Home Blog Page 651

Organisasi Jerman Memperingatkan Atlet Olimpiade: Jangan Makan Daging Tiongkok untuk Menghindari Pelanggaran Hukum

Bi Xinci dan Chen Haiyue 

Badan anti-doping Jerman (NADA) memperingatkan kepada para atlet negaranya pada Senin (10/1/2022) bahwa makan daging Tiongkok mungkin secara tidak sengaja menelan clenbuterol.

“Jika memungkinkan, daging harus dihindari dan alternatifnya harus didiskusikan dengan ahli gizi,” kata pernyataan itu.

Kantor berita AFP  juga mengatakan bahwa lembaga anti-doping telah memperingatkan risiko kontaminasi clenbuterol dalam daging yang diproduksi di Tiongkok.

Pada 15 Maret tahun lalu, Hari Hak Konsumen Internasional, CCTV mengatakan bahwa Kabupaten Qingxian, Kota Cangzhou, Provinsi Hebei, daerah penghasil domba kambing utama dengan sekitar 700.000 domba setiap tahun, melarang hukum menggunakan ractopamine, salbutamol dan clenbuterol oleh para peternak. Domba tesebut sudah dijual ke banyak provinsi dan kota selama sekitar sepuluh tahun.

NTDTV melaporkan pada tahun 2011 bahwa sekelompok domba yang mengandung clenbuterol yang ditemukan di Kabupaten Qingxian, Provinsi Hebei, dilaporkan berasal dari Kabupaten Qingyun, Dengzhou, Shandong.

Bahkan, atlet Tiongkok kerap gagal mengikuti kompetisi karena mengonsumsi daging yang mengandung clenbuterol.

Media daratan Tiongkok melaporkan pada tahun 2016, bahwa Pusat Anti-Doping Tiongkok mengumumkan pada saat itu bahwa 17 atlet telah melanggar peraturan doping, semuanya karena mereka dinyatakan positif mengandung clenbuterol.

Pada tahun 2011, perenang Tiongkok Ning Zetao ditemukan positif menggunakan clenbuterol dan dilarang selama satu tahun oleh FINA.

Mantan juara Tour de France dan atlet Spanyol Alberto Contador kehilangan dua gelar utama pada tahun 2010 setelah sejumlah kecil clenbuterol terdeteksi di tubuhnya. (Hui)

Ibu 6 Anak : Ini Adalah ‘Berkah’ Melahirkan Kembar Tiga Kali Berturut-turut Dalam 5 tahun

0

Caters News Agency

Seorang ibu telah melahirkan anak kembar tiga kali berturut-turut, yang berarti ia mempunyai enam bayi dalam lima tahun terakhir.

Jolene Mckee, 32 tahun, dan suaminya, Andrew, 33 tahun, dari Brooklyn, New York, sekarang menjadi keluarga beranggotakan delapan orang setelah baru-baru ini menyambut anak kembar ketiga mereka, Aiden dan Jaiden, yang kini berusia hampir 6 bulan.

Ibu enam anak ini mengatakan adalah “berkah” untuk mendapatkan enam anak dari tiga kehamilan dan karena merawat anak-anak kembar, ia merasa lebih seperti seorang profesional setiap kali melahirkan.

Pasangan ini adalah orang tua dari Peyton dan Paige, yang berusia 5 tahun, Abigail dan Andrew, yang berusia 3 tahun, dan tambahan terbaru, Aiden dan Jaiden.

“Saya tidak pernah membayangkan diri saya dengan sebuah keluarga besar. Saya pikir saya mungkin hanya memiliki  satu atau dua anak, Saya merasa sangat beruntung bahwa kami memiliki tiga kombinasi juga, kembar perempuan, kembar laki-laki-perempuan, dan sekarang kembar laki-laki. Berhasil dengan sempurna,” kata Jolene.

Sebelum Jolene hamil anak kembar pertamanya, ia menderita keguguran tiga bulan sebelumnya.

“Saya sangat takut untuk pergi ke dokter-dokter untuk pemindaian setelah mengalami nyeri akibat keguguran. Saya panik sepanjang waktu karena dokter-dokter melakukan pemindaian begitu lama dan mereka memanggil seseoran ke ruangan itu,” kata Jolene.

“Lalu mereka memberitahu saya bahwa saya mengandung anak kembar. Saya tidak percaya. Hal yang indah,” ujarnya.

Dua tahun kemudian, Jolene mengetahui bahwa ia hamil lagi dan mengharapkan sepasang anak kembar lagi.

Jolene ingat memiliki firasat bahwa ia hamil dengan anak kembar, tetapi mengatakan ia masih terkejut ketika berita itu dipastikan, di mana suaminya juga terkejut.

“Ketika saya mengetahui bahwa saya hamil anak kembar untuk ketiga kalinya, saya sepenuhnya menerima bahwa ini harus menjadi tugas saya,” kata Jolene.

“Semua kehamilan saya berjalan sangat lancar, tetapi  sangat berbeda dengan hamil yang kedua dan ketiga kalinya, hamil sambil juga berperan sebagai seorang ibu yang aktif. Tetapi saya hanya harus semangat menjalaninya.”

Jolene mengakui bahwa, setelah melahirkan Abigail dan Andrew, adalah menantang memiliki dua pasang anak kembar. Namun, membesarkan anak-anak kembar tidak mudah, jadi terasa lebih mudah dengan setiap kembar yang dilahirkan.

“Kami tahu bagaimana menanganinya,” kata Jolene. “Setelah hamil untuk ketiga kalinya, saya 100 persen yakin itu tidak mungkin pasangan kembar lainnya.”

Jolene percaya hanya mengandung satu bayi.

“Jadi ketika kami mengetahui itu kembar untuk ketiga kalinya, kami terkejut dan dokter juga terkejut sama seperti kami,” tambah Jolene. “Dokter mengatakan bahwa, dalam 25 tahun, ia belum pernah melihat seorang wanita memiliki tiga pasang anak kembar.”

Jolene menjelaskan bahwa alasan ia memiliki begitu banyak pasangan kembar adalah karena ia memiliki rahim yang terlalu aktif, yang katanya menyebabkan ia mengelluarkan dua telur pada waktu yang sama, tetapi ia menerima bahwa ini adalah untuknya dan bahwa ia “menyukainya.”

“Setiap anak memiliki kepribadian yang berbeda dan, meskipun mereka kembar, mereka masing-masing memiliki teman kecilnya sendiri,” kata Jolene. “Yang saya sukai adalah melihat mereka tumbuh dan berkembang. Hal itu benar-benar menyenangkan hati saya.”

Pasangan itu mengatakan bahwa mengorganisir enam anak itu adalah menantang dan membutuhkan banyak usaha untuk menegakkan sebuah jadwal yang baik.

“Kadang sulit juga untuk mengurus semua cucian, saya mencuci baju setidaknya enam kali setiap minggu,” kata Jolene.

“Tetapi semua anak sangat dekat dan akrab. Saya mencintai keluarga kami dan saya tidak akan memilikinya dengan cara lain,” ujarnya. (Vv)

Korea Utara Kembali Meluncurkan Rudal Balistik, Korea Selatan dan Jepang Mengutuk Keras

Zhao Fenghua dan Lin Mingdi 

Militer Korea Selatan dan Jepang secara bersamaan mengonfirmasi bahwa pada  Selasa 11 Januari, Korea Utara kembali menembakkan rudal. Ini adalah kedua kalinya Korea Utara meluncurkan rudal tahun ini, sekali lagi menyebabkan kecaman publik

Pada hari yang sama, juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Selatan Choi Yong-san mengutuk uji coba rudal kedua Korea Utara.

“Kami sangat menyesalkan peluncuran (rudal) pada saat stabilitas regional sangat penting,” katanya.

Penjaga Pantai Jepang juga mengatakan pagi itu bahwa Korea Utara telah kembali menguji rudal balistik.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan sangat disesalkan bahwa Korea Utara terus meluncurkan rudal dalam menghadapi kecaman keras dari masyarakat internasional.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan: “Sangat disesalkan bahwa Korea Utara terus meluncurkan rudal dalam keadaan seperti itu.”

Pada Senin 10 Januari 2022, Amerika Serikat dan lima anggota Dewan Keamanan lainnya mengecam keras uji coba rudal Korea Utara pada pekan lalu.

Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield bahwa peluncuran rudal balistik Korea Utara pada 5 Januari, jelas merupakan pelanggaran terhadap berbagai resolusi Dewan Keamanan. Ia menambahkan, upaya Korea Utara untuk terus mengejar senjata pemusnah massal dan program rudal balistik, merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional.”

Beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB, melarang Korea Utara melakukan aktivitas rudal balistik apa pun, termasuk peluncuran rudal dari jangkauan apa pun. (hui)

Tianjin, Tiongkok Terapkan Lockdown Parsial, 14 Juta Warga Dilarang Tinggalkan Kota Hingga Kembali Digelar Test COVID-19 Massal

0

Luo Tingting

Setelah  Omicron merebak di Tianjin, Tiongkok, lockdown parsial resmi diterapkan. Pemerintah melarang sebanyak 14 juta penduduk meninggalkan batas kota. Untuk mencegah penyebaran epidemi agar tidak membahayakan Beijing, pejabat Tianjin mengumumkan peluncuran tes COVID-19  putaran kedua secara massal untuk semua warga pada 12 Januari.

Pada saat yang sama, karyawan diharuskan untuk tetap ” diam” di tempat tinggal, menunggu hasilnya di rumah setelah pengambilan sampel asam nukleat. Warga baru keluar setelah menerima hasil negatif.

Namun demikian, warga biasa di Tianjin tidak mengambil cuti untuk menjalani test COVID-19. 

Beberapa netizen mengatakan: ia berada di Tianjin dan mulai bekerja lembur pada jam 12  malam. Pada paginya, pihak perusahaan meminta ia harus pergi ke perusahaan untuk menjalani test. Setelah tes, ia akan kembali bekerja tanpa penundaan. .”

Beberapa netizen bertanya-tanya: “Kuncinya adalah bahwa dalam sehari, sudah ada banyak orang di beberapa tempat. Sekarang setengah hari, dan bahkan lebih banyak lagi.”

Tianjin mengumumkan penemuan kasus lokal Omicron yang dikonfirmasi di tengah malam pada 8 Januari. Kemudian mengumumkan pada 9 Januari sebanyak 14 juta orang akan menjalani tes COVID-19 secara massal. 

Video yang diposting di Internet menunjukkan bahwa banyak lokasi pengujian penuh sesak dengan orang-orang.  Bahkan ada situasi di mana orang-orang ramai dan sempat terjadi konflik fisik. 

Tianjin dekat dengan Beijing, dapat dicapai dalam waktu setengah jam dengan kereta api berkecepatan tinggi. Saat Olimpiade Musim Dingin Beijing mendekat, varian Omicron di Tianjin menjadi ancaman bagi Beijing.

Sekitar pukul 01.00 pagi pada 9 Januari, Li Hongzhong, sekretaris Komite Partai Kota Tianjin, menyatakan dalam konferensi video tentang pencegahan epidemi, bahwa ia akan memblokir saluran transmisi epidemi dan “membangun ‘parit’ untuk pencegahan dan pengendalian epidemi di ibukota.”

Pada hari yang sama, Tianjin memasuki keadaan “lockdown parsial” di mana masuk dan keluar koata dilarang. Semua industri atau pabrik selain transportasi Tianjin, sekolah, dan kebutuhan untuk mata pencaharian masyarakat berada dalam “tombol jeda”, dan pengiriman  cepat juga berhenti. Kereta api dan lalu lintas antara Tianjin dan Beijing  terputus, dan lebih dari 140 penerbangan telah dibatalkan sejak tanggal 9 Januari.

Namun demikian, sudah terlambat untuk menerapkan tindakan pencegahan dan pengendalian di Tianjin.

Virus Omicron telah disembunyikan setidaknya selama 15 hari, dan sumber virusnya tidak diketahui. Selain itu, virus telah menyebar ke luar kota, dan orang yang dikonfirmasi Omicron dari Tianjin terdeteksi di Anyang, Henan.

Menurut laporan resmi, pada pukul 8:00 pagi pada 11 Januari, ada 84 kasus Omicron yang dikonfirmasi di Kota Anyang. Untuk mencegah penyebaran epidemi, Kota Anyang mengumumkan penutupan kota pada 10 Januari. Kota itu mengharuskan 5,5 juta penduduk kota isolasi dan tinggal di rumah. Bahkan, melarang kendaraan bermotor mengaspal.

Epidemi Tianjin telah menarik perhatian publik.  Beberapa hari yang lalu, entri “Ke mana orang-orang dari Tianjin pergi dalam seminggu” ada di daftar pencarian panas Weibo. 

Menurut laporan People’s Daily Health Times, berdasarkan peta migrasi Baidu, dalam tujuh hari dari 1 hingga 7 Januari, tujuan utama para migran Tianjin adalah Beijing, Kota Langfang, Hebei, dan Tangshan. Yang mana, Beijing berada di puncak daftar dengan proporsi tertinggi.

Data menunjukkan bahwa hanya 0,43% penduduk yang pindah dari Tianjin ke Anyang. Proporsi Tianjin ke Beijing adalah 17,92%, lebih dari 40 kali lebih banyak dari Anyang.

VOA news melaporkan bahwa strain mutan Omicron Tianjin dapat dengan cepat menyebar ke Kota Anyang, Provinsi Henan, yang berjarak 400 kilometer. Jadi apakah Beijing, yang hanya berjarak 150 kilometer dari Tianjin, juga dalam bahaya? kini telah memusingkan pihak berwajib.

Bahkan, setelah merebaknya wabah Omicron di Tianjin, pihak berwenang Beijing pada tanggal 9 Januari, mulai mencari orang-orang yang pernah ke Tianjin atau telah melakukan kontak erat dengan orang-orang dari Tianjin sejak 9 Desember tahun lalu. Bagi mereka yang pernah ke Tianjin setelah 23 Desember, pihak berwenang Beijing meminta mereka untuk “mengkarantina diri di rumah”.

Saat ini, epidemi Omicron telah terjadi di 6 provinsi dan kota, termasuk Tianjin, Guangzhou, Guangdong, Changsha, Hunan, Shenzhen, Zhejiang, dan Wuxi, Jiangsu. Infektivitas tinggi dan tembus pandang yang dilaporkan akibat Omicron, menimbulkan tantangan bagi kebijakan zero COVID-19 TIongkok. (hui)

Gelombang Panas Terparah dalam Sejarah Membuat Suhu Argentina di Atas 40 Derajat Celcius Hingga Terjadi Pemadaman Listrik

Argentina yang dilanda gelombang panas bersejarah, suhunya melebihi 40 derajat Celcius. Akibatnya pasokan listrik diperketat hingga membuat orang-orang berteriak bahwa mereka tidak tahan lagi, dan  mencari tempat berteduh untuk menghindari panas

Argentina sementara ini menjadi tempat terpanas di dunia karena perbedaan waktu, ketika suhu turun semalam di beberapa bagian Australia.

Ratusan ribu orang menghadapi pemadaman listrik di ibu kota berpenduduk padat Buenos Aires dan daerah sekitarnya karena suhu melonjak hingga sekitar 45 derajat Celcius, sebagaimana yang dilaporkan Reuters Rabu 12 Januari 2022. 

Jose Casabal, seorang warga berusia 42 tahun, mengatakan, “Ketika dirinya sampai di rumah, ia menemukan bahwa listrik padam, dan rumahnya panas seperti kompor,” jadi dia membawa anak-anaknya keluar untuk mencari tempat yang sejuk untuk melarikan hawai panas. Anak-anak dibawa  ke rumah nenek mereka untuk berenang.

“Bahkan pagi-pagi masih sangat panas, sekitar 31 derajat Celcius,” kata seorang warga Gustavo Barrios.

Kepala setempat mengingatkan masyarakat untuk menghindari jam-jam terpanas, mengenakan pakaian dingin dan tetap minum air supaya terhindar dehidrasi. “Kami harus lebih berhati-hati akhir-akhir ini,” kata Walikota Buenos Aires Horacio Rodriguez Larreta.

Pola cuaca panas dan kering di Argentina telah mempengaruhi tanaman. Ahli meteorologi Lucas Berengua mengatakan gelombang panas itu tak terbayangkan dan bisa membuat rekor baru bagi Argentina.

Bagi sebagian orang, fenomena tersebut memperdalam keraguan mereka tentang perubahan iklim dan cuaca yang lebih ekstrem. Argentina telah sering mengalami kebakaran hutan di dekat delta besar dalam beberapa tahun terakhir, dan permukaan air di Sungai Parana telah turun hingga mendekati titik terendah dalam 80 tahun. (hui)

WHO : Jangan Meremehkan Omicron, Setengah dari Populasi Eropa Mungkin Terinfeksi dalam 2 Bulan

oleh He Yating

Pada 11 Januari, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali memperingatkan bahwa kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh varian strain Omicron tidak sampai dianggap remeh. Lebih dari setengah orang Eropa diperkirakan akan terinfeksi oleh varian Omicron dalam dua bulan ke depan, tetapi COVID-19 sebaiknya tidak dianggap sebagai penyakit seperti flu yang endemik

Baru-baru ini, jumlah kasus varian Omicron di Eropa dan Amerika Serikat terus melonjak. Menurut data yang dilaporkan oleh negara-negara Eropa, tercatat hingga hari Minggu pertama tahun 2022, lebih dari 7 juta orang di Eropa dipastikan terinfeksi Omicron, dan jumlahnya meningkat lebih dari dua kali lipat dalam dua minggu.

Hans Kluge, Direktur Regional Eropa Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan dalam jumpa pers yang diadakan pada 11 Januari, bahwa 50 dari 53 negara di Eropa dan Asia Tengah telah terkonfirmasi terjadi infeksi oleh varian Omicron.

Dia mengatakan bahwa karena Omicron mempengaruhi saluran pernapasan bagian atas lebih dari paru-paru, pasien sekarang umumnya menunjukkan gejala yang lebih ringan daripada jenis infeksi yang terjadi sebelumnya. 

Namun, WHO percaya bahwa varian ini tidak bisa dianggap remeh, dan masih membutuhkan lebih banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli untuk mendukung kesimpulannya.

“Pada tingkat ini, Institute for Health Metrics Evaluation (IHME) memperkirakan bahwa dalam 6 hingga 8 minggu ke depan, lebih dari 50% populasi Eropa akan terinfeksi varian Omicron”, kata Hans Kluge.

IHME yang dimaksud adalah Institut Data dan Evaluasi Kesehatan (IHME) yang dimiliki Universitas Washington.

Saat ini, perusahaan farmasi di banyak negara sudah mulai mengembangkan vaksin generasi berikutnya. Sebagai tanggapan, WHO mengatakan bahwa butuh penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah vaksin COVID-19 yang ada memberikan perlindungan yang cukup terhadap Omicron yang sangat menular. 

Pada saat yang sama, juga perlu penelitian yang lebih mendalam terhadap potensi Omicron menghindari kekebalan dari vaksin, serta respons kekebalan yang disebabkan oleh infeksi alami.

Sebelumnya, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengatakan pada hari Senin 10 Januari bahwa karena daya yang mematikan dari Omicron telah menurun, mungkin sekarang saatnya untuk mengubah cara virus berkembang dan diperlakukan sebagai penyakit mirip flu endemik.

Jika klaim Sanchez itu benar, berarti negara tidak lagi harus mencatat setiap kasus infeksi atau menguji setiap orang yang mengalami gejala.

Catherine Smallwood, seorang petugas darurat senior di kantor regional WHO untuk Eropa, menolak klaim tersebut. Dia mengatakan bahwa hanya transmisi yang stabil dan dapat diprediksi yang dapat didefinisikan sebagai penyakit endemik. Tetapi masih banyak ketidakpastian tentang COVID-19, dan virus ini berkembang sangat cepat sehingga terlalu dini untuk menggolongkannya sebagai wabah endemik.

“Ia mungkin saja bisa berubah menjadi epidemi pada waktunya, tetapi untuk menentukan waktunya adalah tahun 2022 ini, sekarang masih agak sulit”, kata Catherine Smallwood.

Faktanya, pejabat kesehatan Amerika Serikat juga pernah memperingatkan bahwa meskipun saat ini infeksi Omicron masih tampak memiliki gejala yang ringan, tetapi peningkatan tajam dalam jumlah kasus infeksi telah membebani sistem medis. Karena itu, beberapa rumah sakit di Amerika Serikat terpaksa harus menangguhkan operasi bedah elektif akibat kekurangan staf medis. (sin)

Mantan Dokter Olahraga Tim Nasional Tiongkok Ungkap Penggunaan Obat Terlarang di Kalangan Atlet

0

oleh Yi Fan dan Wang Jiayi 

Xue Yinxian, mantan dokter olahraga tim nasional Tiongkok melarikan diri dari Tiongkok pada tahun 2017 dengan membawa serta 68 bundel catatan harian selama bertugas sebagai dokter olahraga.

 Putranya Yang Weidong telah mengambil isi buku dari harian itu dan mengkompilasikannya dalam buku berjudul ‘Obat-Obatan Terlarang Tiongkok’, yang dalam waktu dekat akan diterbitkan. 

Buku tersebut mengungkapkan kisah penggunaan obat-obatan terlarang oleh para atlet Tiongkok. Buku yang akan diedarkan menjelang Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022, dimaksudkan untuk mengingatkan masyarakat internasional bahwa Tiongkok tidak hanya melanggar hak asasi manusia, tetapi juga melanggar semangat Olimpiade. 

Penggunaan obat terlarang bagi atlet adalah kehendak sistem olahraga Tiongkok

Dalam wawancara eksklusif dengan Radio Free Asia pada 6 Januari, Yang Weidong yang mengutip tulisan ibunya dari catatan harian mengatakan, bahwa atlet Tiongkok mulai menggunakan obat terlarang pada tahun 1978. 

Pada 11 Oktober tahun itu, Mr. Chen Xian yang menjabat sebagai Wakil Direktur Komisi Olahraga Negara saat itu, dalam pertemuan Biro Pelatihan Urusan Medis Komisi Olahraga Nasional yang ia pimpin mengatakan kepada seluruh hadirin, termasuk Xue Yinxian yang juga hadir sebagai dokter tim olahraga bola basket, bahwa doping sekarang digunakan di luar negeri, “Mengapa kita tidak juga menggunakannya ?” Katanya. Dan sejak itu, sejarah atlet Tiongkok menggunakan obat terlarang telah dimulai.

Saat itu, Tiongkok baru saja mengakhiri Revolusi Kebudayaan, dan terjadi kekurangan bahan pangan yang cukup serius. Bahkan perlu kupon yang dibagikan pemerintah agar bisa membeli makanan. Bagaimana stamina atlet cukup kuat untuk bersaing secara internasional ? Jadi doping dihalalkan.

Setelah 1981, tim bola voli putri Tiongkok secara berturut-turut telah memenangkan kejuaraan internasional. Bahkan, sejak tahun 1980, Luo Weisi, dokter tim bola voli putri Tiongkok mulai mempelajari efek dari penggunaan obat stimulan atau doping. 

Dia menerbitkan dua artikel tentang atlet yang menggunakan tablet Iron (ferrous sulfate) di majalah “Sports Science” Tiongkok pada tahun 1982. Asupan zat besi harian rata-rata orang adalah 10 hingga 15 mikrogram, sedangkan asupan harian para atlet tersebut “digenjot” sampai mencapai 600 hingga 800 mikrogram. Setelah mengonsumsi pil ini, tubuh tidak mampu mencernanya, sehingga elemen besi ini akan tersimpan di dalam tubuh, dan menimbulkan masalah setelah bertahun-tahun.

Atlet Tiongkok pertama yang menggunakan obat terlarang adalah pemain tenis meja, atlet angkat berat, atletik, dan para perenang. Pada fase percobaan selanjutnya, semua atlet diwajibkan untuk menggunakan doping, termasuk Lang Ping, pemain bola voli putri Tiongkok yang terkenal saat itu. 

“Dia baru berusia 20-an pada 1980-an, bagaimana dia bisa menolak aturan yang diterapkan sistem ?” Luo Weisi menyebut nama Lang Ping menggunakan doping dalam artikel yang diterbitkan pada saat itu.

Atlet-atlet ini mengalami efek samping setelah menggunakan doping, sakit kepala yang tidak dapat dijelaskan, nyeri tubuh, dan cedera olahraga yang seharusnya tidak akan terjadi.

Dari tahun 1978 hingga 1985, Xue Yinxian menjabat sebagai kepala tim pengawasan medis di Departemen Medis Biro Pelatihan Komisi Olahraga Negara. 

Setiap minggu, Departemen medis mengadakan kelas pembelajaran, saling bertukar pengalaman bagi setiap cabang olahraga, dan masalah yang dihadapi oleh setiap tim harus dilaporkan kepada Xue Yinxian. 

Catatan-catatan inilah yang kemudian ia kumpulkan dalam bundel. Buku yang bakal diterbitkan itu akan membuat banyak catatan harian itu tidak lagi menjadi rahasia.

Di Majalah Senam edisi bulan November 1987, Xue Yinxian menerbitkan sebuah artikel atas nama semua dokter tim medis olahraga senam Tiongkok yang diberi judul ‘Analisis Penyebab Pecahnya Tendon Achilles pada Atlet Pesenam’. 

Artikel tersebut merinci bahwa pesenam Tiongkok Li Donghua mengalami masalah setelah mengkonsumsi hormon selama sebulan. Saat mendarat dengan backflip, Li Donghua mengalami pecah tendon Achilles di kedua kakinya. Ini adalah efek samping dari penggunaan obat perangsang, efeknya adalah dinding pembuluh darah akan menjadi sangat rapuh, dan tendon Achilles akan pecah dengan sedikit saja benturan dengan kekuatan eksternal.

Pada tahun 2008, atlet lari gawang 110 meter Tiongkok Liu Xiang, pemain Grand Slam pertama di dunia mengalami pecah tendon Achilles. Setelah membaca seluruh deskripsi perawatannya, Xue Yinxian mengatakan bahwa kasusnya sama seperti yang dialami Li Donghua.

Contoh Mengerikan : Demi prestasi olahraga melakukan proses fertilisasi guna diaborsi

Yang Weidong juga menggambarkan contoh yang dia kenal. Pada tahun 1995, Deng Yaping, seorang atlet tenis meja putri Tiongkok yang memenangkan beberapa kejuaraan dunia, Diminta untuk menerima inseminasi buatan sebelum mengikuti kejuaraan dunia. Setelah kehamilan, testosteron (hormon seks jantan) dalam tubuhnya akan meningkat, dan kemudian dia melakukan aborsi setelah pertandingan. Yang Weidong mengatakan, sebenarnya ini juga merupakan suatu cara, menggunakan inseminasi buatan untuk meningkatkan hormon.

Karena pengungkapannya terlalu mengejutkan, reporter ‘Epoch Times’ meminta saran dari para profesional atau ahlinya.

Mr. Yu, mantan pembalap sepeda Tiongkok yang kini tinggal di Selandia Baru membenarkan praktik tersebut, mengatakan tidak mengherankan bahwa ada pernyataan seperti itu. Karena kehamilan memang dapat meningkatkan jumlah hormon dalam tubuh. Tapi setelah aborsi, beban di tubuh akan turun kembali. 

Sebenarnya ini adalah perbuatan kejam, yang setara dengan menggunakan cara yang sangat kejam untuk menggali potensi tubuh manusia. Dia mengatakan bahwa praktik tukar darah yang biasa terjadi dalam balap sepeda maupun lomba ketahanan lainnya juga tidak kalah kejamnya, jadi Mr. Yu tidak terkejut.

Yang Si, seorang dokter medis dari Universitas Tokyo di Jepang, mengatakan kepada reporter ‘Epoch Times’ bahwa dia belum pernah mendengar tentang metode ini, tetapi setelah seorang wanita hamil, memang akan ada banyak senyawa yang diproduksi di dalam darahnya, dan zat-zat ini sangat mungkin dapat menutupi bahan-bahan stimulan tersebut.

Dia menjelaskan bahwa karena stimulan juga merupakan senyawa organik, senyawa yang sama tidak dapat dideteksi oleh instrumen. Jika senyawa yang dihasilkan setelah kehamilan dekat dengan stimulan yang diminum, dapat menutupi stimulan. Penguji akan berpikir bahwa itu disebabkan oleh kehamilan, yang secara medis disebut positif palsu. Memang positif palsu itu sangat umum terjadi.

Yang Si juga mengatakan bahwa ada banyak jenis stimulan. Selama ada ahli biologi khusus yang mempelajari zat apa yang dihasilkan wanita setelah kehamilan, kemudian memilih jenis stimulan yang sama untuk dikonsumsi, kemungkinan itu ada saja.

Keluarga ditekan otoritas Tiongkok selama puluhan tahun karena menolak pemberian doping kepada Li Ning

Tahun ini, Xue Yinxian sudah berusia 84 tahun. Dia adalah generasi pertama ahli kedokteran olahraga setelah Partai Komunis Tiongkok mendirikan RRT. Pada 1980-an, dia menjabat sebagai dokter tim nasional Tiongkok.

Sejak akhir tahun 1970-an, ketika atlet olahraga Tiongkok ramai-ramai menggunakan doping yang disponsori negara, Xue Yinxian telah menjadi satu-satunya dokter yang menentang sistem tersebut. Menjelang Olimpiade Seoul 1988, Xue Yinxian menolak untuk memberikan doping kepada Li Ning dan bintang olahraga lainnya. Sejak saat itu hingga puluhan tahun lamanya, keluarganya menderita berbagai penindasan yang dilakukan oleh otoritas Tiongkok.

Gambar menunjukkan Xue Yinxian sebagai anggota official tim olahraga nasional Tiongkok hadir dalam Olimpiade Seoul 1988. (Disediakan oleh Xue Yinxian)

Pada tahun 2007, ayah Yang Weidong dikepung oleh orang yang disewa oleh Komisi Olahraga Nasional Tiongkok (KONT) dan meninggal dunia pada bulan Desember tahun yang sama. 

Pada tahun 2015, Yang Weidong ditahan karena memprotes Administrasi Umum Olahraga Tiongkok. Xue Yinxian yang sakit keras pada tahun 2016 tetapi tidak diperkenankan berobat. Dengan bantuan dari berbagai pihak, maka Yang Weidong beserta ibu dan istrinya tiba di Jerman pada tahun 2017 untuk memulai jalan pengasingan.

Xue Yinxian telah mencatatkan kejadian yang ia alami setiap harinya selama bertugas sebagai dokter tim olahraga Tiongkok yang bundelannya telah mencapai 68 buah. Sebagian besar dari catatannya itu berkaitan dengan penggunaan doping oleh atlet olahraga Tiongkok.

Yang Weidong sebelumnya pernah menyampaikan kepada reporter ‘Epoch Times’ bahwa selain kasus-kasus doping yang telah diidentifikasi, 11 cabang olahraga yang diawasi langsung oleh KONT seperti tenis meja, bola voli wanita, senam, bulu tangkis dan lainnya, semua atletnya menggunakan doping. 

Dan, apa yang dikatakan oleh Biro Pelatihan Komisi Olahraga Negara bahwa atlet Tiongkok mengikuti pelatihan yang sesuai dengan ilmiah pada dasarnya adalah pelatihan dengan menggunakan doping.

Namun, tidak mudah untuk mengenali kejahatan dari sistem yang diadopsi Partai Komunis Tiongkok pada dunia olahraga. 

Dalam wawancara ini, Yang Weidong mengatakan kepada Radio Free Asia bahwa ayahnya sampai wafat pun tidak menyadari bahwa ini adalah masalah dengan sistem yang diterapkan otoritas dalam dunia olahraga, bahkan ia berpendapat bahwa itu adalah masalah dengan kepemimpinan tingkat yang lebih tinggi, berpikir bahwa hal itu akan membaik setelah penggantian pemimpin. 

Sedangkan ibunya (Xue Yinxian) lebih berani mengkritik dan melawan, karena etika profesi seorang dokter. “Pemikirannya pada saat itu adalah bahwa para atlet muda yang menggunakan obat-obatan terlarang ini akan mengalami kerusakan fisik setelah 20-an tahun kemudian”, kata Yang Weidong.

Catatan : Reporter ‘Epoch Times’ tidak berhasil menghubungi para atlet yang disebutkan dalam artikel tersebut, beberapa panggilan telepon yang ditujukan kepada nomor yang tertera pada situs web KONT tidak mendapat jawaban.

Serial Klarifikasi Xinjiang : Video Memberikan Bukti Baru Penindasan Tiongkok Terhadap Warga Etnis Uighur

0

Radio Free Asia

Sebuah video yang merekam Xinjiang memberikan bukti baru tentang penindasan yang dilakukan pemerintah Tiongkok terhadap warga etnis Uighur. Anggota parlemen Amerika Serikat mengatakan bahwa penganiayaan pemerintah Tiongkok terhadap warga Uighur adalah melalui program pengawasan yang semakin luas. Dalam episode kali ini seperti yang dilaporkan Radio Free Asia,  kita akan melihat dari dekat situasi yang relevan, dan ucapan yang disampaikan oleh pihak yang relevan.

Video berdurasi 20 menit yang direkam oleh seorang pemuda berkacamata yang menamakan dirinya Guanguan, muncul untuk mengkonfirmasi laporan tentang adanya jaringan luas kamp pendidikan ulang yang dibangun pemerintah Tiongkok di Provinsi Xinjiang. Tujuannya untuk menganiaya warga etnis Uighur dan warga minoritas yang beragama Islam di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang.

Dari rekaman video on the spot di beberapa kota tersebut, membuat kita tidak lagi ragu bahwa bangunan-bangunan itu merupakan fasilitas penahanan.

Guanguan mengatakan dalam rekaman, bahwa dirinya pernah ke wilayah Xinjiang yang berada di bagian barat Tiongkok pada tahun 2019, dan memutuskan untuk kembali ke sana pada tahun 2020 setelah membaca artikel dalam situs berita AS ‘BuzzFeed’ yang menunjukkan beberapa kamp pendidikan ulang di Xinjiang. Video Guanguan menyertakan teks bahasa Inggris dan telah diposting di YouTube pada awal bulan Oktober. Demikian ia katakan dalam video.

“Namun, karena peraturan pemerintah Tiongkok, sangat sulit bagi jurnalis asing masuk ke wilayah Xinjiang apalagi untuk kepentingan wawancara. Saya berpikir, jurnalis asing tidak bisa pergi ke sana, tapi saya bisa. Maka saya ingin mendokumentasikan sesuatu yang berarti”, kata Guanguan.

Ia dalam pengantar video mengatakan bahwa pemerintah Tiongkok telah mendirikan banyak kamp konsentrasi di Xinjiang, di mana etnis minoritas lokal dan pembangkang ditahan tanpa diadili.

Video tersebut mencakup adegan yang diambil di Kota Hami, Daerah Otonomi Mori Kazakh, Kota Fukang, Kota Urumqi, pinggiran Kota Korla, Kota Karasahr dan lainnya. Guanguan mengatakan bahwa dia mendatangi tempat-tempat itu dengan mengandalkan peta satelit Mapbox 2017 dan mesin pencari Baidu untuk mendapatkan citra satelit resolusi menengah.

Di Kota Hami, Guanguan berkendara melewati pusat penahanan paksa untuk merehabilitasi para pengguna narkoba tetapi tidak tertera dalam peta Baidu. Dia menduga pusat itu dimanfaatkan sebagai kamp konsentrasi, karena teralis besi yang dipasang di jendela gedung dan pagar kawat berduri di dinding beton.

Di Daerah Otonomi Mori Kazakh Guanguan merekam gambar pusat penahanan dan pusat penahanan yang di kedua sisinya terdapat kamera pengintai. Kemudian, dia pergi ke tempat lain dan menemukan Pusat Penahanan Mori Kazakh. Padahal bangunan ini tidak terdapat dalam peta.

Di Kota Urumqi, Guanguan berkendara di sepanjang jalan dengan beberapa bangunan di sisi jalan, dimana terdapat menara penjagaan dan pagar tinggi dengan kawat berduri pada bangunan-bangunan itu yang terdapat slogan bertuliskan “Reformasi ideologi melalui kerja, reformasi ideologi melalui budaya”.

“Ini pasti kamp konsentrasi terbesar di Kota Urumqi”, katanya.

Di Dabanchen, Kota Urumqi, Guanguan mengendarai kendaraan menuju sebuah bukit untuk merekam video pusat penahanan yang baru dibangun, tetapi tampaknya tidak berpenghuni.           

Di Kota Korla, Guanguan menemukan sebuah kompleks militer dan kendaraan militer yang diparkir dalam halamannya. Di belakang kompleks, dia melihat beberapa bangunan lain dengan menara penjaga dan kawat berduri. 

“Di situlah kamp konsentrasi berada”.

Di Kota Karasahr, Guanguan menemukan lebih banyak bangunan dengan menara penjaga dan pagar kawat berduri. Guanguan mengatakan di akhir video.

“Penganiayaan pemerintah Tiongkok terhadap warga etnis Uighur berada di luar batas. Kita yang tidak ingin diperbudak, seharusnya tidak membiarkan warga etnis minoritas di Tiongkok diperbudak. Hancurkan Partai Komunis Tiongkok, bubarkan secepat mungkin agar kejahatan terhadap kemanusiaan segera berakhir”.

Situs berita ‘BuzzFeed’ dan Australian Strategic Policy Institute (ASPI) sebelumnya merilis laporan tentang kamp pendidikan ulang berdasarkan citra satelit. Demikian kata Alison Killing, seorang arsitek dan analis geospasial.

“Ketika saya melihat video itu, saya benar-benar terkejut”. Alison Killing membantu situs berita BuzzFeed membuat peta menggunakan citra satelit yang dipakai untuk melaporkan situasi kamp pendidikan ulang di Xinjiang, dan memastikan bahwa pemerintah Tiongkok membangun infrastruktur besar baru itu adalah untuk menahan masyarakat sipil yang beragama Islam. 

Kepada Radio Free Asia Alison mengatakan : “Hal pertama yang perlu saya sampaikan adalah betapa beraninya orang itu pergi ke Xinjiang untuk menemukan kamp-kamp itu. Sangat berguna untuk memiliki citra darat, karena ia bisa membantu kita menguatkan apa yang kita lihat dari pencitraan satelit”.

Serial laporan yang dibuat oleh Alison Killing, reporter ‘BuzzFeed’ Megha Rajagopalan dan programmer merangkap pelatih keamanan digital Christo Buschek, telah memenangkan Hadiah Pulitzer untuk Pelaporan Internasional tahun ini.

Nathan Ruser, seorang rekan di Australian Strategic Policy Institute (ASPI) pada 14 November 2021 menyampaikan pesan di Tweeter :  Guanguan berhasil merekam beberapa kamp penahanan terbesar dan yang bereputasi paling buruk di Xinjiang.

“Secara keseluruhan, dia memberikan bukti visual dan rekaman dari 18 fasilitas penahanan yang berbeda dan satu fasilitas yang bekas digunakan di masa lalu”.

Selain itu, pada 17 November 2021 seorang anggota kongres AS memperingatkan bahwa pemerintah Tiongkok semakin memperluas penggunaan teknologi untuk menekan warga Uighur beragama Islam di wilayah Xinjiang, dan tidak menutup kemungkinannya untuk diekspor ke seluruh dunia.

Komite Eksekutif Kongres AS tentang Tiongkok baru-baru ini mengadakan dengar pendapat di Washington, untuk mengekspos soal pelanggaran hak asasi manusia oleh pemerintah Tiongkok, serta dampak strategis dari teknik pengawasan massal dan sensor, termasuk yang digunakan di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang.

Jika tidak ada langkah-langkah yang tepat untuk melindungi privasi dan hak asasi manusia, maka rezim otoriter dapat menggunakan teknologi untuk mengendalikan orang, memblokir kebebasan berbicara dan merusak institusi demokrasi. Kata Senator Jeff Merkley, ketua bersama komitenya yang beranggotakan 17 orang.

Jeff Merkley, Senator dari Oregon mengatakan bahwa Tiongkok yang memiliki jaringan pengawasan paling luas di dunia menggunakan teknologi seperti kecerdasan buatan, blockchain, dan komputasi awan.

Dia mengatakan pemerintah telah mengumpulkan sejumlah besar data dari ponsel, PC dan kamera keamanan untuk melakukan kontrol politik dan sosial atas kelompok sasaran. Kata Merkley.

“Kita dapat melihat lebih banyak di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang”.

Selama bertahun-tahun, pemerintah Tiongkok secara sewenang-wenang menangkap warga etnis Uighur dan minoritas Turki lainnya di Xinjiang dan membatasi kegiatan keagamaan dan pengaruh budaya mereka. Tugas tersebut dijalankan oleh sistem digital yang terpasang di mana-mana, sistem ini memantau setiap gerakan penduduk melalui drone pengintai, kamera pengenal wajah, pemindaian ponsel, dan gerombolan polisi.

Perwakilan Chris Smith mengatakan bahwa Jalur Sutra Digital Tiongkok adalah bagian dari Inisiatif Sabuk dan Jalan yang bertujuan untuk memperkuat koneksi digital di luar negeri. Dia mengatakan bahwa sebuah arsitektur internet yang bersifat invasi dan teknologi pemantauan ekosistem, semua itu ditujukan untuk memperbesar pengaruh komunis Tiongkok di dunia.

“Penganiayaan tanpa henti terhadap mayoritas Muslim Uighur, Kazakh, dan orang Asia Tengah lainnya oleh otoritas Tiongkok di Xinjiang adalah pertanda yang membuat orang khawatir terhadap penggunaan alat-alat ini secara lebih luas”.

Jeffrey Kane, penulis buku tentang fasilitas pengawasan yang digunakan di Tiongkok yang belum lama ini diterbitkan, mengatakan kepada anggota Komite Eksekutif Kongres AS tentang Tiongkok, bahwa kisah yang diceritakan baik oleh bekas tahanan kamp pendidikan ulang yang ia wawancarai, maupun para pengungsi Uighur dan Kazakh, semua mengungkapkan hal yang sama, yaitu Xinjiang masuk dalam pengawasan penuh terhadap distopia.

Jeffrey Kane mengatakan bahwa komunis Tiongkok menggunakan platform operasi gabungan terintegrasi, untuk menyimpan data yang dikumpulkan dari input polisi, kamera pengawasan, informasi kejahatan dan kasus pengadilan, yang kemudian digunakan untuk menentukan apakah warga Uighur cenderung melakukan kejahatan.

Kane mengatakan bahwa teknologi yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi Tiongkok seperti Huawei, penyedia teknologi pengenalan wajah Megvii Technology dan penyedia perangkat lunak kecerdasan buatan SenseTime merupakan “sistem penyiksaan psikologis berskala besar”.

Kepada komite Kane mengatakan, penduduk etnis minoritas di Xinjiang dibayangi oleh perasaan diawasi terus-menerus.

“Banyak alasan digunakan untuk menahan mereka, seperti apakah mereka berjalan melalui pintu depan atau pintu belakang, apakah mereka tiba-tiba memulai aktivitas fisik, apakah mereka terkena wabah, atau hanya terlambat masuk kerja”.     

Sidang dengar pendapat itu dilakukan 2 hari setelah Presiden AS Joe Biden dan Presiden Tiongkok Xi Jinping mengadakan konferensi video 3 jam yang membicarakan tentang hubungan bilateral.

Menurut pengarahan yang disampaikan oleh Penasihat Keamanan Nasional AS Jack Sullivan sehari setelah pertemuan itu, Biden menekankan kekhawatiran AS tentang hak asasi manusia di Xinjiang, Tibet dan Hongkong. Tetapi ia tidak merinci isi yang dibicarakan.

Dolkun Isa, Presiden Kongres Uighur Dunia yang berbasis di Jerman, mengatakan kepada Radio Free Asia : Dirinya bersyukur bahwa Presiden Biden menyebutkan kekejaman yang dilakukan komunis Tiongkok terhadap warga Uighur selama pertemuan puncak video dengan Xi Jinping. 

“Kita akan berada dalam situasi yang lebih buruk hari ini jika AS tidak mengutuk tindakan genosida pemerintah Tiongkok terhadap Uighur. Pemerintahan Biden harus memboikot Olimpiade Musim Dingin Beijing, jika tidak, itu hanya akan memicu genosida yang berkelanjutan”, kata Dolkun Isa.

Pada bulan Juni 2021, Komite Eksekutif Kongres AS tentang Tiongkok mendesak Presiden IOC Thomas Bach untuk menunda penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 dan menjadwal ulang event tersebut, jika pemerintah tuan rumah tidak menghentikan pelanggaran hak asasi manusia.

Ketika Trump menjabat, pemerintah AS menyatakan bahwa penindasan pemerintah Tiongkok terhadap Uighur di Xinjiang merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida.

China Xinjiang Development Forum 2021, diadakan di Beijing pada hari yang sama ketika Presiden Biden berkonferensi video dengan Xi, forum menyoroti keberhasilan Inisiatif Sabuk dan Jalan dan peran penting yang dimainkan Xinjiang, sambil menuduh Washington menggunakan masalah ini untuk melemahkan Tiongkok. 

Jiang Jianguo, Wakil Kepala Departemen Propaganda Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok mengatakan bahwa, organisasi Barat anti-Tiongkok yang dipimpin oleh AS telah berulang kali membuat ucapan tak berdasar seperti tindakan genosida, kerja paksa, dan keluarga berencana paksa di Xinjiang, menggunakan masalah hak asasi manusia untuk bercampur tangan dalam urusan internal Tiongkok. Demi tujuan politik, mereka berusaha untuk mengendalikan Tiongkok melalui isu Xinjiang dan menghentikan langkah Tiongkok dengan teror, selain itu membuat Xinjiang kacau agar perkembangan Tiongkok terganggu. (sin)

Tiongkok Mengejar Persenjataan ‘Kendali Otak’ untuk Mendapatkan Komando Peperangan Masa Depan

0

Eva Fu

Meluncurkan serangan di medan perang hanya dengan sebuah pikiran. Meningkatkan otak manusia untuk menciptakan “prajurit super”. Mengganggu pikiran musuh untuk membuat musuh tunduk pada perintah pengendali.

Dulu diyakini hanya ada di film fiksi ilmiah, persenjataan otak telah dibahas oleh pejabat militer Tiongkok selama bertahun-tahun. Dan, Beijing menghabiskan miliaran setiap tahun untuk ilmu saraf yang dapat menggambarkan skenario ini yang semakin dekat dengan kenyataan.

“Penelitian mengenai ilmu otak lahir dari sebuah visi mengenai bagaimana masa depan peperangan akan berkembang,” Li Peng, seorang peneliti medis di anak perusahaan Akademi Ilmu Kedokteran Militer yang dikelola negara Tiongkok, menulis dalam sebuah artikel pada tahun 2017. 

Penelitian semacam itu, kata Li Peng, memiliki “sebuah karakteristik militer yang sangat kuat” dan  sangat penting untuk mengamankan sebuah “posisi superioritas yang strategis” untuk setiap negara.

Li Peng tidaklah sendirian dalam menekankan pentingnya militerisasi ilmu otak.

Pada Maret, sebuah surat kabar yang dikelola militer Tiongkok menjelaskan mengenai kecerdasan buatan yang ditenagai oleh komputasi awan, yang mana “mengintegrasikan manusia dan mesin” sebagai kunci untuk memenangkan perang-perang. 

Dengan percepatan “intelijenisasi” militer, surat kabar tersebut memperingatkan, Tiongkok perlu segera mendapatkan sebuah pijakan yang kuat dalam teknologi ini, dan penundaan apa pun “dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak terbayangkan.”

Keunggulan ‘Kualitatif’

Menurut makalah penelitian dan artikel di surat kabar militer, pejabat militer Tiongkok melihat empat area di mana inovasi dalam ilmu otak dapat dipersenjatai.

Robot humanoid “Jia Jia,” yang dibuat oleh tim insinyur dari University of Science and Technology of China, terlihat mengikuti presentasi di sebuah konferensi di Shanghai pada 9 Januari 2017. Jia Jia dapat melakukan percakapan sederhana dan membuat ekspresi wajah tertentu ketika ditanya, dan penciptanya percaya bahwa robot yang sangat hidup ini menjanjikan masa depan pekerja cyborg di Tiongkok. (Johannes Eisele/AFP via Getty Images)

“Emulasi otak” mengacu pada pengembangan robot dengan kecerdasan  tinggi yang berfungsi seperti manusia. “Kendali otak” adalah integrasi manusia dengan mesin menjadi satu, memungkinkan tentara untuk melakukan tugas yang biasanya mustahil bagi mereka. “Otak super” melibatkan penggunaan  radiasi elektromagnetik, seperti gelombang infrasonik atau ultrasonik, untuk merangsang otak-otak manusia dan mengaktifkan potensi laten otak. Keempat, disebut “mengendalikan otak,” adalah mengenai menerapkan teknologi canggih untuk mengganggu dan memanipulasi cara orang-orang berpikir.

Dua anggota fakultas dengan Universitas Kedokteran Tentara yang berafiliasi dengan militer dalam sebuah makalah tahun 2018, membahas proyek mereka yang didanai negara yang meneliti sepotong bioteknologi yang dijuluki “virus-psiko.” Diterapkan dalam militer, sebuah senjata psikologis semacam itu dapat membantu mengembangkan “prajurit-prajurit super” yang “setia, berani, dan strategis;” dalam perang-perang, psiko-virus dapat “memanipulasi kesadaran musuh-musuh, menghancurkan keinginan musuh-musuh, dan mengganggu emosi musuh-musuh untuk membuat musuh-musuh tunduk pada kehendak kita,” kata para penulis.

Ilmuwan otak juga dapat membantu pemulihan tentara yang cacat dan secara sistematis meningkatkan perlindungan kesehatan personel militer, menurut sebuah artikel tahun 2019 di PLA Daily, surat kabar resmi untuk militer Tiongkok, yang dikenal sebagai Tentara Pembebasan Rakyat.

Sementara Partai Komunis Tiongkok telah mendedikasikan bertahun-tahun untuk “menjadi terdepan dalam perlombaan senjata bioteknologi,” evolusi teknologi-teknologi perbatasan telah membawa kedaruratan tambahan, menurut Sam Kessler, penasihat geopolitik di North Star Support Group, sebuah perusahaan manajemen risiko multinasional.

“Teknologi futuristik yang mustahil  telah diimpikan di masa lalu kini menjadi lebih realistis secara real-time,” tulis Sam Kessler dalam sebuah catatan untuk The Epoch Times. “Hal ini menciptakan sedikit ruang untuk kesalahan sebagai sebuah potensi kerugian dominasi teknologi semacam itu berpotensi menyebabkan melemahnya hambatan-hambatan strategis jika dibiarkan.”

Prihatin dengan aktivitas Tiongkok di bidang bioteknologi, pada bulan Desember Amerika Serikat  memasukkan Akademi Ilmu Kedokteran Militer Tiongkok  ke dalam daftar hitam–—lembaga penelitian medis terbaik  Tiongkok yang dijalankan oleh militer Tiongkok–—dan 11  lembaga penelitian bioteknologi yang berafiliasi dengan Akademi Ilmu Kedokteran Militer Tiongkok, menuduh lembaga penelitian itu mengembangka “persenjataan kendali otak yang diakui” untuk memajukan militer Tiongkok.

Seorang mahasiswa Universitas Florida menggunakan headset interface yang dikendalikan otak untuk menerbangkan drone selama perlombaan drone yang dikendalikan pikiran di Gainesville, Florida, pada 16 April 2016. (Jason Dearen/AP Photo)

Rezim Tiongkok tidak mengomentari aspek daftar hitam Amerika Serikat ini. Akademi Ilmu Kedokteran Militer Tiongkok tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar, dan Kementerian Pertahanan Nasional Tiongkok tidak membalas sebuah permintaan dari The Epoch Times untuk komentar.

Beberapa minggu sebelum langkah tersebut, Biro Industri dan Keamanan Masyarakat Kementerian Perdagangan meminta komentar masyarakat mengenai sebuah aturan yang diusulkan untuk melarang ekspor teknologi antar-muka otak-komputer, sebuah bidang yang muncul yang berusaha memungkinkan manusia untuk berkomunikasi secara langsung dengan sebuah perangkat eksternal hanya dengan pikiran manusia itu.

Teknologi semacam itu akan memberikan sebuah “militer kualitatif atau keuntungan intelijen” untuk musuh Amerika Serikat, seperti dengan cara “meningkatkan kemampuan tentara manusia, termasuk kolaborasi untuk meningkatkan pengambilan keputusan, operasi dengan bantuan manusia, dan operasi militer berawak dan tidak berawak yang canggih,” kata Kementerian Perdagangan.

‘Sebuah Masalah Masa Depan Tiongkok’

Amerika Serikat telah berada di garis depan di bidang  teknologi otak, dengan jumlah makalah penelitian terbesar di dunia yang diterbitkan mengenai hal tersebut.

Pada April, startup neuroteknologi Elon Musk, Neuralink, merilis sebuah video yang menunjukkan seekor monyet bermain game komputer melalui sebuah chip dimasukkan ke dalam otaknya. 

Synchron, sebuah pengembang produk teknologi antar-muka saraf implan di  Silikon Valley, bulan lalu merilis tujuh tweet yang kata Synchron dikirim secara nirkabel oleh seorang pasien Australia yang tidak dapat bergerak, yang mana telah  menerima implan chip Synchron,  dikenal sebagai Stentrode. 

Pada Juli lalu, The National Institutes of Health (NIH) memberikan 10 juta dolar AS kepada Synchron untuk membantu peluncuran uji coba pada manusia yang pertama di Amerika Serikat.

The Defense Advanced Research Projects Agency -DARPA- atau Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan milik Amerika Serikat, juga telah meneliti antar-muka otak-komputer untuk aplikasi militer, seperti sebuah proyek “Avatar” yang bertujuan untuk membuat sebuah mesin semi-otonom untuk bertindak sebagai pengganti tentara.

Beijing, dengan cermat melacak perkembangan di Amerika Serikat, telah menunjukkan Beijing tidak mau ketinggalan di belakang. 

Seorang wanita muda melihat seorang pria, mengenakan alat pemindai otak EEG di kepalanya, memainkan permainan pinball hanya dengan membiarkan dayung bereaksi dengan otaknya di konsorsium penelitian Berlin Brain Computer Interface di CeBIT Technology Fair di Hannover, Jerman, pada 2 Maret 2010. (Sean Gallup/Getty Images)

Pada Januari 2020, tiga bulan sebelum Synchron memulai uji coba pertamanya, Universitas Zhejiang di timur Tiongkok telah menyelesaikan pengujian sebuah implan otak pada seorang pasien berusia 72 tahun yang lumpuh. Menggunakan gelombang-gelombang otaknya, pasien tersebut dapat mengarahkan sebuah lengan robot untuk berjabat tangan, mengambil minuman, dan memainkan mahyong, permainan papan Tiongkok klasik.

Selama enam tahun terakhir, Beijing telah melihat kemajuan penelitian terkait otak sebagai “sebuah masalah masa depan Tiongkok,” menurut laporan media Tiongkok.

Lembaga ilmiah nasional terkemuka di Tiongkok, yang dikelola negara, Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, telah menggelontorkan sekitar 60 miliar yuan (USD 9,4 miliar) setiap tahun dalam upaya-upaya memetakan fungsi otak, situs web Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok menunjukkan. 

Pada September, Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Tiongkok membuka aplikasi untuk penelitian di bidang tersebut, dengan tambahan 3 miliar yuan (sekitar USD 471 juta) dialokasikan untuk 59 aliran penelitian.

Peran ilmu otak sudah cukup bermakna sehingga pemimpin Tiongkok Xi Jinping telah mengidentifikasi ilmu otak sebagai sebuah bidang prioritas teknologi baru, yang signifikan bagi keamanan nasional Tiongkok dan untuk menjadikan Tiongkok sebagai sebuah hub pusat untuk inovasi ilmu pengetahuan mutakhir dunia.

“Tiongkok lebih dekat daripada dalam sejarah mana pun dengan tujuan meremajakan bangsa Tiongkok, dan kita membutuhkan lebih dari waktu manapun dalam sejarah untuk membangun sebuah negara adidaya ilmu pengetahuan dan teknologi dunia,” kata Xi Jinping kepada para sarjana Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok dalam sebuah pidato pada tahun 2018.

Sebuah Posisi Superioritas Militer Dalam Sebuah Perdebatan 

Rezim Tiongkok berlomba untuk menutup kesenjangan dengan Amerika Serikat dalam memanfaatkan kekuatan dari teknologi baru ini.

Dalam hal volume makalah yang diterbitkan mengenai teknologi otak, Tiongkok adalah kedua setelah Amerika Serikat, kata Zhou Jie, seorang insinyur senior di Akademi Informasi dan Teknologi Komunikasi Tiongkok,  lembaga penelitian ilmu pengetahuan yang dikelola negara, pada sebuah forum baru-baru ini mengenai antar-muka otak-komputer. 

Angka itu tumbuh dengan kecepatan 41 persen selama periode tahun 2016 hingga 2020, lebih dari dua kali lipat rata-rata 19 persen untuk seluruh dunia, menurut sebuah laporan Mei yang ditulis oleh produsen robot yang berbasis kecerdasan buatan di Beijing dan sebuah lembaga pemikir yang memberi saran kepada Beijing mengenai data besar dan kecerdasan buatan.

Tumpukan inovasi Tiongkok terhadap antar-muka otak-komputer tampaknya mengikuti antusiasme yang tumbuh.

Akademi Ilmu Kedokteran Militer, akademi militer Tiongkok di bawah sanksi-sanksi Amerika Serikat, telah berada terdepan dalam penelitian ilmu saraf. Penemuan dari Akademi Ilmu Kedokteran Militer dan afiliasinya sejak tahun 2018 mencakup berbagai perangkat pengumpulan sinyal saraf, implan tengkorak mini, sebuah sistem pemantauan jarak jauh untuk memulihkan saraf yang rusak, dan kacamata realitas berimbuh yang dapat dipakai serta dirancang untuk meningkatkan kendali robot, menurut sebuah penyimpanan terbuka dari aplikasi paten.

Cho Yu Ng dari Hong Kong berkompetisi selama perlombaan kursi roda di Kloten, Swiss, di Kejuaraan Cybathlon, edisi pertama kompetisi internasional yang diselenggarakan oleh ETH Zurich untuk atlet dengan gangguan fisik yang menggunakan teknologi bantuan bionik, seperti prostesis robotik, antarmuka otak-komputer , dan exoskeleton bertenaga, pada 8 Oktober 2016. (Michael Buholzer/AFP via Getty Images)

Pada tahun 2019, Institut Kedokteran Militer di bawah Akademi Ilmu Kedokteran Militer menciptakan sebuah  kendaraan udara tidak berawak yang dikendalikan otak. Untuk menggerakkan kendaraan tersebut ke depan, seorang operator mengenakan sebuah tutup elektroda dan membayangkan menggerakkan tangan kanannya. Memikirkan gerakan kaki akan memerintahkan mesin tersebut untuk turun.

Institut Penelitian Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pertahanan Nasional milik Akademi Ilmu Kedokteran Militer pada tahun 2021, memperoleh sebuah paten untuk menggunakan realitas virtual untuk masuk dok pesawat ruang angkasa. Perangkat tersebut menafsirkan aktivitas otak serta tungkai astronot dan mengubah aktivitas tersebut menjadi perintah untuk menyesuaikan posisi pesawat ruang angkasa secara real-time.

Sementara sebuah porsi inovasi yang cukup besar di bidang antar-muka otak-komputer dan bidang teknologi otak lainnya, memiliki potensi penggunaan medis, beberapa juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan militer.

Sebuah universitas Tiongkok sebelumnya menggembar-gemborkan pertempuran tanpa awak melalui robot yang dikendalikan pikiran sebagai sebuah “posisi superioritas dalam sebuah perdebatan” di bidang kecerdasan buatan, di mana Tiongkok “harus berlomba” untuk mengendalikan.”

“Saksikan lebih banyak keajaiban dengan karakteristik-karakteristik Tiongkok dalam penguatan tentara,” pernyataan Universitas Teknologi Pertahanan Nasional, sebuah akademi militer yang memasok bakat untuk angkatan bersenjata Tiongkok, karena Universitas Teknologi Pertahanan Nasional memamerkan sebuah daftar perangkat yang dikendalikan otak yang diproduksi oleh universitas tersebut, termasuk sebuah kursi roda dan sebuah mobil yang dapat melakukan perjalanan sekitar 9,3 mph “di  jalan apa pun.”

“Bersama-sama, mari kita ubah dunia dengan ‘pikiran’ kita,” kata Universitas Teknologi Pertahanan Nasional dalam sebuah posting di situsnya bulan November lalu.

Universitas Teknologi Pertahanan Nasional tidak menanggapi permintaan komentar dari The Epoch Times.

Seruan untuk Ketergantungan Diri Sendiri

Aturan pemblokiran Kementerian Perdagangan AS dapat menghambat atau menunda Beijing di jalurnya untuk memajukan biotek dan teknologi yang berhubungan dengan otak tetapi masih tidak mungkin memperlambatnya, menurut Grant Newsham, seorang rekan senior di  Center for Security Policy dan seorang pensiunan kolonel Marinir Amerika Serikat.

“Orang-orang Tiongkok hanya akan bermanuver sedikit, mengubah beberapa nama, dan tetap melaju dengan kecepatan penuh dalam upaya-upaya untuk mempersenjatai biotek ini,” kata Grant Newsham kepada The Epoch Times.

Abad 21 disebut sebagai abad teknologi informasi. (Ilustrasi The Epoch Times)

Tetapi sanksi memiliki sebuah tujuan yang berguna di dalam negeri: “membuat mustahil untuk orang-orang Amerika Serikat (dan lainnya) yang ingin berinvestasi dan bermitra dengan organisasi Tiongkok untuk mengklaim bahwa mereka ‘tidak tahu’ apa yang sedang dilakukan orang-orang Tionghoa–—atau berargumen bahwa ‘hal tersebut adalah tidak dilarang,’” kata Grant Newsham.

Sementara itu, peneliti Tiongkok difokuskan pada pencapaian swa-peneliti kecukupan di bidang ini.

Pada tahun 2019, sebuah tim peneliti di Universitas Tianjin di utara Tiongkok meluncurkan sebuah chip “Brain Talker”, yang bila dihubungkan ke otak melalui sebuah  tutup elektroda, dapat memecahkan sebuah kode niat pikiran pengguna dan menerjemahkannya menjadi perintah komputer dalam waktu kurang dari dua detik.

Universitas Fudan, sebuah institusi umum yang elit di Shanghai, pada bulan Januari menghadirkan sebuah chip antar-muka otak-komputer jarak jauh, yang dapat diisi ulang dayanya secara nirkabel dari luar tubuh, menghindari potensi kerusakan otak. Chip tersebut  mengonsumsi hanya sepersepuluh dari kekuatan rekan-rekan di Barat dan biaya setengahnya, media pemerintah Tiongkok melaporkan pada saat itu.

Istilah “dikembangkan sendiri” secara mencolok ditampilkan di pengumuman kedua tim dan laporan media.

Tao Hu, direktur asosiasi di Institut Mikrosistem dan Teknologi Informasi Shanghai milik Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, mengatakan Tiongkok memiliki potensi untuk memimpin dunia di bidang antar-muka otak-komputer.

Tiongkok tidak ketinggalan dari negara-negara asing dalam hal aspek desain untuk peralatan inti antar-muka otak-komputer,” tulis Tao Hu dalam sebuah artikel bulan Juni yang diterbitkan di media pemerintah Tiongkok. 

Tao Hu meminta Tiongkok untuk meningkatkan alokasi sumber daya untuk mempercepat pengembangan antar-muka otak-komputer, mengingat risiko bahwa Amerika Serikat mungkin memblokir ekspor antar-muka otak-komputer ke Tiongkok.

Risiko Etis

Tiongkok memiliki sebuah keunggulan unik untuk membantunya meningkatkan persaingan: luasnya bank primata bukan manusia, menurut Poo Mu-ming, seorang tokoh kunci yang mempelopori penelitian otak Tiongkok di  Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok.

Tiongkok telah menjadi pemasok utama dunia untuk menguji monyet tetapi berhenti mengirimkan monyet-monyet itu begitu pandemi dimulai. Poo Mu-ming, yang pada tahun 2008 beralih dari tikus ke monyet sebagai hewan uji di institut ilmu sarafnya di  Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, sudah lama ingin memanfaatkan sumber daya hewan uji Tiongkok untuk meningkatkan kedudukan penelitian otak Tiongkok, menurut laporan media pemerintah.

Tim Poo Mu-ming pada tahun 2017 mengkloning pasangan monyet pertama di dunia dengan menggunakan metode yang sama yang menghasilkan Dolly si Domba–—sebuah langkah maju yang penting bagi penelitian terkait otak di Tiongkok. 

Dengan teknologi kloning yang sama, ilmuwan Tiongkok dapat memproduksi secara massal dan bereksperimen mengenai monyet-monyet yang identik, menghilangkan gangguan pada eksperimen yang dihasilkan dari perbedaan masing-masing hewan uji, kata Poo Mu-ming kepada Science Times, sebuah surat kabar di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, pada Oktober.

Akademi Ilmu Kedokteran Militer juga telah mengusulkan penelitian-penelitian untuk membangun sebuah basis data untuk sebuah “senjata kendali kesadaran yang agresif” yang menargetkan kelompok spiritual tertentu atau kelompok-kelompok etnis.

Sebuah proyek semacam itu pertama kali disebutkan pada awal tahun 2012 oleh Institut Kedokteran Radiasi di bawah Akademi Ilmu Kedokteran Militer. Basis data bertujuan untuk membangun sebuah kumpulan citra dan video yang dapat memicu perilaku yang agresif. Target yang diusulkan termasuk “pemimpin spiritual, organisasi-organisasi dan kelompok agama yang ekstrim  memiliki keyakinan yang sama, dan kelompok-kelompok etnis yang berbagi sifat yang sama di lokasi dan kebiasaan gaya hidup.”

Bilah etika Tiongkok yang lebih lunak dibandingkan dengan Barat, telah menyediakan Tiongkok dengan lebih banyak kelonggaran untuk mendapatkan sebuah pijakan dengan eksperimen yang terkait dengan antar-muka otak-komputer, yang mana akan “sangat memberdayakan mereka dan merampingkan inovasi mereka,” menurut Sam Kessler.

​​Di Tiongkok, eksperimen semacam itu memiliki “lebih sedikit birokrasi yang mencegahnya untuk menggunakan praktik-praktik pengujian yang dipertanyakan,” katanya kepada The Epoch Times. “Hal itu membuat semua perbedaan di dunia di mana keunggulan dalam teknologi dan kecerdasan dapat sangat bergantung pada bagaimana mereka mengelola kemampuan mereka untuk tetap bertahan di depan tikungan.”

Ditanya oleh sebuah jurnal, pandangannya apakah teknologi antar-muka otak-komputer suatu hari nanti “memperbudak” manusia, Poo Mu-ming tampak tidak terganggu.

“Jika kita memiliki keyakinan bahwa masyarakat kita akan mampu untuk mengembangkan mekanisme-mekanisme untuk mengendalikan penggunaan teknologi-teknologi untuk keuntungan kita, maka kita tidak perlu khawatir akan kecerdasan buatan ,” kata Poo Mu-ming kepada National Science Review, sebuah jurnal yang ditinjau rekan sejawat di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, pada tahun 2017.

“Sejak tahun 1950-an, banyak orang merasa khawatir akan penumpukan bom-bom nuklir dan berpikir bahwa kita akan segera dihancurkan oleh sebuah bencana nuklir. Tetapi sekarang kita masih hidup cukup baik, bukan?” (Vv)

Andrew Thornebrooke dan Donna Ho berkontribusi pada laporan ini

Ketua Satgas COVID-19 Tinjau Kesiapan Hotel Karantina Pelaku Perjalanan Luar Negeri di Bali

ETIndonesia- Tren kenaikan kasus COVID-19 disikapi Pemerintah dengan memperketat upaya antisipasi di pintu masuk negara untuk mencegah importasi kasus akibat varian Omicron.

Untuk mengantisipasi penularan yang disebabkan transmisi antar negara atau cross border transmission, pemerintah kedepannya akan membuat penanganan khusus di 9 entry point wilayah Indonesia.

Dengan melakukan pencatatan terpisah kasus positif dari pelaku perjalanan dan kasus positif yang ada di wilayah sekitarnya secara keseluruhan.

“Hal ini menjadi penting untuk menjadi dasar pengambilan kebijakan pengendalian mobilitas masyarakat,” kata juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito dalam Keterangan Pers di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (11/1/2022) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Disamping itu juga, Pemerintah terus melanjutkan pemulihan aktivitas masyarakat dengan persiapan beberapa acara besar seperti MotoGP 2022 Mandalika dan Sherpa atau Finance meeting sebagai salah satu agenda G20 Tahun 2022.

Dalam pelaksananya, protokol kesehatan ketat harus diterapkan dalam setiap agenda kegiatan. Pemerintah akan memperhatikan riwayat vaksinasi di daerah penyelenggara kegiatan, monitoring evaluasi beberapa kegiatan besar sebelumnya, serta partisipan kegiatan akan menerapkan sistem bubble untuk mencegah terjadinya penularan.

Selain itu pemerintah sudah mempersiapkan rencana kontijensi Jika terjadi kenaikan kasus. Baik melalui peningkatan akses pelayanan isolasi mandiri dalam telemedicine dan isolasi terpusat.

Untuk akses pelayanan isolasi mandiri bagi kasus positif agar ditangani dengan cepat termasuk bermitra dengan platform telemedicine serta rumah sakit rujukan COVID-19 di Indonesia. (Satgas COVID-19/asr)

Waspada Varian COVID-19, Vaksinasi Booster Digulirkan di Seluruh Fasilitas Kesehatan di Jakarta, Terbuka untuk ber KTP non DKI

0

ETIndonesia- Mulai 12 Januari 2022, Pemprov DKI Jakarta melaksanakan vaksin dosis ketiga atau booster, sesuai kebijakan Pemerintah Pusat. Kick Off vaksin booster ini berlangsung di Puskesmas Kramat Jati, pada Rabu (12/1). Vaksinasi dosis ketiga menjadi upaya bersama dalam antisipasi dan proteksi diri dari penularan varian baru COVID-19 Omicron.  

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Widyastuti, menyampaikan, seluruh fasilitas kesehatan (faskes) milik Pemprov DKI Jakarta siap melaksanakan vaksin booster. Pihaknya juga berkolaborasi dengan TNI/Polri dalam untuk percepatan vaksinasi dosis ketiga ini.

“Masyarakat yang sudah bisa divaksin dosis ketiga ini adalah WNI, berusia 18 tahun ke atas, dan sudah lewat dari 6 bulan sejak dosis kedua. Tidak harus di faskes yang sama dengan lokasi vaksin dosis pertama dan kedua, bisa di faskes lain dengan menunjukkan tiket vaksin ketiga atau vaksin booster di aplikasi Peduli Lindungi,” ungkapnya. 

Untuk sementara ini, baru sebagian warga lansia, yang sudah terbit tiket vaksin booster di aplikasi Peduli Lindungi. Namun, secara bertahap tiket tersebut akan terus diperbarui oleh Kementerian Kesehatan RI, sehingga bagi masyarakat yang belum keluar tiket vaksin ketiganya dapat menunggu pembaruan data tersebut. Masyarakat diimbau untuk mengecek tiket vaksin ketiga COVID-19 melalui aplikasi Peduli Lindungi secara mandiri sebelum datang ke faskes terdekat untuk mengurangi antrean dan menghindari kerumunan.

Pelayanan vaksin booster ini terbuka untuk masyarakat ber-KTP DKI Jakarta maupun non-KTP DKI Jakarta. Untuk penduduk non-KTP DKI Jakarta, tidak perlu melampirkan surat keterangan domisili saat pelaksanaan vaksin booster

Adapun jenis vaksin yang diberikan menyesuaikan dengan ketersediaan vaksin di puskesmas dan dapat dilakukan kombinasi vaksin yang ditentukan Kemenkes RI, sebagai berikut:

– Vaksin dosis 1&2 Sinovac -> Vaksin booster: Pfizer 1/2 dosis (0,15cc)
– Vaksin dosis 1&2 Sinovac -> Vaksin booster: AstraZeneca 1/2 dosis (0,25cc)
– Vaksin dosis 1&2 Astrazeneca -> Vaksin booster: Moderna 1/2 dosis (0,25cc). (asr)