepang.” (sin)

Konflik Perburuhan Soal Upah di Tiongkok Mencapai Puncak dalam 7 Tahun Terakhir

0

oleh Li Yun

Akibat 3 tahun menerapkan kebijakan yang super ketat terhadap penyebaran epidemi telah membuat pukulan keras bagi ekonomi Tiongkok dan menambah banyaknya gejolak sosial. Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah pemogokan dan protes perburuhan Tiongkok telah mencapai level tertinggi dalam 7 tahun terakhir. Menurut analisis, karena penurunan ekonomi yang sulit dikendalikan pemerintah, pendapatan masyarakat menurun, harga kebutuhan naik sehingga hidup semakin sulit. Jika hal ini tidak segera diatasi, niscaya pemogokan akan semakin kerap terjadi.

Menurut data yang terhimpun sebuah organisasi hak buruh Tiongkok yang berbasis di Hongkong “China Labour Bulletin” (CLB), bahwa dalam 5 bulan tahun ini, telah tercatat ada lebih dari 140 kasus pemogokan di pabrik-pabrik di seluruh Tiongkok, tertinggi sejak sejak tahun 2016.

Data yang relevan itu diperoleh lewat berita unjuk rasa yang muncul di platform media sosial, meskipun tidak seluruhnya terverifikasi, tetapi sebagian besar telah dibenarkan.

Video dan foto menunjukkan bahwa pada 12 Juni, para pekerja pabrik sepeda Yinglong Machinery Co., Ltd. di Kunshan, Provinsi Jiangsu, melakukan protes dan menuntut kenaikan upah.

Pada hari yang sama, para pekerja migran yang menangan proyek membentangkan spanduk meminta pembayaran upah dan uang kesejahteraan lainnya yang ditunggak pemerintah Guangzhou meskipun proyek sudah diselesaikan hampir 1 tahun lalu.

Pada 10 Juni, ratusan buruh sebuah proyek pemerintah di Wuhan, Provinsi Hubei menuntut pembayaran upah yang ditunggak.

CLB mengungkapkan bahwa banyak pemogokan terkonsentrasi di Provinsi Guangdong dan Delta Sungai Yangtze yang melibatkan pabrik dan eksportir seperti garmen, alas kaki, dan percetakan.

Lai Jianping, Magister Hukum Internasional dari Universitas Ilmu Politik dan Hukum Tiongkok mengatakan : “Alasan paling dangkal dari kerap munculnya pemogokan besar kaum buruh di Tiongkok adalah, misalnya, menurunnya pesanan pabrik, upah yang lebih rendah, dan kemerosotan kondisi kerja dan sebagainya. Namun, yang berada di balik itu dan menjadi faktor lebih penting yaitu masalah kediktatoran. Pemerintah kian mengintensifkan penekanan di dalam negeri, dan semakin agresif dalam mengekspansi kekuasaan ke seluruh dunia, ingin menyerang Taiwan, dan berkonfrontasi dengan negara-negara lain di dunia, sehingga terjadi penarikan modal asing besar-besaran”.

Lai Jianping mengatakan bahwa ditambah lagi dengan melemahnya permintaan dalam negeri Tiongkok, pemerinth cenderung menekan berbagai bisnis dan lapisan masyarakat, mengambil garis ultra-kiri yang secara serius mempengaruhi perkembangan ekonomi masyarakat.

“Dengan demikian, ketidakpuasan pekerja terhadap pabrik atau instansi pemberi kerja akan bertambah. Akibatnya mereka mudah melakukan pemogokan. Jadi apakah itu karena keresahan buruh, pemogokan, atau menuntut perlindungan hak, itu hanyalah sebuah penampilan, situasi yang tampak. Masalah sesungguhnya adalah pekerja sulit untuk mempertahankan hidup yang layak, sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari”, kata Lai Jianping.

Seorang pekerja migran dari Provinsi Henan mengatakan : “Sekarang warga sipil sulit mencari nafkah, buat makan saja tidak mudah. Sesungguhnya tuntutan warga sipil tidak muluk-muluk, mereka tidak akan memprotes jika bisa makan. Cobalah Anda mencari tahu, betapa sulitnya warga cari uang buat makan. 10 yuan saja bagi saya dibuat makan beberapa hari lho !”

Wu Shaoping, seorang pengacara hak asasi manusia Tiongkok yang tinggal di Amerika Serikat mengatakan : “Salah satu alasan penting dari semakin banyak pekerja melakukan pemogokan sekarang adalah karena kelangsungan hidup dan kehidupan para pekerja menghadapi ancaman serius. Dan itu memiliki hubungan yang erat dengan sistem terkait serikat perburuhan di Tiongkok, karena sangat sulit bagi pekerja di Tiongkok untuk membentuk serikat pekerja sendiri. Kalaupun serikat pekerja terbentuk, ia pun dikendalikan oleh PKT. Jadi dilihat dari perspektif tertentu, serikat itu tidak bedanya dengan perwakilan PKT, bahkan lebih cenderung untuk membela kepentingan pemilik bisnis ketimbang pekerja”.

Wu Shaoping mengatakan bahwa hak dan kepentingan pekerja tidak dapat dilindungi melalui cara yang wajar, sehingga pemogokan demi perlindungan hak terus bermunculan.

Di Tiongkok, pemogokan pekerja untuk membela hak-hak mereka juga menghadapi risiko. Pada awal bulan Juni, karyawan Shenzhen Baohua Electric melakukan pemogokan, yang langsung dihadang oleh sejumlah besar petugas polisi dengan alasan untuk menjaga stabilitas. Pada pertengah bulan Juni, seorang bos logistik di Chengdu gagal membayar upah pekerja sehingga menghadapi unjuk rasa para karyawan, yang tak lama kemudian juga ditekan oleh sejumlah besar polisi yang dikirim ke TKP.

Wu Shaoping mengatakan : “Begitu perselisihan perburuhan semacam ini terjadi, yang dilakukan oleh PKT pasti berupa tindakan penekanan dengan alasan ‘menjaga stabilitas’. Cara dan metode serangan yang paling langsung adalah menangkap, menahan, dan bahkan menjatuhkan hukuman kurungan. Dalam sistem PKT, tidak dimungkinkan bagi para pekerja untuk membentuk perlawanan yang kuat dan terorganisir”.

Lai Jianping mengatakan : “Semakin tidak stabil masyarakat, PKT akan semakin memperkuat penekanan, akhirnya masyarakat menjadi semakin tidak energik. Ini  akan membentuk sebuah lingkaran setan. Itu sebabnya isu sosial di Tiongkok terus bertambah, gelombang unjuk rasa buruh, pelajar, bisnis dan bahkan pergantian pejabat pemerintah. Pokoknya semua jenis gelombang akan muncul, yang pada akhirnya menenggelamkan kapal PKT”.

Menurut data CLB : Dalam 6 bulan terakhir, Aksi (unjuk rasa) massal di Tiongkok telah terjadi sebanyak 704 kali, dengan 1.186 kasus merupakan jumlah pekerja mencari bantuan. (sin)

Trump Muncul di Pengadilan Florida, Mengaku Tak Bersalah atas 37 Dakwaan

0

Tao Ming, melaporkan dari Miami, Florida, AS

Mantan Presiden AS Donald Trump datang ke pengadilan federal Miami pada Selasa, 13 Juni sore, Ia untuk pertama kalinya hadir di pengadilan dalam kasus dokumen rahasia.

Dalam menghadapi 37 dakwaan oleh jaksa federal, Trump mengaku tidak bersalah atas semua dakwaan.

Di luar pengadilan, banyak orang datang  mendukung Trump. Salah satunya, seorang Tionghoa, mengatakan bahwa penuntutan terhadap Trump mengingatkan orang-orang pada Revolusi Kebudayaan.

Ms. Xiao, seorang pendukung Trump berkata: “Trump telah diperlakukan dengan sangat tidak adil dan berulang kali dianiaya. Penganiayaan politik benar-benar seperti Revolusi Kebudayaan kami di Tiongkok. Kami datang ke sini dari negara sosialis, dan kami mencintai Amerika Serikat, kebebasan, dan demokrasi. Sekarang negara Amerika Serikat tidak mempertahankan demokrasi dan kebebasannya, tetapi sedang berkembang menuju komunisme, kita harus membangunkannya!”

Donald Trump selalu bersikeras bahwa dia telah mendeklasifikasi dokumen-dokumen ini ketika dia menjadi presiden, jadi tidak ada masalah untuk meletakkannya di Mar-a-Lago.

Namun demikina, Departemen Kehakiman AS menyatakan bahwa Trump mengetahui hukum dan melanggar hukum dengan sengaja menyimpan beberapa dokumen rahasia.

Progres gugatan ini bisa cepat atau lambat, dan bisa berlanjut hingga pemilihan presiden 2024. (Hui)

Bagaimana Agama Menjadi Target Terbaru Revolusi AI

Para pendukung kecerdasan buatan berusaha menulis ulang Alkitab dan menggunakan chatbot untuk memimpin kebaktian di gereja

T.J. Muscaro

Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan siap mengubah dunia modern dengan berbagai cara-menghasilkan karya seni, membantu penulis, dan bahkan menirukan suara orang. Namun, hanya sedikit yang menyangka bahwa kecerdasan buatan akan ditugaskan untuk menulis layanan keagamaan dan bahkan menulis ulang salah satu buku yang paling banyak dibaca dan dihormati dalam sejarah, yaitu Alkitab.

Namun, di Jerman, ratusan umat Protestan dipimpin dalam sebuah kebaktian di Nuremberg, Jerman pada Jumat (9/6) oleh “chatbot” tanpa ekspresi yang menyampaikan berkat dan khotbah yang disiapkan oleh ChatGPT, sebuah program AI.

Chatbot adalah program berbasis AI yang menirukan percakapan manusia melalui teks atau suara.

Beberapa minggu sebelumnya, seorang penasihat senior World Economic Forum (WEF) menyarankan AI dapat digunakan untuk “menulis ulang” Alkitab agar “lebih inklusif” dan menarik secara global sebagai kitab suci.

Perkembangan ini menimbulkan tantangan sastra dan teologis yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap otoritas agama yang sudah mapan di seluruh dunia.

Yuval Noah Harari, seorang sejarawan dan filsuf Israel, penulis buku terlaris “Sapiens: A Brief History of Humankind.” Dia meramalkan potensi AI untuk menciptakan teks agama global selama wawancara dengan jurnalis Pedro Pinto pada 19 Mei di Lisbon, Portugal.

“Di masa depan. kita mungkin akan melihat sekte dan agama pertama dalam sejarah yang teks-teks yang dihormati ditulis oleh kecerdasan non-manusia.”

Saat ini, umat beragama sudah dipimpin oleh kecerdasan buatan.

Pada kebaktian yang dipimpin oleh kecerdasan buatan pada tanggal 9 Juni, ratusan umat Kristen Lutheran berkumpul untuk beribadah di Gereja Santo Paulus di Nuremberg.

Saat jemaat duduk, chatbot ChatGPT, yang dipersonifikasikan sebagai seorang pria kulit hitam berjanggut, muncul di layar besar yang dipasang di atas altar dan mulai memimpin kebaktian.

“Teman-teman yang terkasih, merupakan suatu kehormatan bagi saya untuk berdiri di sini dan berkhotbah kepada Anda sebagai kecerdasan buatan pertama pada konvensi Protestan tahun ini di Jerman,” kata avatar tersebut.

Salah satu dari empat gambar dan suara AI tersebut memimpin kebaktian Kristen selama lebih dari 40 menit, memimpin nyanyian, memanjatkan doa, dan menyampaikan khotbah, yang tidak ditulis oleh manusia, melainkan oleh mesin. Wajah para avatar itu tanpa ekspresi. Suara mereka monoton, kata orang-orang setelah acara selesai.

“Saya yang merancang kebaktian ini-tetapi sebenarnya saya lebih suka menemaninya karena sekitar 98 persen berasal dari mesin,” kata Jonas Simmerlein, seorang teolog dan filsuf berusia 29 tahun dari Universitas Wina, kepada seorang wartawan.

“Saya mengatakan kepada kecerdasan buatan itu, ‘Kami sedang berada di kongres gereja, Anda adalah seorang pengkhotbah… seperti apa bentuk kebaktian di gereja?”

‘Tidak Ada Hati dan Jiwa’

Kebaktian eksperimental ini diadakan dalam sebuah konferensi Protestan lokal, yang dilaporkan menarik puluhan ribu  jemaat.

Chatbot tersebut mengubah penampilannya empat kali-berganti-ganti antara dua wanita dan dua pria-dan berkhotbah tentang meninggalkan masa lalu dan berfokus pada tantangan masa depan, dan tidak pernah kehilangan kepercayaan kepada Yesus Kristus.

Sambutan terhadap pengkhotbah komputer itu beragam. Beberapa merekam dengan penuh semangat, sementara yang lainnya melihat dengan kritis. Penyampaian chatbot yang datar terkadang mengundang tawa saat ia mengatakan kepada orang-orang percaya bahwa “untuk menjaga iman kita, kita harus berdoa dan pergi ke gereja secara teratur.”

“Tidak ada hati dan jiwa,” kata Heiderose Schmidt, 54 tahun, kepada seorang wartawan.

Bekerja di bidang IT, ia mengatakan bahwa rasa ingin tahu membawanya ke acara tersebut. Namun ia merasa semakin tidak nyaman saat layanan berlangsung.

“Para avatar tidak menunjukkan emosi sama sekali, tidak memiliki bahasa tubuh, dan berbicara sangat cepat dan monoton sehingga sangat sulit bagi saya untuk berkonsentrasi pada apa yang mereka katakan.”

Namun, ada juga yang lebih menerima dan terkesan dengan teknologi baru ini.

“Saya sebenarnya membayangkannya akan lebih buruk,” kata Marc Jansen, seorang pendeta Lutheran berusia 31 tahun yang membawa sekelompok remaja ke pertemuan tersebut. “Namun saya sangat terkejut [dengan] betapa bagusnya teknologi ini bekerja.

“Selain itu, bahasa AI bekerja dengan baik, meskipun terkadang masih sedikit bergelombang.”

Namun, dia mencatat bahwa semua spiritualitas dan emosi tampak hilang.

“Tantangan yang saya lihat adalah bahwa AI sangat mirip manusia dan mudah tertipu olehnya,” kata kongregasi Anna Puzio, 28 tahun, seorang peneliti tentang etika teknologi dari University of Twente di Belanda.

Memang, menggunakan AI untuk mengarahkan layanan keagamaan dapat memberikan kontrol yang belum pernah terjadi sebelumnya, kata Harari, termasuk kemampuan untuk “memanipulasi dan mengendalikan orang dan membentuk kembali masyarakat.”

“Begitu bisa, ia tidak perlu mengirim robot pembunuh untuk menembak kita. Ia bisa membuat manusia menarik pelatuknya.”

Akhir Dunia?

Jadi, apakah ini merupakan kesempatan untuk menghilangkan elemen manusia yang bisa salah dan menempatkan “Kata Baik” melalui perangkat lunak pengoptimalan untuk kebaikan? Atau apakah ini merupakan kesempatan untuk memanipulasi kelompok besar orang secara massal?

Pengacara dan blogger Jeff Childers memperingatkan yang terakhir.

Dalam blognya “Coffee and Covid” di Substack, Childers meramalkan bahwa agama yang dipengaruhi oleh AI akan tiba.

Dia mengirimkannya kepada para pembaca hanya beberapa hari sebelum Harari berkomentar secara terbuka tentang potensi kitab suci yang ditulis oleh AI, dan sebelum kebaktian yang dipimpin oleh AI di Jerman.

Pada siang hari, Childers adalah seorang pengacara litigasi komersial di Gainesville, Florida. Pada malam hari, dia sering fokus mengumpulkan berita untuk blog yang dia luncurkan pada awal pandemi.

Dia juga menggambarkan dirinya sebagai seorang premilenialis, seorang Kristen yang berpegang teguh pada interpretasi harfiah tentang “Akhir Zaman” seperti yang dijelaskan dalam kitab Wahyu di Alkitab.

“Jadi dalam kitab Wahyu, [kitab itu] menggambarkan akhir dunia,” kata Childers kepada The Epoch Times. 

“Dan ada beberapa karakter yang berwarna-warni di sana. Salah satunya adalah Antikristus yang dipopulerkan oleh Hollywood dan sebagainya.”

Memasuki superkomputer dengan akses ke jumlah data yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kemampuan untuk meniru gaya tokoh-tokoh sejarah masa lalu, dan menciptakan serta menyajikan informasi kepada manusia dengan cara yang semakin intim.

“Anda akan ingin mendapatkan nasihat dari Yesus, atau Muhammad, Buddha, dan akan ada versi AI dari tokoh-tokoh sejarah ini,” ujarnya, yakin bahwa orang-orang akan “benar-benar mulai menyembah mereka.”

Ternyata, pengembangan program chatbot semacam itu sudah berlangsung.

Berbicara dengan Tuhan

Program ChatGPT sudah ada untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berbasis agama, bahkan memungkinkan pengguna untuk berbicara dengan “Tuhan” mereka.

GitaGPT mengoperasikan sebuah platform yang mengklaim memungkinkan pengguna untuk berbicara dengan beberapa dewa, termasuk Krishna, Siwa, Ganesha, Shir Ram, dan Chanakya. Situs ini juga memiliki sebuah chatbot Buddha.

Ada juga QuranGPT yang dapat memberikan bimbingan spiritual kepada umat Islam dan  Rabbi untuk berinteraksi sebagai pemimpin dan guru bagi umat Yahudi.

Platform AI seperti ini sekarang dapat membuat konten baru dan memunculkan ide dan solusi baru berdasarkan interpretasi data. Dengan mantap, kemampuannya terus berkembang, menjadi lebih halus dan seperti manusia, kata para ahli.

“Saya menggunakan ChatGPT, dan saya berkata, ‘ChatGPT, ambil semua hal terbaik dari agama-agama di dunia, buang yang buruk, dan berikan saya Bab Satu dari kitab suci baru berdasarkan apa yang Anda temukan,” kata Childers.

“Dan benar saja, ia memuntahkan sesuatu. Dan ini baru generasi keempat [dari teknologi ini], bukan? ChatGPT [generasi] kelima akan segera hadir.”

Dia juga melihat ChatGPT sebagai cara bagi penguasa untuk mengembalikan penjaga gerbang narasi dan mendapatkan kembali kendali atas penyebaran informasi yang hilang pada awal kemunculan internet.

“Salah satu masalah yang mereka hadapi selama pandemi adalah misinformasi dan disinformasi, bukan? Artinya, kami memiliki terlalu banyak cara untuk berbicara satu sama lain,” katanya.

“Mereka mencoba membungkam kami di media sosial, dan kami menemukan cara lain-kami menggunakan Telegram, kami menggunakan kata-kata sandi untuk menghindari sensor buatan, dan semua hal semacam itu. Menggunakan AI yang dipercaya semua orang adalah cara yang bagus untuk mengendalikan orang.”

Harari tampaknya memiliki pemahaman yang sama tentang potensi AI untuk mengendalikan.

“Berlawanan dengan apa yang diasumsikan oleh beberapa teori konspirasi, Anda tidak perlu menanamkan chip di otak manusia untuk mengendalikan atau memanipulasinya,” kata Harari dalam wawancaranya.

Childers mengkhawatirkan dampaknya terhadap orang-orang yang beralih ke AI untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan teologis mereka yang paling dalam.

“Harapan apa yang dimiliki oleh orang awam yang berjalan-jalan di luar sana yang menganggap diri mereka sebagai orang Kristen, yang tidak membaca Alkitab, tetapi dapat langsung mendapatkan semua pertanyaan teologis mereka dijawab oleh avatar religius yang sangat praktis dari AI di ponsel mereka?”

Manusia Versus Mesin

Para pemimpin agama-dari biksu hingga Imam dan dari pendeta hingga bapa bangsa-mengikuti berbagai macam pelatihan pendidikan untuk menghadapi tantangan terhadap keyakinan mereka masing-masing.

Namun hingga saat ini, penantang duniawi adalah sesama manusia. Sekarang, mereka tiba-tiba bersaing dengan program AI yang memiliki akses ke setiap bagian digital yang dapat diakses dari setiap tulisan agama.

“Agama-agama tradisional akan menghadapi ujian berat,” kata Childers. “Dan mereka harus bergulat secara teologis dengan entitas-entitas yang diciptakan manusia ini.”

Pendeta Connor Penn adalah seorang Imam Katolik dan vikaris paroki di Paroki St. Pada usia 30 tahun, ia akan memulai tahun ketiganya sebagai seorang Imam, sebuah komitmen seumur hidup untuk pelayanannya. Salah satu perannya adalah mempertahankan Gereja Katolik melalui tantangan abad ke-21.

AI belum mempengaruhi parokinya, katanya kepada The Epoch Times.

Namun, pikiran untuk menghadapi tantangan yang akan datang tidak membuatnya takut. Baginya, komputer buatan manusia masih belum bisa menandingi campur tangan Ilahi.

“Keyakinan mendasar kami sebagai orang Kristen adalah bahwa Alkitab bukan hanya kumpulan wawasan dan ajaran yang bijaksana, tetapi Alkitab juga diilhami oleh Tuhan,” katanya.

“Ada sesuatu tentang hal itu yang telah diserahkan kepada kita oleh Tuhan melalui instrumen manusia – kisah-kisah yang diceritakan, diwariskan dari generasi ke generasi – bahwa ada sesuatu di dalamnya yang Tuhan ingin kita ketahui.”

“AI bisa saja menciptakan Alkitab yang sama sekali baru, Anda tahu, tapi kami tidak akan percaya bahwa itu diilhami dengan cara yang sama seperti Alkitab diilhami oleh Tuhan,” katanya.

Jadi, dia sama sekali tidak khawatir bahwa AI akan membuat Alkitab menjadi “tidak relevan” atau “tidak relevan lagi.”

Pastor Penn, yang dikenal oleh umat paroki, “tidak ragu” bahwa orang-orang akan beralih ke AI untuk mendapatkan informasi tentang Yesus, dan bahwa mereka akan berbondong-bondong ke AI untuk mendapatkan jawaban langsung.

Namun, apa pun jawaban yang diberikan oleh komputer, ia percaya bahwa kebenaran Kekristenan akan bersinar dan menyentuh hati orang-orang. Hal ini terlepas dari seberapa besar motif seperti “inklusivitas” dan kepatuhan terhadap otoritas yang mungkin berusaha untuk merusak citra dan pesan tersebut.

“Ketika kita meluangkan waktu dan keheningan untuk mendengarkan suara itu [Tuhan], hal itu akan berbicara lebih banyak kebenaran daripada apa pun yang bisa kita dapatkan dari kecerdasan buatan,” kata Penn.

Dan dia tidak khawatir dengan chatbot yang berpura-pura menjadi Sang Pencipta. AI tidak akan pernah bisa melakukan hal itu, katanya, karena Tuhan “berbicara kepada kita di kedalaman jiwa kita.”

Meski begitu, Penn melihat potensi positif dari teknologi ini.

“Harapan saya untuk AI adalah bahwa hal itu akan menjawab ketertarikan orang-orang” untuk menggali lebih dalam ke dalam iman mereka.

Suasana Tak Biasa dalam Kunjungan Blinken ke Tiongkok, AS Bergerak Maju untuk “Mengalahkan” Partai Komunis Tiongkok

Luo Tingting – NTDTV.com

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Anthony Blinken akan mengunjungi Tiongkok pada 18 Juni. Namun kunjungan pertamanya ke Tiongkok bakal memiliki nuansa yang tidak biasa, karena AS telah mengambil langkah awal untuk mengalahkan Partai Komunis Tiongkok. Para pejabat AS mengatakan bahwa kunjungan Blinken ke Tiongkok tidak akan banyak membuahkan hasil.

Blinken merampungkan kunjungan ke Tiongkok

Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengumumkan pada 14 Juni bahwa Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan mengunjungi Tiongkok pada 18-19 Juni.

Departemen Luar Negeri AS juga mengumumkan bahwa Blinken akan mengunjungi Beijing dan London pada 16 hingga 21 Juni. “Selama berada di Beijing, Menlu Blinken akan bertemu dengan para pejabat senior Tiongkok, di mana ia akan membahas pentingnya menjaga saluran komunikasi yang terbuka untuk mengelola hubungan AS-Tiongkok secara bertanggung jawab. Ia juga akan mengangkat isu-isu bilateral, urusan global dan regional, serta potensi kerja sama dalam menghadapi tantangan transnasional.

Sehari sebelumnya, pada malam  13 Juni, Blinken berbicara melalui telepon dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok Qin Gang. Menurut siaran pers Tiongkok, kedua belah pihak membahas isu-isu inti yang menjadi perhatian AS dan Tiongkok, termasuk Taiwan.

The Voice of America melaporkan bahwa pejabat senior AS tidak mengharapkan “daftar panjang hasil” dari perjalanan Blinken ke Beijing.

Menjelang kunjungan Blinken ke Tiongkok, AS “memukul” Partai Komunis Tiongkok

Selain itu, suasana kunjungan Blinken ke Tiongkok tidak biasa,  pemerintah AS juga telah mengambil langkah awal untuk menekan Partai Komunis Tiongkok.

Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengumumkan pada 13 Juni bahwa Penasihat Keamanan Nasional Sullivan akan melakukan perjalanan ke Tokyo pada 15 Juni untuk berpartisipasi dalam pertemuan pertama dialog keamanan trilateral antara AS, Jepang, dan Filipina.

Gedung Putih mengatakan bahwa selama kunjungan dua hari tersebut, Sullivan akan berdiskusi dengan para pejabat keamanan dari Jepang, Filipina, dan Korea Selatan tentang cara-cara untuk bekerja sama dalam menghadapi ancaman Tiongkok.

Baik Jepang maupun Amerika Serikat menganggap lokasi geografis Filipina yang strategis sangat penting dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan ini. Pada bulan Februari tahun ini, Filipina menambahkan empat pangkalan militer baru untuk militer AS, sehingga jumlah pangkalan militer AS di Filipina menjadi sembilan. Beberapa pangkalan ini hanya berjarak beberapa ratus mil laut di selatan Taiwan, sehingga AS dan Filipina dapat memberikan dukungan yang kuat kepada Taiwan jika terjadi perang di Selat Taiwan.

Selain itu, Departemen Perdagangan AS menempatkan 43 entitas dalam Daftar Kontrol Ekspor pada 12 Juni, termasuk 31 perusahaan Tiongkok. Lembaga Penelitian China Aviation Industry Corporation (CAIC) dan Shanghai Haigui Information Technology Co, Ltd, anak perusahaan dari Shanghai Supercomputing Center, keduanya masuk ke dalam daftar hitam.

Departemen Perdagangan AS telah menetapkan bahwa aktivitas entitas-entitas ini bertentangan dengan kepentingan AS dan akan mengakibatkan pembatasan akses ke ekspor AS.

Menyusul insiden balon mata-mata, pada tanggal 10 Juni, pemerintah AS mengkonfirmasi bahwa Partai Komunis Tiongkok telah mendirikan pangkalan mata-mata di Kuba untuk memantau AS. Berita ini dengan cepat menyebar ke seluruh Amerika Serikat, dan membayangi kunjungan Blinken ke Tiongkok.

Tiga alasan kunjungan Blinken ke Tiongkok

Komentator masalah terkini Wang He menganalisis dalam Hot Topics Interactive: Kunjungan Blinken ke Tiongkok pada Februari dibatalkan karena insiden balon mata-mata Tiongkok, dan kunjungan kali ini adalah untuk menebus kunjungan sebelumnya. AS telah berusaha mempertahankan saluran komunikasi untuk menunjukkan bahwa dia bukanlah pelakunya, sehingga AS sedikit melunakkan sikapnya.

Dia percaya bahwa fakta bahwa Qin baru saja berbicara dengan Blinken menunjukkan bahwa masih ada komunikasi antara kedua belah pihak, dan bahwa ada tiga alasan yang mungkin untuk kunjungan Blinken:

Yang pertama adalah situasi perang Rusia-Ukraina saat ini, dan AS perlu berbicara lebih dekat dengan pihak Tiongkok;

Kedua, pemerintah AS ingin meredakan hubungan bilateral dengan Tiongkok sebelum pemilihan umum AS tahun 2024. Mengenai kerja sama opsional mengenai iklim dan isu-isu lainnya, pihak AS tahu bahwa tidak akan ada hasilnya dan Partai Komunis Tiongkok tidak akan bekerja sama;

Ketiga, AS adalah pihak yang ditantang, pembela ketertiban, sedangkan PKT adalah penantang, pengganggu ketertiban. Oleh karena itu, pihak AS mungkin ingin menunjukkan bahwa mereka adalah bos, jadi mereka harus lebih proaktif, bukan untuk menciptakan masalah, tetapi untuk mencoba menenangkan masalah. (Hui)

Diabetes dan Gula Mungkin Berhubungan dengan Alzheimer, Para Ahli Menjelaskan Alasannya

0

George Citroner

Orang yang hidup dengan diabetes tipe 2 diketahui memiliki risiko lebih besar terkena penyakit Alzheimer, tetapi alasan di balik hubungan ini masih belum jelas.

Penelitian terbaru dari Wake Forest University School of Medicine di North Carolina mengungkapkan bahwa peningkatan konsumsi gula dan peningkatan kadar glukosa darah dapat memicu pertumbuhan protein beracun di otak, yang merupakan indikator utama penyakit ini.

Protein beracun ini, yang disebut plak amiloid, menumpuk di otak orang dengan kondisi degeneratif. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), lebih dari 1 dari 10 orang Amerika didiagnosis menderita diabetes, dan sebagian besar pada akhirnya dapat mengembangkan Alzheimer. Mengingat potensi dampaknya terhadap jumlah individu yang kemudian dapat mengembangkan Alzheimer, penelitian baru ini menggarisbawahi pentingnya mengelola diabetes dan mengatasi faktor-faktor seperti asupan gula dan kadar glukosa darah.

Diterbitkan pada  Mei di JCI Insight, penelitian ini memberikan wawasan baru tentang perubahan metabolisme yang terkait dengan diabetes yang meningkatkan risiko Alzheimer.

Gula Membantu Pembentukan Protein Beracun di Otak

Dengan menggunakan tikus, para peneliti Wake Forest menemukan bahwa mengonsumsi air gula dan bukannya air minum biasa menyebabkan terbentuknya lebih banyak plak amiloid di otak.

Untuk memahami apa yang mendorong fenomena ini, para peneliti mengidentifikasi sensor metabolik yang disebut saluran kalium sensitif adenosin trifosfat (ATP) (saluran KATP) yang berperan dalam proses ini.

Dengan menghilangkan sensor ini dari otak tikus percobaan, para peneliti menemukan bahwa peningkatan gula darah tidak lagi meningkatkan kadar protein amiloid atau menyebabkan pembentukan plak.

Mereka juga memeriksa ekspresi sensor metabolik ini di otak penderita penyakit Alzheimer dan mengamati perubahan serupa  terkait dengan penyakit tersebut.

Temuan ini menunjukkan bahwa sensor-sensor ini mungkin memiliki peran dalam perkembangan Alzheimer dan berpotensi menjadi target pengobatan di masa depan.

Pekerjaan ini patut dicatat karena mengidentifikasi target obat potensial yang menghubungkan diabetes dan penyakit Alzheimer, Percy Griffin, yang memiliki gelar doktor dalam biologi sel molekuler dan merupakan direktur keterlibatan ilmiah untuk Asosiasi Alzheimer, mengatakan kepada The Epoch Times. Penelitian ini juga menambahkan pemahaman orang tentang bagaimana faktor risiko yang diketahui bekerja untuk meningkatkan atau menurunkan risiko Alzheimer.

“Namun, tikus bukanlah manusia, dan mereka tidak benar-benar terkena penyakit Alzheimer,” tambah Griffin.

 “Jadi, meskipun penelitian ini memberikan beberapa petunjuk yang menarik, temuan ini perlu dikonfirmasi dan kemudian direplikasi pada manusia untuk melihat apakah temuan ini layak untuk diteliti lebih lanjut.”

Diabetes yang Muncul Lebih Awal Meningkatkan Risiko Alzheimer

Dalam sebuah penelitian tahun 2021 terhadap 10.095 orang dari tahun 1985 hingga 2019, para peneliti mendokumentasikan 1.710 kasus diabetes dan 639 kasus demensia. Mereka mengamati bahwa untuk setiap 1.000 peserta yang diperiksa setiap tahun yang tidak menderita diabetes pada usia 70 tahun, hanya sekitar sembilan orang yang mengalami demensia.

Namun, bagi partisipan yang didiagnosis menderita diabetes, tingkat demensia per 1.000 adalah 10 untuk orang yang didiagnosis hingga lima tahun sebelumnya, 13 untuk enam hingga 10 tahun sebelumnya, dan lebih dari 18 untuk onset diabetes lebih dari 10 tahun sebelumnya. Temuan ini menunjukkan bahwa diagnosis diabetes yang lebih awal terkait dengan peningkatan risiko penurunan kognitif yang signifikan. Hubungan ini kemungkinan besar disebabkan oleh paparan yang terlalu lama terhadap kadar gula darah yang tinggi, peningkatan kerusakan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen ke otak, dan dampak potensial pada sel-sel otak akibat resistensi insulin.

Para penulis studi menekankan bahwa kerusakan kardiovaskular akibat diabetes tidak mungkin menjelaskan apa yang mereka amati. Mereka berhipotesis bahwa disfungsi metabolisme otak adalah penyebab utama penyakit Alzheimer, “menyoroti peran penurunan transportasi insulin melalui sawar darah-otak, gangguan dalam pensinyalan insulin, dan akibatnya penurunan pemanfaatan glukosa otak,” tulis penulis studi.

Sekitar dua dari setiap tiga orang Amerika dianggap kelebihan berat badan atau obesitas, dan satu dari tiga orang mengalami obesitas. Obesitas merupakan faktor risiko yang signifikan untuk diabetes tipe 2 dan penurunan kognitif.

Jonathan J. Rasouli, direktur bedah kelainan tulang belakang yang kompleks dan dewasa di Rumah Sakit Universitas Northwell Staten Island, menekankan pentingnya diet dalam mencegah penurunan kognitif.

“Para ilmuwan telah lama menduga adanya hubungan antara asupan gula, resistensi insulin, dan perkembangan gangguan neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer,” katanya.

Pada diabetes tipe 2, resistensi insulin adalah masalah yang mendasari metabolisme gula. Ketika pasien menjadi resisten terhadap insulin, tubuh mereka tidak lagi secara efektif menyerap gula makanan dari aliran darah ke dalam jaringan yang sehat. “Akibatnya, molekul gula berkeliaran di dalam darah dan tidak dipecah menjadi energi,” tambah Rasouli. “Molekul-molekul ini pada akhirnya dapat merusak tubuh jika terlalu lama berada di sana.”

Di dalam otak, gula darah tinggi (hiperglikemia) dikaitkan dengan stroke dan demensia.

Rasouli lebih lanjut mencatat bahwa gula dapat mengubah cara bakteri usus alami kita mencerna makanan, yang menyebabkan penurunan neurokognitif karena akumulasi racun.

Uji Klinis Menyelidiki Semprotan Hidung Insulin untuk Meningkatkan Kognisi

Terdapat bukti bahwa otak dipengaruhi oleh insulin, dan pemberian insulin secara langsung ke otak menunjukkan manfaat potensial untuk kognisi. Hubungan yang kuat antara resistensi insulin yang umumnya terlihat pada diabetes dan kesehatan kognitif telah menyebabkan beberapa ilmuwan menyebut Alzheimer sebagai “diabetes tipe 3”.

Penelitian sebelumnya mengeksplorasi pengobatan berdasarkan hubungan ini, dengan hasil yang menjanjikan. Sebuah tinjauan sistematis terhadap berbagai penelitian menemukan bahwa pasien Alzheimer dengan faktor risiko genetik yang menerima insulin melalui semprotan hidung menunjukkan peningkatan memori verbal.

Dalam sebuah studi percontohan terkontrol plasebo, 24 orang dengan gangguan memori amnestik, atau penyakit Alzheimer ringan, menunjukkan peningkatan retensi memori verbal dan perhatian setelah dosis harian insulin intranasal selama tiga minggu dibandingkan dengan plasebo.

Wakefield Forest University sedang melakukan uji klinis hingga tahun 2028 untuk menyelidiki keamanan dan efektivitas insulin semprot hidung dan empagliflozin, obat yang disetujui FDA yang digunakan untuk diabetes tipe 2, dalam meningkatkan kognisi dan mengurangi protein amiloid yang terkait dengan penyakit Alzheimer.

Selama uji coba, peserta akan diacak ke dalam salah satu dari empat protokol pengobatan harian selama empat minggu: insulin intranasal, pil empagliflozin, keduanya, atau plasebo. Semprotan hidung dirancang untuk mengantarkan insulin secara langsung ke otak tanpa memengaruhi kadar glukosa.

George Citroner melaporkan tentang kesehatan dan obat-obatan, yang mencakup topik-topik seperti kanker, penyakit menular, dan kondisi neurodegeneratif. Dia dianugerahi penghargaan Media Orthopaedic Reporting Excellence (MORE) pada tahun 2020 untuk cerita tentang risiko osteoporosis pada pria

Menakar Pangkalan Mata-mata Tiongkok di Kuba

0

Antonio Graceffo

Pangkalan mata-mata Tiongkok di Kuba mungkin merupakan pelanggaran Doktrin Monroe.

“Kami sangat terganggu oleh adanya laporan bahwa Havana dan Beijing bekerja sama untuk menargetkan Amerika Serikat dan rakyat kami,” tulis Ketua Komite Intelijen Senat Mark Warner (D-Va.) dan Wakil Ketua Marco Rubio (R-Fla.) dalam sebuah pernyataan baru-baru ini tentang pangkalan mata-mata Tiongkok yang akan dibangun di Kuba.

Kuba, yang terletak hanya 90 mil dari pantai AS, mengizinkan Tiongkok untuk membangun pangkalan mata-mata militer, yang akan memungkinkan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) untuk memantau komunikasi serta operasi militer dan maritim Amerika. Wakil Menteri Luar Negeri Kuba Carlos Fernandez de Cossio membantah klaim bahwa pangkalan Tiongkok sedang dibangun di negara tersebut, dan menyatakan bahwa tuduhan tersebut hanyalah dalih untuk mendukung embargo AS terhadap Kuba. Kementerian Luar Negeri Tiongkok membantah mengetahui situasi tersebut.

Setelah beberapa saat, pada masa awal pemerintahan Obama, ketika hubungan antara Amerika Serikat dan Kuba terlihat akan membaik, keadaan justru semakin memburuk. Pada tahun 2016, sekitar 200 diplomat dan pejabat intelijen AS jatuh sakit karena “Sindrom Havana”, yang diduga disebabkan oleh senjata ultrasound dan microwave. Hubungan semakin memburuk di bawah pemerintahan Trump, yang menetapkan Havana sebagai negara sponsor terorisme.

Hubungan dengan Tiongkok juga berada pada titik terendah. Penilaian Ancaman Tahunan Kantor Direktur Intelijen Nasional mengakui bahwa Tiongkok dan Rusia merupakan ancaman paling serius bagi Amerika Serikat, terutama karena Partai Komunis Tiongkok (PKT) berusaha memperluas kepentingannya di luar perbatasan Tiongkok. PLA telah memiliki pangkalan di Djibouti dan Kamboja dan dicurigai sedang membangun pangkalan di Myanmar dan Uni Emirat Arab. Beijing telah membiayai pelabuhan peti kemas dan membeli operasi penambangan lithium di Amerika Latin.

Selain itu, Administrasi Antariksa Nasional Tiongkok, sebagai bagian dari Jaringan Antariksa Dalam Tiongkok, telah mendirikan stasiun pemantauan ruang angkasa di Argentina, dekat Selat Magellan. Jenderal Laura Richardson, komandan Komando Selatan A.S., menyebut serangan PKT di Amerika Latin sebagai “serangan tanpa henti” dan upaya untuk menggusur Amerika Serikat. Sebuah pangkalan PKT di Kuba akan menjadi langkah selanjutnya untuk membangun dominasi PKT di Amerika.

Benturan antara kepentingan Amerika Serikat dan kepentingan PKT tampaknya semakin sering terjadi. Awal tahun ini, sejumlah balon mata-mata Tiongkok melayang di atas Amerika Serikat. Pada bulan Maret, Tiongkok menuduh sebuah kapal AS melanggar perairan Tiongkok di wilayah yang disengketakan. Beberapa minggu kemudian, FBI menggerebek sebuah kantor polisi rahasia Tiongkok di Amerika Serikat, sementara laporan-laporan menunjukkan bahwa beberapa kantor polisi lainnya masih ada. Bulan ini, ketika melakukan manuver yang tidak aman, sebuah kapal Angkatan Laut PLA hampir bertabrakan dengan kapal angkatan laut AS di dekat Taiwan. Pada saat yang sama, Amerika Serikat meningkatkan kerja sama pertahanannya di kawasan ini, dengan membuka empat pangkalan baru di Filipina. PKT juga berusaha mencari sekutu, dengan mengirimkan sebuah kapal latih, Qi Juguang, ke Vietnam.

Sebagian besar negara ekonomi utama dunia juga mengakui ancaman yang ditimbulkan oleh PKT. Pada KTT G-7 di bulan Mei, topik utama diskusi adalah “de-risking,” yang berarti bahwa anggota kelompok tersebut menyadari bahaya ketergantungan ekonomi yang terus berlanjut pada perdagangan Tiongkok. Sekutu-sekutu AS sebagian besar telah setuju untuk mematuhi larangan penjualan chip pemrosesan mikro yang canggih ke Tiongkok.

Kini, setelah Tiongkok membalas dengan mengecualikan perusahaan-perusahaan AS tertentu dari pasar mereka, Komite Urusan Luar Negeri DPR dan Rep. Mike Gallagher (R-WI), ketua Komite Khusus DPR untuk Partai Komunis Tiongkok, mendesak Menteri Perdagangan Gina Raimondo untuk memohon kepada Jepang, Korea Selatan, dan sekutu-sekutu AS lainnya agar tidak mencoba mengambil untung dari larangan yang diberlakukan oleh PKT.

Sementara hubungan perdagangan antara sekutu AS dan Tiongkok memburuk dan ketegangan meningkat di Laut Cina Selatan, tampaknya pangkalan PKT di Kuba akan melanggar Doktrin Monroe. 

Di bawah Doktrin Monroe pada tahun 1823, kekuatan Eropa – yang kemudian dipahami sebagai semua kekuatan asing – akan diblokir dari campur tangan dalam urusan Belahan Bumi Barat. Presiden Theodore Roosevelt menafsirkan doktrin tersebut sebagai mengizinkan Amerika Serikat untuk memainkan peran sebagai “kekuatan polisi internasional” untuk memerangi “kesalahan yang kronis”, kata-kata yang ditambahkannya dalam Roosevelt Corollary.

Pada tahun 1962, doktrin ini diuji ketika Uni Soviet diyakini sedang membangun senjata dan menempatkan rudal nuklir di Kuba. Kedua negara adidaya ini nyaris terlibat dalam perang nuklir. Pada akhirnya, Soviet mundur. Enam puluh tahun kemudian, tampaknya sekarang skenario yang sama terjadi lagi, tapi kali ini musuhnya adalah PKT.

Pada 9 Juni, menanggapi laporan tentang pangkalan mata-mata itu, anggota parlemen AS mengeluarkan pernyataan: “Kami mendesak pemerintahan Biden untuk mengambil langkah-langkah untuk mencegah ancaman serius terhadap keamanan dan kedaulatan nasional kita.” Meskipun Gedung Putih telah mengonfirmasi bahwa Tiongkok telah memiliki semacam pangkalan mata-mata di Kuba sejak tahun 2019, pemerintahan Biden belum menjelaskan tindakan apa yang akan diambilnya terhadap ekspansi terbaru PKT ke Amerika.

Studi Mengungkapkan : Umur Panjang Hingga Kesehatan Bukan Hanya Soal Keturunan, Tapi Juga Faktor Lingkungan

0

Emma Suttie, D.Ac, AP

Sebuah studi baru menambah bukti bahwa kesehatan dan umur panjang kita adalah hasil dari lingkungan dan gaya hidup kita.

Seberapa sering Anda merenungkan penyakit diabetes ayah Anda atau penyakit jantung yang menurun dalam keluarga dan berpikir, “Apakah saya akan terkena penyakit itu? Apakah itu tidak bisa dihindari?”

Dengan semua yang telah kita pelajari tentang genetika, tampaknya masuk akal untuk berpikir bahwa beberapa hasil kesehatan kita akan ditentukan oleh kekuatan tak terlihat yang terkubur jauh di dalam DNA kita. Namun, sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa berapa lama kita hidup lebih berkaitan dengan perilaku kita daripada gen kita, menyiratkan bahwa pilihan kita mungkin memiliki dampak yang jauh lebih besar pada umur panjang kita daripada yang kita duga.

Penelitian

Para penulis studi yang diterbitkan dalam Human Kinetics Journal, berusaha menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dan perilaku tidak aktif, serta hubungannya dengan kematian berdasarkan skor yang mengevaluasi faktor risiko genetik. Penelitian ini melibatkan 5.446 wanita pasca-menopause berusia 63 tahun atau lebih. Para wanita tersebut dibagi ke dalam tiga kelompok berdasarkan faktor risiko genetik mereka. Faktor-faktor risiko ini diukur dengan “sejumlah kecil polimorfisme nukleotida tunggal” yang diketahui mempengaruhi umur panjang.

Polimorfisme nukleotida tunggal (SNP) adalah variasi dalam urutan genetik yang memengaruhi salah satu blok pembangun dasar urutan tersebut-adenin, timin, sitosin, atau guanin. SNP membantu memprediksi respons seseorang terhadap obat tertentu, kerentanannya terhadap faktor lingkungan seperti racun, pestisida, atau limbah industri, dan risikonya terkena penyakit tertentu.

Para penulis penelitian secara meyakinkan menemukan bahwa, terlepas dari faktor risiko genetik mereka, peserta yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi menunjukkan risiko kematian yang lebih rendah, dan mereka yang memiliki tingkat perilaku kurang gerak yang lebih tinggi meningkatkan peluang kematian mereka selama periode tindak lanjut rata-rata lebih dari enam tahun.

Pada akhirnya, temuan ini mendukung pentingnya lebih banyak aktivitas fisik dan mengurangi perilaku kurang gerak untuk mengurangi risiko kematian pada wanita yang lebih tua, terlepas dari kecenderungan genetik mereka untuk berumur panjang.

Gen dan Umur Panjang

Sebuah artikel berjudul “Human Longevity: Genetics or Lifestyle? It Takes Two to Tango,” yang diterbitkan di Immunity and Aging pada tahun 2016, menemukan bahwa kombinasi faktor genetik dan non-genetik menentukan penuaan yang sehat dan umur panjang pada manusia. Artikel tersebut mengatakan bahwa studi keluarga menemukan bahwa sekitar 25 persen variasi umur panjang manusia disebabkan oleh faktor genetik. Menariknya, artikel tersebut juga menyatakan bahwa penelitian telah mengindikasikan bahwa pembatasan kalori, serta faktor epigenetik, genetika, dan gaya hidup, berperan dalam penuaan yang sehat.

Epigenetik adalah studi tentang bagaimana perilaku dan lingkungan kita dapat mengubah cara gen kita berfungsi. Tidak seperti perubahan genetik, perubahan epigenetik ini dapat dibalikkan karena tidak memengaruhi DNA kita.

Sebaliknya, sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2018 di jurnal Genetics menganalisis 54,43 juta silsilah keluarga yang mengejutkan dengan mengumpulkan catatan kelahiran dan kematian 406 juta orang yang lahir dari abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20 dari basis data Ancestry.com. Studi ini menemukan bahwa hanya 7 persen dari umur manusia yang dapat dikaitkan dengan genetika atau heritabilitas.

Heritabilitas mengukur bagaimana perbedaan dalam gen manusia menjelaskan perbedaan dalam karakteristik atau sifat-sifat tertentu dari setiap individu. Ini termasuk warna mata, tinggi badan, warna rambut, kecerdasan, dan gangguan seperti skizofrenia dan autisme.

Gaya Hidup dan Umur Panjang

Umur panjang, atau biologi penuaan, adalah bidang studi yang menarik yang membuat penemuan-penemuan penting tentang faktor-faktor yang memengaruhi berapa lama kita hidup.

Hingga baru-baru ini, harapan hidup manusia berkisar antara 19 hingga 35 tahun, tetapi selama 150 tahun terakhir, peningkatan signifikan dalam sanitasi dan kondisi kehidupan, praktik pertanian, akses terhadap makanan dan air bersih, serta perawatan medis telah meningkatkan usia harapan hidup secara dramatis. Umur rata-rata sekarang adalah sekitar 76 tahun (telah menurun secara signifikan di Amerika Serikat sejak tahun 2020 karena COVID-19). Jika kita melihatnya dengan cara ini, mengelola bagaimana kita menua adalah masalah yang relatif baru.

Dengan bertambahnya usia, muncullah berbagai macam penyakit yang berkaitan dengan usia, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal, diabetes, radang sendi, kanker, demensia, dan penyakit Alzheimer. Dan, seiring bertambahnya usia, kita tidak hanya lebih mungkin mengembangkan kondisi-kondisi ini, tetapi juga memiliki beberapa di antaranya secara bersamaan.

Para ilmuwan  mempelajari orang-orang yang hidup sampai usia lebih dari 100 tahun (disebut centenarian) dan mereka yang hidup sampai usia lebih dari 110 tahun (disebut supercentenarian) untuk memahami faktor-faktor apa saja yang berkontribusi terhadap umur panjang mereka. Para ilmuwan menemukan bahwa orang-orang ini memiliki sedikit kesamaan satu sama lain dalam hal pendidikan, profesi, atau pendapatan, tetapi mereka cenderung memiliki gaya hidup yang sama: Mereka tidak merokok; mereka tidak mengalami obesitas atau kelebihan berat badan; dan mereka dapat mengatasi stres dengan baik. Selain itu, sebagian besar centenarian dan supercentenarian adalah wanita.

Di usia lanjut, mengonsumsi makanan yang sehat, menghindari tembakau, membatasi alkohol, dan tetap aktif secara fisik dapat membuat banyak dari kita tetap sehat hingga usia tua. Namun, di usia lanjut-pada usia 80 tahun dan seterusnya-genetika memainkan peran penting dalam menjaga orang tetap sehat dan terhindar dari penyakit yang berkaitan dengan usia. Penelitian menunjukkan bahwa banyak orang berusia seratus tahun dapat hidup mandiri dan terhindar dari penyakit yang berkaitan dengan usia hingga tahun-tahun terakhir dalam hidupnya.

Nir Barzilai, direktur Institute for Aging Research di Albert Einstein College of Medicine, mempelajari biologi dan genetika penuaan. Barzilai mengatakan bahwa ada dua hipotesis yang ia dan timnya miliki tentang mengapa orang yang berusia seratus tahun bisa berumur panjang dan mengapa mereka tampak lebih sehat lebih lama. Yang pertama adalah bahwa mereka melakukan semua hal yang benar terkait lingkungan mereka, seperti makan dengan baik dan berolahraga, katanya, seraya menambahkan bahwa mereka memiliki gaya hidup “zona biru”. Zona biru adalah enam tempat di bumi di mana orang hidup paling lama dan paling sehat.

Hipotesis kedua, kata Barzalai, adalah bahwa mereka mungkin memiliki “genom yang sempurna”. Sebagai contoh, mereka mungkin tidak memiliki risiko genetik SNP, atau variasi yang biasanya terkait dengan penyakit yang berkaitan dengan usia seperti penyakit Alzheimer, penyakit kardiovaskular, dan kanker.

Dalam penelitian Barzilai dengan para centenarian, ia juga menemukan bahwa kepribadian dan pandangan hidup mereka sangat berbeda. Ia mengatakan bahwa para lansia yang pernah ia tangani memiliki minat yang besar untuk merasa bahagia dan untuk mencapai hal tersebut tidak membutuhkan banyak usaha, terutama jika dibandingkan dengan generasi yang lebih muda. Memiliki pandangan yang positif dan pendekatan yang santai terhadap kehidupan tampaknya lazim di antara orang-orang yang berumur panjang.

Mungkin melegakan bahwa, berdasarkan penelitian saat ini, kita tidak perlu lagi pasrah pada penyakit yang diderita nenek moyang kita. Seberapa lama dan, mungkin yang lebih penting, seberapa baik kita hidup adalah kombinasi dari gen, lingkungan, gaya hidup, dan sikap kita. Untungnya, ini berarti pilihan kita memiliki dampak yang jauh lebih signifikan terhadap kesehatan kita daripada gen yang kita bawa, dan  kesehatan kita sebagian besar berada di tangan kita.

Kapal Imigran Gelap Yunani Tenggelam, Sedikitnya 79 Orang Tewas dan Ratusan Hilang

oleh Chen Yue

Pada 14 Juni dini hari, sebuah kapal penangkap ikan yang penuh dengan imigran ilegal tenggelam di Laut Mediterania di barat daya Semenanjung Peloponnese, Yunani, menyebabkan sedikitnya 79 orang tewas, ratusan orang lainnya hilang dan 104 orang berhasil diselamatkan. Saat ini pencarian dan penyelamatan masih berlangsung. Para penyintas mengatakan bahwa kapal itu mungkin mengangkut sekitar 750 orang pengungsi.

Pejabat kesehatan setempat mengatakan bahwa ini adalah tragedi yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan menduga jumlah korban masih bisa bertambah.

Yannis Karvelis, direktur kesehatan daerah setempat mengatakan : “Saya khawatir jumlah (korban) akan lebih banyak, karena jumlah orang di atas kapal itu jauh lebih banyak daripada kapasitas yang diperbolehkan.

Media Yunani mengutip ungkapan penyintas kepada para penyelamat melaporkan bahwa kapal tersebut mungkin mengangkut 750 orang termasuk 100 orang anak-anak.

Pada Kamis, para imigran gelap yang berhasil diselamatkan dibawa ke kota terdekat, Kalamata untuk menerima perawatan dan konseling.

Eva Tsikrikou, seorang psikolog di Mental Health Organization mengatakan : “Mereka masih shock dan mencoba untuk berbicara dengan anggota keluarga mereka yang masih berada di negara mereka”.

Kapal penangkap ikan tersebut berangkat dari Libya menuju Italia. Pakar Penjaga Pantai menduga bahwa kapal tersebut mungkin terbalik karena kerusakan dan kehabisan bahan bakar. Penjaga Pantai juga menyatakan bahwa sebelum kecelakaan, para pengungsi di atas kapal menolak bantuan dan minta pelayaran berlanjut.

Pada Kamis (15 Juni), pemerintah Yunani mengumumkan pengibaran bendera setengah tiang selama 3 hari untuk menyatakan berkabung bagi para korban. Menurut data yang terhimpun oleh PBB, bahwa tahun ini saja sudah ada lebih dari 70.000 orang imigran gelap yang  memasuki negara-negara Eropa. Dan, negara-negara Mediterania terutama Italia paling banyak kemasukan imigran gelap.(sin)