Home Blog Page 956

Xi Jinping dan Vladimir Putin Mempunyai Pertukaran Tahun Baru yang Tidak Biasa

0

oleh Zhou Xiaohui

Komunikasi antara Pemimpin Tiongkok, Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon saat momen Tahun Baru, dinilai sangat tidak biasa dan penuh kebohongan-kebohongan.

Laporan media Komunis Tiongkok, pada malam 28 Desember, menyebutkan bahwa pemimpin Tiongkok, Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara di telepon dan saling mengucapkan Selamat Tahun Baru. Dibandingkan dengan isi ucapan Tahun Baru yang lalu antara pemimpin Tiongkok dengan pemimpin Rusia dari tahun 2016 hingga 2019, salam tahun ini adalah sangat tidak biasa. 

Ada kebohongan-kebohongan yang tidak biasa seperti berikut ini.

Pertama, gaya sapaan yang berbeda. 

Dalam empat tahun terakhir, Xi Jinping dan Vladimir Putin saling bertukar surat ucapan selamat Tahun Baru. Namun pada tahun ini, mereka berbicara melalui telepon. Menurut laporan, Xi Jinping tidak menelepon pada waktu yang ditentukan. Itu berarti Beijing memulai panggilan tersebut. Apakah ada alasan khusus atau hal khusus  untuk dibicarakan di telepon kali ini? Apa tujuannya?

Kedua, waktunya berbeda. 

Dalam empat tahun terakhir, kedua belah pihak saling mengucapkan Selamat Tahun Baru pada Malam Tahun Baru, yaitu pada tanggal 31 Desember. Namun, tahun ini tidak seperti biasanya dan tidak terduga, yaitu tiga hari sebelum Malam Tahun Baru. Mengapa dilakukan lebih awal?

Ketiga, para pemimpin Tiongkok dan Rusia saling mengucapkan  Selamat Tahun Baru, tetapi saling sapa perdana menteri kedua negara tersebut menghilang. Dalam empat tahun terakhir,

pertukaran pesan Tahun Baru oleh kepala negara Tiongkok dan Rusia diikuti oleh pertukaran pesan Tahun Baru antara perdana menteri Tiongkok dan Rusia. Namun, dalam pemberitaan media, tidak disebutkan pertukaran pesan Tahun Baru antara Perdana Menteri Tiongkok, Li Keqiang dengan Perdana Menteri Rusia, Mishustin.

Apakah ini berarti surat ucapan Selamat Tahun Baru antara kedua perdana menteri tersebut masih terkirim seperti biasa, dan hanya salam antara kedua pemimpin tersebut yang luar biasa?

Keempat, isi salam  berbeda. 

Pada akhir bulan Desember 2019, menurut sebuah laporan oleh Xinhua, Xi Jinping mengulas persahabatan Tiongkok dengan Rusia dengan keyakinan penuh pada pesan ucapan selamat dari Xi Jinping. 

“Hubungan Tiongkok-Rusia telah memasuki era baru,” kata Xi Jinping. 

“Kami menandatangani dan mengeluarkan  pernyataan bersama mengenai penguatan stabilitas strategis global kontemporer, yang menunjukkan tekad kuat kami untuk bersama-sama menjaga  stabilitas strategis global.”

Sambil menantikan tahun 2021, Xi Jinping mengatakan ia siap untuk tetap mengadakan kontak dekat dengan Vladimir Putin, guna mendongkrak momentum pembangunan masing-masing negara dan revitalisasi Tiongkok dan Rusia.

Sebaliknya, pesan Vladimir Putin  cukup singkat. Putin  mengakui bahwa kedua belah pihak memiliki “konsensus, yang membuka prospek baru untuk saling menguntungkan dalam kerjasama di berbagai bidang. Itu dengan upaya bersama,  kerjasama yang komprehensif antara Rusia dan Tiongkok serta koordinasi Rusia dan Tiongkok yang konstruktif dalam masalah internasional akan ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi.

Pesan-pesan ucapan Selamat Tahun Baru dalam tiga tahun sebelumnya, meski berbeda susunan kata, isi dan tema adalah serupa dengan tahun  2019, yang menyampaikan bahwa Rusia dan Tiongkok merasa puas dengan kerja sama masa lalu dan menantikan masa depan.

Namun, dalam dunia yang bergejolak yang kita hadapi tahun ini, isi pembicaraan di telepon pada tahun 2020 antara Xi Jinping dengan Vladimir Putin agak berbeda. Pertama-tama, Xi Jinping mengungkapkan kepeduliannya terhadap lingkungan internasional yang dihadapi oleh Partai Komunis Tiongkok. 

Xinhua mengutip Xi Jinping yang mengatakan, bahwa tahun 2020 telah menjadi sebuah tahun yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan wabah pandemi COVID-19 telah  membawa tantangan berat bagi kehidupan dan keamanan bagi umat manusia dan  berdampak sangat besar pada ekonomi global.

Subteksnya adalah bahwa Partai Komunis Tiongkok juga sangat kuat terpengaruh, sehingga dapat dikatakan bahwa Partai Komunis Tiongkok menghadapi sebuah masa sulit.

Selanjutnya Xi Jinping mengungkapkan pentingnya hubungan dengan Rusia selama  saat krisis  dan meninjau kerjasama dan dukungan antara kedua negara selama tahun lalu. Xi Jinping  menekankan, “Tahun depan menandai  peringatan penandatanganan Traktat Kebaikan Tiongkok-Rusia yang  bertetangga dan Kerjasama yang Ramah yang ke-20.” 

Xi Jinping meminta kedua negara untuk menjadikan hari peringatan penandatanganan Traktat tersebut sebagai sebuah kesempatan untuk mendorong kerja sama bilateral menuju tingkat

Selanjutnya. Xi Jinping juga mencatat bahwa “hubungan bilateral tidak terpengaruh oleh perubahan situasi internasional.”

Xi Jinping menambahkan bahwa kerja sama strategis antara Tiongkok dan Rusia dapat secara efektif menolak setiap upaya untuk menekan dan memecah belah kedua negara. Dia 

berharap kedua negara dapat memberikan kontribusi yang lebih besar untuk membangun sebuah jenis hubungan internasional yang baru dan sebuah komunitas dengan masa depan bersama untuk umat manusia.”

Subteks tersebut menyebutkan bahwa Xi Jinping merasa khawatir Rusia akan semakin dekat dengan  Amerika Serikat. Hal ini terbukti dalam tekanan yang saat ini dihadapi Xi Jinping dari pemerintahan Amerika Serikat.

Menanggapi sikap ramah Xi Jinping, Vladimir Putin menjawab dengan nada yang lebih lembut. Vladimir Putin  mengatakan bahwa Rusia akan terus berkomitmen untuk mendorong pengembangan tingkat-tinggi  kemitraan koordinasi Tiongkok-Rusia yang strategis dan komprehensif. Putin juga mengharapkan kedua negara dapat terus  saling mendukung dalam masalah yang menjadi perhatian utama dan meningkatkan  koordinasi yang strategis dan kerjasama dalam urusan internasional untuk memberikan kontribusi terhadap stabilitas global. 

Namun, tanggapan Vladimir Putin mungkin jauh dari harapan Xi Jinping.

Bagaimanapun, Vladimir Putin tidak menanggapi “masa sulit” Xi Jinping, “sebuah jenis hubungan internasional,” atau permintaan tersirat agar Rusia menjaga jarak dari Amerika Serikat. 

Faktanya, Rusia, lahir dari Uni Soviet, amat memahami niat Partai Komunis Tiongkok dan tahu cara terbaik untuk meminta bantuan dari “seekor harimau”. Menilai dari interaksi antara Amerika Serikat dengan Rusia dalam dua tahun terakhir, terutama antara Donald Trump dengan Vladimir Putin, tidak diragukan lagi, Vladimir Putin lebih suka mendukung siapa.

Vladimir Putin tentu saja tidak keberatan untuk terus menjalin sebuah kemitraan yang dangkal dengan Partai Komunis Tiongkok jika ia bisa mendapatkan keuntungan maksimal dari Partai Komunis Tiongkok. Tetapi dalam hal kepentingan fundamental, Rusia tidak akan pernah mengorbankan dirinya untuk Partai Komunis Tiongkok.

Lalu apa alasan dan tujuan di balik panggilan telepon yang tidak biasa antara pemimpin Tiongkok dengan pemimpin Rusia? 

Mungkin panggilan telepon tersebut untuk menghalau desas-desus yang beredar belakangan ini di kalangan internet Tiongkok mengenai kesehatan Xi Jinping yang buruk. Panggilan telepon tersebut dimaksudkan untuk membuktikan bahwa Xi Jinping masih hidup dan sehat.

Baru-baru ini, publik internet Tiongkok ramai membicarakan mengenai dugaan stres mental yang diderita Xi Jinping akibat tekanan dari Amerika Serikat. Rangkaian sanksi yang ditargetkan Donald Trump  telah menyebabkan Partai Komunis Tiongkok  panik. Tidak mengherankan jika Xi Jinping baru saja  menyebutkan “masa kritis yang luar biasa ini” selama pertemuan  Politbiro Partai Komunis Tiongkok   baru-baru ini.

Kondisi kesehatan para pejabat tinggi Partai Komunis Tiongkok dianggap sebagai rahasia negara. Mungkin orang-orang dalam lingkaran  Partai Komunis Tiongkok yang tahu mengenai kesehatan Xi Jinping dengan sengaja mengungkap berita di internet. Sepertinya faksi-faksi  di dalam Partai Komunis Tiongkok yang tidak menyukai Xi Jinping sedang menguji keadaan, mengukur apakah mereka dapat mempersiapkan operasi masa depan.

Setelah Xi Jinping berkuasa, banyak pejabat di faksi yang setia kepada mantan pemimpin terpenting Jiang Zemin dipecat karena kampanye antikorupsi Xi Jinping. 

Xi Jinping terus-menerus menekankan kepada para pejabatnya bahwa Xi Jinping  adalah adalah orang yang mengendalikan keadaan. 

Namun, Xi Jinping terus menghadapi tantangan faksi yang berupaya menggoyangkan kekuasaannya yakni  dari faksi Jiang Zemin, kiri, reformis, dan sentris. Khususnya, daftar sanksi yang berkembang dari Amerika Serikat, yang mencakup pembatasan visa untuk beberapa pejabat Partai Komunis Tiongkok, anggota Partai Komunis Tiongkok, dan keluarga anggota Partai Komunis Tiongkok, telah mempengaruhi kepentingan vital pejabat Partai Komunis Tiongkok yang memiliki aset-aset di luar negeri dan yang keluarganya telah berimigrasi ke luar negeri. 

Mereka secara alami cukup tidak puas dan ingin melompat sebelum “perahu merah” itu tenggelam. Salah satu metode perlindungan diri adalah membocorkan “rahasia” mengenai para pejabat senior.

Xi Jinping tidak peduli dengan perpecahan dalam Partai Komunis Tiongkok. Di media Politbiro baru-baru ini, laporan-laporan media pemerintah mencatat bahwa Xi Jinping meminta anggota Politbiro untuk “mengkritik dan mengkritik diri sendiri,” guna mendukung “pemerintahan Xi Jinping,” dan mempelajari “Pemikiran Xi Jinping.” 

Ini adalah manifestasi lain dari niat Xi Jinping untuk mengendalikan perselisihan dalam Partai Komunis Tiongkok dan mempertahankan kekuasaannya. Hanya saja di bawah tekanan internasional yang luar biasa, dan seiring dengan semakin banyaknya rakyat Tiongkok kecewa dengan Partai Komunis Tiongkok, Partai Komunis Tiongkok mungkin tidak bertahan lama. (Vv)

Keterangan Foto : Presiden Rusia Vladimir Putin dan mitranya dari Tiongkok Xi Jinping bertukar dokumen selama upacara penandatanganan setelah pembicaraan mereka di Kremlin di Moskow pada 5 Juni 2019. (Alexander Zemlianichenko / AFP / Getty Images)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=LuKKUTXg98Q

Pakar Ungkap Tangan Hitam di Balik Pemilihan AS, Hasil Pemungutan Suara Dikirim ke Komunis Tiongkok

0

Epochtimes.com

Dalam sebuah wawancara dengan Dr. Jerome Corsi, penulis dan komentator politik, Patrick Byrne, pendiri dan mantan CEO ‘Overstock’ pada 28 Desember 2020 lalu mengatakan bahwa komunis Tiongkok berada di balik kecurangan pemilu Amerika Serikat.

Dalam wawancara itu, Byrne mengungkap tentang insiden campur tangan  pihak komunis Tiongkok. Menurutnya ada sebuah mesin penghitungan suara yang berada dalam ruang penghitungan suara pemilih di Georgia, Amerika Serikat  telah dipasang dengan kartu jaringan nirkabel yang berhubungan langsung dengan termostat cerdas yang terpasang di dinding dalam ruang penghitungan suara tersebut. 

Melalui pelacakan terhadap alamat IP, diketahui bahwa situs web itu dimiliki oleh sebuah perusahaan yang sudah lama berada di sebuah kota tertentu di daratan Tiongkok. Perusahaan ini dikenal sebagai salah satu perusahaan garis depan yang sangat penting bagi komunis Tiongkok.

Kejadian itu dibenarkan oleh Russell Ramsland dari Allied Security Systems, pakar audit kecurangan dalam pemilihan umum Amerika Serikat.

Russell Ramsland dalam sebuah wawancara dengan Xiao Ming, pembawa acara Zooming In pada 24 Desember 2020 mengatakan bahwa, sehari sebelumnya, pihaknya menerima laporan mengenai sebuah investigasi yang sedang berlangsung. 

Disebutkan bahwa seorang insinyur Microsoft yang melakukan pelacakan di kota Savannah, Georgia menemukan sebuah termostat cerdas di ruang penghitungan suara sedang berkomunikasi dengan server penghitungan suara dan melaporkan data surat suara ke daratan Tiongkok.

Menurut Russell Ramsland, kekuatan asing berpengaruh kuat terhadap pemilu Amerika Serikat. Data pemungutan suara termasuk 29 negara bagian yang berbeda dikirim ke server di Kota  Frankfurt, Jerman. 

“Hal yang mengganggu adalah kita dapat melihat bahwa di area server, ada malware pemanen yang mengumpulkan kredensial pemungutan suara dari semua wilayah, dan setelah data suara tersebut diubah lalu dikirim balik ke wilayah tersebut,” kata Russell Ramsland.

Tangan hitam setelah kudeta lewat pemilu

Patrick Byrne menegaskan bahwa komunis Tiongkok adalah tangan hitam yang berada di balik kudeta lewat pemilu. Mereka hanya perlu mencurangi 6 kabupaten untuk mencuri hasil pemilu.

Byrne menjelaskan, seorang politikus dapat memberitahu Anda  untuk mencurangi pemilu Amerika Serikat, Anda tidak perlu mencurangi pemilu di seluruh wilayah Amerika. Anda hanya perlu berbuat curang di 6 kabupaten untuk membalikkan keadaan di 6 negara bagian yang berstatus ayunan. Cukup untuk membalikkan Hasil Electoral College untuk memenangkan pemilu Amerika Serikat.” 

“Karena itulah perbuatan curang menggila di beberapa kabupaten tersebut,” kata Byrne. 

Di sebuah stadion di Atlanta, saat penghitungan suara, disinyalir terjadi pipa air rusak, kemudian dipastikan itu  urinoirnya meluap. Setelah membersihkan mengusir keluar para petugas pengawas penghitungan suara dan reporter media, para pelaku kecurangan langsung mengeluarkan dari bawah meja koper yang penuh berisi surat suara palsu yang jumlahnya ratusan ribu dan memasukkannya ke dalam pencatat suara. 

“Data akhir menunjukkan bahwa 99,4% suara adalah untuk Joe Biden, sungguh tidak masuk akal,” kata Byrne. 

Komunis Tiongkok menerapkan 4 tahapan guna mencerai-beraikan Amerika Serikat

Byrne menyatakan bahwa komunis Tiongkok sedang menghancurkan Amerika Serikat dari dalam. Dia mengambil pemilu sebagai contoh dan mengatakan bahwa komunis Tiongkok menerapkan slow coup atau “kudeta lambat” terhadap Amerika Serikat. Mereka menerapkan 4 tahapan yang memanfaatkan pemilu Amerika Serikat untuk merealisasikan kudeta merah terhadap Amerika Serikat.

4 tahapan itu adalah demoralization, disorientation, crisis, then normalization atau demoralisasi, disorientasi, krisis, dan normalisasi.

Byrne menjelaskan bahwa merebaknya virus komunis Tiongkok atau Covid 19 tahun ini telah menyebabkan warga Amerika Serikat terpukul keras dan melemahkan semangat juang. Setelah itu, insiden kekerasan yang dilakukan organisasi Antifa dan BLM, seperti membakar gedung dan kantor polisi.

Banyak warga dilecehkan karena perbedaan pandangan politik. Semua ini membuat orang sangat bingung dan merasakan seolah-olah mereka bukan berada di Amerika Serikat.

Menurut Byrne setelah itu muncul krisis yang disebabkan oleh pemilihan kontroversial, yakni sengketa presiden palsu.

“Tahap terakhir adalah munculnya fakta yang sudah terjadi. Media memaksa Anda untuk percaya terhadap fakta yang sudah terjadi (hasil pemilu yang kontroversial),”  kata Byrne.

Pedang pembunuh komunis Tiongkok, “Seorang prajurit yang menundukkan orang lain tanpa berperang”

Patrick Byrne memegang gelar sarjana dari Dartmouth College dalam bidang sastra Tiongkok. Ia belajar Konstitusi Amerika Serikat ketika masih muda, memiliki gelar master dari Universitas Cambridge, dan PhD dalam bidang filsafat politik dari Universitas Stanford. 

Dari tahun 1983 hingga 1984, Byrne mempelajari sejarah Tiongkok di Universitas Normal Beijing. Dari Konfusianisme hingga Marxisme-Leninisme yang dipromosikan oleh Partai Komunis Tiongkok pernah ia pelajari. Byrne memperoleh pemahaman yang mendalam tentang Tiongkok dan Partai Komunis Tiongkok.

Byrne mengatakan bahwa komunis Tiongkok sejak tahun 1949 telah  mulai melakukan sebuah rencana jangka panjang untuk menggulingkan Amerika Serikat, dan sekarang mereka ingin mewujudkan rencana ini sekitar 20 tahun lebih awal. 

Departemen keamanan Amerika Serikat selalu bingung tentang apa yang dimaksud dengan istilah “pedang pembunuh” dari “sebuah jurus menundukkan lawan” yang tertera dalam dokumen keamanan nasional komunis Tiongkok.

Byrne mengatakan, komunis Tiongkok menggunakan strategi “tidak menggunakan pendekar pedang berdarah”, yakni prajuritnya dapat menundukkan lawan Amerika Serikat dengan tanpa harus berperang.

“Kita menghabiskan triliunan dolar setiap tahun untuk anggaran militer, intelijen, dan keamanan nasional. Kita dapat menghentikan pesawat, rudal, dan berbagai senjata militer (komunis Tiongkok), tetapi mengabaikan sarana non-militer kita, yaitu perang yang tanpa membutuhkan peluru dan rudal. Mereka menghancurkan kita dari dalam. Inilah hal yang terjadi sekarang,” kata Byrne.

Menurut Byrne, rezim penguasa yang berideologi komunis telah terbukti licik, bengis dan sikap tidak tahu berterima kasih yang ukurannya sudah berada di luar imajinasi siapa pun. Namun, dia mengungkapkan bahwa dirinya mencintai rakyat Tiongkok dan sejarah Tiongkok.

Dalam wawancara tersebut, Dr. Jerome Corsi juga menyatakan bahwa Partai Komunis Tiongkok adalah penganut Marxisme. Mereka memenjarakan praktisi Falun Gong dan mengambil paksa organ mereka secara hidup-hidup. 

Demikian pula, mereka juga menjebloskan para penganut Muslim ke dalam kamp konsentrasi. Jika perlu, mereka bahkan dapat memasuki sebuah kota dan menangkap seperempat populasinya. 

Selama epidemi ini, mereka memaksa warga Wuhan untuk tinggal dalam rumah, terlepas dari mau hidup atau mati. Komunis Tiongkok tidak ambil pusing dengan hak asasi manusia. Saat ini, Tiongkok sudah berada di ambang revolusi, sama seperti Mao Zedong mengambil alih dalam revolusi tani, revolusi dapat terjadi lagi di daratan Tiongkok saat ini.

Byrne menilai bahwa Partai Komunis Tiongkok  telah melakukan penelitian yang cukup mendalam terhadap Amerika Serikat dan menemukan bahwa korupsi adalah kelemahan terbesar Amerika. Akibatnya, pemerintah Amerika Serikat disusupi dan beberapa departemen penting dapat “dikendalikan”, termasuk fasilitas pemilu Amerika Serikat, dinas keamanan, badan intelijen, pejabat bipartisan dan lainnya. 

“Karena itu  kita berada dalam krisis hari ini,” kata Byrne. 

Menurut Byrne, Tiongkok-Iran-Venezuela-Kuba merupakan rantai komando dunia dalam geopolitik. “Namun, masyarakat sudah mulai sadar. Dalam keadaan apapun kita tidak boleh bertekuk lutut terhadap komunis Tiongkok,” kata Byrne menekankan. (Hui)

Keterangan Foto : Patrick Byrne, pendiri raksasa e-commerce Amerika Serikat ‘Overstock’, miliarder dan reporter investigasi sedang berbicara dalam rapat umum di Liberty Square, Washington DC. untuk mendukung Trump kembali menjadi presiden pada 12 Desember 2020. (Li Chen/Epoch Times)

https://www.youtube.com/watch?v=hlf-n4Auc4o

Rentetan Peristiwa 2020 : Wabah Pneumonia yang Membuat Wuhan Seperti Neraka

0

Li Qian

Pada November dan Desember 2019, muncul kasus yang disebut pneumonia di Wuhan dan menyebar dengan cepat. Namun demikian, informasi yang relevan diblokir oleh pihak berwenang, dan orang-orang tidak mengetahuinya dan tidak terlindungi.

Epidemi terus berkembang di luar kendali. Pada 31 Desember 2019, Komisi Kesehatan Kota Wuhan mengumumkan bahwa ada pneumonia virus, tetapi secara keliru mengklaim bahwa itu “dapat dicegah dan dikendalikan,” dan tidak ada “penularan dari orang ke orang.” 

Pemerintahan Komunis Tiongkok secara ketat mengontrol opini publik dan menekan suara rakyat yang sebenarnya. Whistleblower Li Wenliang dan dokter lainnya difitnah sebagai “menyebarkan rumor” dan ditegur oleh polisi.

Tang Jingyuan, seorang komentator urusan terkini di AS mengatakan : “Salah satu alasan utama mengapa wabah tidak terkendali kali ini adalah penyembunyian yang jahat dari pemerintah. Karena orang-orang yang menyembunyikan epidemi kebanyakan meninggal dunia,  jika epidemi itu diumumkan dan kebenaran dibiarkan menyebar. Mungkin itu rezim Komunis Tiongkok. “

Pada 13 Januari 2020, Thailand memiliki kasus pertama yang dikonfirmasi di luar negeri. Namun demikian, pada tanggal 18 Januari 2020, pejabat Wuhan masih menutupinya. Malah sempat digelar di Distrik Baibuting pesta jamuan makan massal. Pesta ini dihadiri oleh lebih dari 40.000 keluarga. Ternyata kejadian ini menyebabkan infeksi dalam kelompok berskala besar.

Penyembunyian dan penyesatan pihak berwenang menyebabkan epidemi menyebar dengan cepat dan sama sekali di luar kendali. Pada 20 Januari 2020, otoritas komunis Tiongkok harus mengubah cara pandang mereka dan mengakui bahwa virus itu menyebar “dari orang ke orang”.

Pada 23 Januari 2020, Wuhan tiba-tiba mengumumkan Lockdown. Sebelumnya, sekitar 5 juta orang telah meninggalkan Wuhan ke kota-kota lain di daratan Tiongkok dan ke seluruh dunia.

Lockdown yang tergesa-gesa mengejutkan hampir puluhan juta penduduk Wuhan. Akibatnya, barang-barang di supermarket di kota itu ludes diborong. Warga terjebak di rumah dan hanya bisa menerima santapan berharga tinggi dan berkualitas rendah dari masyarakat.

Pasien pneumonia Komunis Tiongkok dengan cepat berdesakan di rumah sakit. Sistem medis Wuhan hancur. Persediaan medis seperti masker, pakaian hazmat, ventilator, dan sebagainya sangat langka. Pasien yang tak terhitung jumlahnya tidak dirawat, dan banyak dokter bahkan terinfeksi. Banyak beredar informasi di Internet yang meminta pertolongan.

Staf medis di Wuhan dalam sambungan pembicaraan melalui telepon mengatakan : “Infeksi ini benar-benar lebih mengerikan daripada yang dilaporkan di TV. Dokter mereka memperkirakan ada sekitar 100.000 orang. Ada lebih dari 10 dokter di tempat kami hari ini, dan mereka melihat lebih dari 100 setiap hari. Banyak yang tidak lagi memadai. Jangan percaya pada pemerintah, Anda harus mengandalkan diri sendiri. ”

Namun demikian pada saat itu, pejabat Hubei mengklaim hanya ada 549 infeksi dan 24 kematian di provinsi tersebut.

Warga Wuhan dalam sebuah rekaman video berkata : “Kami tidak membutuhkan pemerintah yang korup seperti Anda! Apa yang Anda lakukan? Kalian sendiri hidup dengan baik  dan kami rakyat sangat menderita. Mengorbakan kami sebagai rakyat. Apakah kalian manusia atau hantu? Atau setan? “

Jurnalis Warga Wuhan bernama Fang Bin mengunjungi Rumah Sakit Kelima Wuhan di tempat, dan hanya dalam beberapa menit, dia melihat banyak jenazah sedang dikeluarkan dari rumah sakit.

Fang Bin, dalam videonya berkata : “Saya baru menghitung tiga, sekarang saya hitung. Ada delapan kantong jenazah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8. Begitu banyak yang meninggal dunia seperti ini. Ini kemarin. Ada begitu banyak orang meninggal dunia. “

Banyak keluarga telah mengalami tragedi infeksi ganda dan kematian berturut-turut. Beberapa pasien mengalami serangan mendadak dan jatuh tak bernyawa di mana saja, dan beberapa dengan enggan memilih bunuh diri. Untuk menyediakan ruang bagi tempat tidur, beberapa rumah sakit memasukkan pasien yang masih hidup ke dalam kantong jenazah dan mengirim mereka untuk dikremasi.

Beredar video warga yang berteriak sambil menyebutkan : “Mama, Mama…” 

Wanita itu mengejar mobil di rumah duka, ibunya meninggal dunia karena pneumonia Wuhan dan dibawa pergi.

Karena jumlah kematian yang besar, pengangkutan kantong jenazah menjadi terburu-buru. Rumah duka kekurangan staf. Beberapa pasien rumah sakit  meninggal dunia selama berhari-hari, tetapi mereka masih tidak dirawat di ruang gawat darurat. 

Pada saat itu, krematorium lokal di Wuhan beroperasi sepanjang waktu, dan sulit untuk mengkremasi dalam jumlah banyak jenazah pada waktunya. Pihak berwenang harus segera memindahkan lusinan krematorium keliling dari tempat lain.

Meskipun epidemi Wuhan sangat parah, statistik Komunis Tiongkok hanya menyebutnya dengan angka yang rendah. Hingga tengah malam pada 23 Maret 2020, jumlah kematian resmi di Wuhan hanya disebutkan 2.517 orang.

Pada hari yang sama, pihak berwenang mulai membagikan guci abu mendiang satu demi satu. Media Tiongkok Daratan melaporkan bahwa Rumah Duka Wuchang sendiri membagikan 500 guci setiap hari selama 12 hari berturut-turut. Menurut angka tersebut, setidaknya ada 7 atau 8 rumah duka di Wuhan, dan setidaknya 42.000 guci akan dibagikan.

Mr Chang, seorang warga Wuhan mengatakan : “Selama Anda lulus sekolah dasar, Anda dapat menghitung setidaknya berapa banyak orang yang telah meninggal dunia. Sebuah rumah duka membagikan 500 guci sehari, dan harus dibagikan dalam 12 hari sebelum Qingming. Itu berarti 6.000. Setidaknya satu rumah duka. 6.000 guci. “

Pada bulan Juni 2020, para ahli dari Universitas Washington dan Universitas  Ohio secara komprehensif menganalisis sejumlah besar informasi resmi dan pribadi, dan bersama-sama merilis laporan survei. Laporan itu secara konservatif berspekulasi bahwa jumlah kematian akibat pneumonia Komunis Tiongkok di Wuhan pada 23 Maret 2020 telah mencapai 36.000 orang. Angka ini lebih besar dari 10 kali angka resmi yang dikeluarkan pemerintah. 

The Epoch Times merujuk pada virus corona Wuhan, yang menyebabkan penyakit COVID-19, sebagai virus Komunis Tiongkok, karena sensor berita dan kesalahan manajemen dari Partai Komunis Tiongkok, sehingga memungkinkan virus itu menyebar ke seluruh Tiongkok dan menciptakan pandemi global. (hui/asr)

Penumpang Gelap Selamat dalam Penerbangan dari Afirka Selatan ke Inggris dengan Berpegangan pada Roda Pesawat

0

Seorang penumpang gelap selamat dari penerbangan mengerikan sejauh 5.600 mil dari Afrika Selatan ke Inggris sambil berpegangan pada roda pesawat sementara temannya jatuh hingga tewas.

Themba Cabeka, 30 tahun,menceritakan kisah perjalanannya yang mengerikan dalam penerbangan dari Johannesburg, Afrika Selatan ke Bandara Heathrow di London, Inggris.

Stowaway Themba Cabeka bersama Rich Bentley, produser Channel 4 (Foto: Channel 4)

Dalam perjalanan 11 jam yang mengerikan, sahabatnya Carlito Vale jatuh dari ketinggian 5.000 kaki hingga tewas.

Themba pingsan karena suhu -60C yang dingin dan kekurangan oksigen dan menghabiskan berbulan-bulan dalam keadaan koma sebelum bangun untuk mengetahui kematian temannya yang menyedihkan.

Carlito, yang berasal dari Mozambik, jatuh dari penerbangan BA 54 hanya satu menit sebelum pesawat mendarat pada 18 Juli 2015, dan tubuhnya kemudian ditemukan di landasan.

Identitas Themba telah terungkap untuk pertama kalinya dalam film dokumenter Channel 4 ‘The Man Who Fell From The Sky’ saat dia menceritakan bagaimana dia dan temannya bersembunyi di roda pesawat dalam keputusasaan mereka untuk mencapai Inggris.

(Foto: Channel 4)

“Ketika pesawat itu terbang, saya dapat melihat tanah, saya dapat melihat mobil-mobil, saya dapat melihat orang-orang kecil,” katanya.

“Setelah beberapa lama, saya pingsan karena kekurangan oksigen. Hal terakhir yang saya ingat setelah pesawat lepas landas adalah Carlito berkata kepada saya: ‘Ya, kita berhasil.'”

Ada 109 upaya penumpang gelap di seluruh dunia, tetapi hanya dua penumpang gelap yang melakukan perjalanan berbahaya ke Inggris dengan selamat dan menceritakan kisahnya.

Salah satunya adalah Pardeep Saini, mekanik mobil dari Punjab, India, yang menempuh penerbangan selama sepuluh jam dari Delhi ke London pada tahun 1996, dan Themba.

Themba berhasi dilacak oleh produser Channel 4, Rich Bentley di sebuah flat di Liverpool tempat dia sekarang tinggal.

Rich Bentley, produser Channel 4 (Foto: Channel 4)

Dia berganti nama Inggris, Justin.

Themba bertemu dengan teman penerbangannya Carlito di klub malam di Johannesburg, Afrika Selatan, dan pasangan itu mulai merencanakan perjalanan ilegal mereka ke Inggris.

Sebelum melakukan penerbangannya, pasangan itu tinggal bersama di sebuah kemah di dekat Bandara Johannesburg.

Menceritakan bagaimana mereka bisa menyelinap ke dalam pesawat, Themba mengatakan: “Bandara dijaga jadi kami melompati pagar ketika hari sudah gelap. Kami berpakaian hitam karena kami harus berpakaian seperti tidak ada yang melihat kami.”

Para calon ‘penumpang gelap’ ini bersembunyi selama 15 menit menunggu pesawat siap lepas landas. Mereka sengaja menghindari pesawat yang menuju ke AS karena tidak ingin terbang di atas hamparan air yang luas.

“Kami harus memaksakan diri untuk masuk ke dalam. Saya bisa mendengar mesin menyala. Hati saya telah berdebar-debar sebelumnya, tetapi hari itu sama sekali tidak ada dalam pikiran saya, karena saya baru saja mengambil keputusan untuk melakukannya,” Themba menceritakan.

“Saya tahu betapa berbahayanya, tetapi saya mengambil risiko sendiri. Saya tidak peduli apakah saya hidup atau mati. Saya harus meninggalkan Afrika untuk bertahan hidup,” tambahnya.

(Foto: Channel 4)

Dia melilit lengannya dengan kabel listrik dan mengikatkan dirinya ke pesawat.

Para ahli penerbangan mengatakan melakuan penerbangan seperti Themba untuk bisa bertahan hidupnya itu sangat kecil.

Themba pingsan karena kekurangan oksigen dan terbangun setelah terjatuh di landasan. Dia menghabiskan enam bulan dalam keadaan koma.

Dia mengajukan permohonan suaka di Inggris dan diberikan izin untuk tinggal di sana. (yn)

Sumber: dailystar

Video Rekomendasi:

Ribuan Orang Berpartisipasi di Acara ‘Save America March’ di Washington DC

0

oleh Lorenz Duchamps

Ribuan orang yang mendukung Presiden Trump tetap berada di Washington DC pada Rabu 6 Januari 2021 untuk menentang hasil Electoral College dan dugaan kecurangan pemilu AS.

Trump mengumumkan di Twitter, dia secara pribadi berpidato kepada para pendukungnya selama rapat umum yang dinamai “Save America” —sebuah kegiatan yang diselenggarakan oleh “Women for America First,” sebuah kelompok pro-Trump — di Ellipse, sebuah taman yang terletak di selatan Gedung Putih.

“Saya akan berbicara di SAVE AMERICA RALLY besok di Ellipse pukul 11 ​​pagi, datanglah lebih awal — pintu dibuka pukul 7 Big Crowds,” demikian cuitan Trump.

Menurut izin yang dikeluarkan oleh National Park Service, acara tersebut memungkinkan hingga 30.000 orang berkumpul di Ellipse hingga 8 Januari 2021, meskipun angka kehadiran resmi tidak akan diketahui hingga Rabu 6 Januari 2021.

Pendukung Presiden Donald Trump berdemonstrasi di National Mall di Washington pada 6 Januari 2021. (Mandel Ngan / AFP via Getty Images)

Sebelumnya, Kepolisian Metropolitan Washington D.C memperingatkan kepada warga untuk demonstrasi yang dimulai pada Selasa hingga Kamis itu dalam pernyataan 31 Desember 2020, mengumumkan ada banyak jalan yang berpotensi ditutup dan tempat parkir dibatasi.

Unjuk rasa yang berlangsung beberapa hari itu menyebabkan sejumlah pejabat lokal dan penegak hukum bersiap-siap menghadapi kemungkinan terjadinya bentrokan di jalanan. Banyak tempat bisnis di pusat kota Washington tak beroperasi, khawatir aksi protes itu bisa berubah menjadi kerusuhan.

Sebagian besar demonstran berkumpul hanya beberapa blok dari Gedung Putih di Freedom Plaza selama rapat umum Selasa 5 Januari 2021 untuk mengecam pemungutan suara di Electoral College. Ratusan orang tetap berada di alun-alun hingga malam tiba.

Orang-orang menghadiri rapat umum di Washington pada 6 Januari 2021 untuk mendukung Presiden Donald Trump. (Foto Carolyn Kaster / AP)

Sebelumnya Trump pada Selasa 5 Januari 2021 memperingatkan kepada radikal Antifa, yang telah ditetapkan sebagai organisasi teroris, untuk “menjauh dari Washington.” Ia menambahkan bahwa “penegak hukum mengawasi Anda dengan sangat dekat!”

Robert Contee, yang dilantik oleh Walikota Distrik Columbia, Muriel Bowser sebagai Penjabat Kepala Polisi Departemen Kepolisian Metropolitan pada 2 Januari 2021, mengatakan bahwa sebelum demonstrasi senjata api tidak akan ditoleransi di Washington.

“Kami telah menerima beberapa informasi, ada individu yang berniat membawa senjata api ke kota kami dan tidak akan ditoleransi,” kata Contee.

Polisi mengatakan selama unjuk rasa Selasa malam 5 Januari 2021, setidaknya enam orang ditahan menyusul terjadinya bentrokan dengan kontra-demonstran dan polisi. Mereka yang ditangkap dituduh melakukan berbagai pelanggaran termasuk kepemilikan senjata dan amunisi, penyerangan terhadap seorang petugas polisi, penyerangan skala kecil dan memiliki Stun Gun.

Pada pertengahan Desember 2020, konfrontasi dengan kekerasan yang diduga antara anggota kelompok Antifa dan anggota Proud Boys meletus selama aksi “Million MAGA March” di Washington. Insiden itu menyebabkan sedikitnya empat orang ditikam dan petugas polisi terluka. Kedua kelompok tersebut kerap menarik perhatian media. Dikarenakan  kerterlibatan mereka dalam aksi kekerasan satu sama lain.

Bowser mendesak kepada warga untuk menjauh dari pusat kota Washington dan menghindari konfrontasi dengan siapa pun yang “mencari pertengkaran.” Dia juga meminta pasukan Garda Nasional untuk membantu memperkuat aparat kepolisian Washington.

Selain Garda Nasional, agen federal juga bersiaga, jikalau mereka suatu ketika dibutuhkan dengan cepat di Washington.

Biro Penjara Federal mengatakan sekitar 100 “Petugas yang Terlatih Secara Khusus” dikirim ke markas besar Departemen Kehakiman AS untuk membantu personel keamanan lainnya, tetapi akan tetap “dalam kapasitas cadangan kecuali diperlukan.”

Sementara itu, Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengatakan, tidak seperti selama kerusuhan pada Mei dan Juni 2021 di Washington, mereka tidak berencana untuk mengerahkan agen dari Customs and Border Protection di acara  demonstrasi pada hari Rabu itu.

“Saat ini, kami belum diminta untuk diturunkan. Namun, kami memiliki kekuatan reaksi cepat sedang yang akan bersiaga kalau-kalau bantuan kami diminta,” kata penjabat komisaris badan tersebut, Mark Morgan. (asr)

Associated Press berkontribusi pada laporan ini

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=6YOPmUw4YW4

Dokter di Shenyang, Tiongkok Mengeluarkan Peringatan : Dugaan Kasus Varian Baru Virus Komunis Tiongkok, Sangat Menular

0

Ada video yang beredar di Internet daratan Tiongkok bahwa seorang dokter di Shenyang memperingatkan di percakapan WeChat bahwa epidemi di Shenyang sangat serius. Disebutkan virus itu menyebar dengan sangat cepat, dan sangat menular, dan dicurigai ada varian baru

Pada tanggal 2 Januari 2021, ada video yang beredar di Internet Tiongkok bahwa dokter di Pusat Darurat Shenyang mengeluarkan peringatan di percakapan WeChat, mengatakan bahwa epidemi sekarang sangat serius, “Jangan berkeliaran sembarangan. Epidemi ini sangat, sangat serius sekarang, dan penularannya sangat cepat, dan kondisinya sangat menular.”

Dokter itu berkata : “Sekarang kita biasanya bepergian 4 atau 5 kali dalam sehari, dan kemarin ada pemeriksaan asam nukleat positif, Alasan utamanya adalah saya tidak bisa diam sepanjang hari dan saat ini adalah masa kritis jangan jalan-jalan.”

Dokter itu menunjukkan bahwa kadang-kadang tes asam nukleat tidak dapat dideteksi sama sekali, untuk pertama kalinya seorang wanita tua yang terkena penyakit kali ini mendapatkan hasil dari tes asam nukleat keempat.

“Wanita tua ini, dia adalah cabang dari subtipe Eropa. Saya curiga dia sudah menjadi mutan dan sangat mudah menular.” 

Dokter itu juga berkata, “Seorang pasien yang saya periksa kemarin . Dia pernah memeriksa penyakitnya di Rumah Sakit Kedelapan. Dia mungkin tidak berhadapan muka dengan pasien terinfeksi, bahkan tidak mengenalnya, tetapi dia terinfeksi. “

Beberapa netizen meninggalkan pesan yang mengatakan, “Surat resmi internal organisasi saya juga telah diberitahukan, dan kontak dengan Shenyang telah ditangguhkan untuk sementara.” 

Netizen lainnya mengkhawatirkan keselamatan dokter yang mengungkap berita tersebut dan khawatir Komunis Tiongkok akan memblokirnya.

Dilaporkan bahwa pada tanggal 4 Januari 2021, Kota Shenyang, Provinsi Liaoning, memiliki 16 wilayah berisiko epidemi, kebanyakan di Distrik Huanggu. Termasuk: Huarui Tawan Xincheng Fase 2, Jalan Minglian, Distrik Huanggu, Komunitas Minglian, Jalan Minglian, Distrik Huanggu.

Lainnya adalah  Komunitas Kunpeng Fase 2, Jalan Huashan juga di Distrik Huanggu, Century Academy, Jalan Shelita, Distrik Huanggu. 

Kawasan lainnya adalah Ming Yihai Sunshine Tahap II Jalan Lian, Komunitas Zona Blog Jalan Minglian di Distrik Huanggu, Taman Zhonghai Huanyu Tianyue, Jalan Kunshan Barat, Distrik Huanggu, Distrik Timur Komunitas Xianggong, Jalan Kunshan Barat, Distrik Huanggu. 

Selain itu,  Yihai Sunshine Tahap I Distrik Huanggu, Gedung 1, Jalan Xishui, Distrik Huanggu, Komunitas Shentie Xinggongjiayuan, Jalan Beier East, Distrik Tiexi. 

Wilayah lain adalah Komunitas Hongda, Jalan Beiling, Distrik Hong, China Resources Oak Bay Tahap II, Distrik Huanggu Komunitas Jiye Baihuayuan, Komunitas Kimia, Distrik Yuhong Komunitas Konstelasi Kota Chonghai. (Hui)

Keterangan Foto : Situasi epidemi di Shenyang sangat serius, dan beberapa video online menunjukkan adanya kecurigaan terhadap keberadaan varian lokal. Gambar menunjukkan orang-orang Shenyang yang baru-baru ini melakukan pengujian asam nukleat. (Tangkapan layar video)

https://www.youtube.com/watch?v=fKVM7YCuz7Q

Komunis Tiongkok Ditolak Gabung CPTPP karena Ambisi Hegemoninya

0

oleh Chen Han

Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga menegaskan sulit bagi komunis Tiongkok untuk berpartisipasi dalam Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP) dengan sistem politik dan ekonomi yang Tiongkok jalankan saat ini. Pernyataan itu disampaikan terkait keinginan Tiongkok bergabung dengan CPTPP

Yoshihide Suga pada 3 Januari 2021 lalu mengemukakan pandangannya mengenai keinginan komunis Tiongkok untuk bergabung dengan Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP)  atau Perjanjian Komprehensif dan Progresif bagi Kemitraan Trans-Pasifik, dalam sebuah wawancara eksklusif dengan komentator politik terkenal Jepang. 

Presiden Tiongkok, Xi Jinping tahun lalu telah menyatakan bahwa komunis Tiongkok bermaksud untuk bergabung dengan CPTPP. Namun menurut komentator  hal itu sangat berbahaya, karena kekuatan ekonomi merupakan senjata terbesar yang digunakan komunis Tiongkok untuk membangun hegemoni. 

Komunis Tiongkok dapat menggunakan senjata tersebut dalam Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), mungkin saja itu juga mereka gunakan dalam CPTPP di masa mendatang.

Menurut Yoshihide Suga aturan CPTPP menyatakan bahwa negara anggota CPTPP harus memiliki tingkat pembukaan pasar yang sangat tinggi. Akan tetapi tampaknya ambang batas tersebut cukup tinggi untuk dicapai oleh komunis Tiongkok. Dengan sistem politik dan ekonomi yang Tiongkok jalankan saat ini akan sulit bagi komunis Tiongkok untuk berpartisipasi.

Yoshihide Suga juga menyebutkan bahwa Jepang akan berhati-hati tentang aksesi komunis Tiongkok ke CPTPP, dan tidak mungkin dapat bergabung tanpa persetujuan dari semua negara anggota. Apalagi di tahun 2021, Jepang adalah ketua CPTPP setelah penarikan diri Amerika Serikat. Jepang kini memiliki pengaruh tertentu terhadap 11 negara anggotanya.

CPTPP lahir dari Trans-Pacific Partnership (TPP) yang pertama kali dibentuk pada tahun 2002. Pada tahun 2016, Amerika Serikat dan 11 negara Lingkar Pasifik secara resmi menandatangani perjanjian yang menetapkan standar tinggi untuk perlindungan lingkungan dan perlindungan kekayaan intelektual, serta perjanjian timbal balik perdagangan antar negara anggota. 

Pada bulan Januari 2017, setelah Presiden Amerika Serikat, Donald  Trump menjabat sebagai presiden, dia menarik Amerika Serikat dari perjanjian TPP karena dinilai tidak adil bagi Amerika Serikat. 

11 negara yang tersisa kemudian merevisi TPP dan menamakan perjanjian Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership, atau yang disingkat CPTPP.

Frank Tian Xie, ​​seorang profesor di Aiken School of Business University of South Carolina, Amerika Serikat menilai bahwa Komunis Tiongkok sebenarnya kurang berminat dengan kerja sama regional semacam RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership), karena memiliki banyak hubungan kompetitif dengan negara-negara ASEAN. “Sesungguhnya mereka lebih tertarik untuk sepenuhnya bergabung dengan TPP,” kata Frank Tian Xie.

Dalam konferensi pers penutupan Kongres Rakyat Nasional pada 28 Mei tahun lalu, Perdana Menteri Tiongkok, Li Keqiang mengungkapkan sikapnya yang positif dan terbuka terhadap partisipasi dalam CPTPP. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Xi Jinping dalam Konferensi Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik yang diadakan pada bulan November 2020 lalu. Jelas, bergabung dengan CPTPP adalah tahap berikut setelah penandatanganan RCEP.

Menurut Frank Tian Xie, TPP sebenarnya adalah organisasi ekonomi Lingkar Pasifik yang lebih besar dari RCEP. Untuk mencegah bergabungnya komunis Tiongkok, mereka menetapkan kebijakan seperti pemerintah dari negara anggota tidak diperkenankan untuk ikut campur dalam urusan hak asasi manusia, tenaga kerja, perlindungan lingkungan, dan akses pasar. 

“Selama hampir satu tahun terakhir ini, barangkali komunis Tiongkok berpikir bahwa dengan keluarnya Amerika Serikat dari organisasi tersebut mungkin negara lain sudi menerima masuknya Tiongkok, tetapi hasilnya tidak demikian,” kata Frank Tian Xie.

Lan Shu, seorang komentator politik yang tinggal di Amerika Serikat  mengatakan bahwa negara dalam CPTPP telah melihat bahwa komunis Tiongkok tidak mematuhi janjinya dalam proses bergabung dengan semua organisasi ekonomi global. Sebaliknya, Komunis Tiongkok menggunakan semua saluran ini untuk memaksakan aspek politik dan ekonominya. 

“Negara yang bergabung di CPTPP sekarang menyadari bakal masalah yang timbul bila komunis Tiongkok bergabung, sehingga mereka menolaknya,” kata Lan Shu.

Para pengamat percaya bahwa negara-negara besar seperti Jepang, telah melihat perilaku komunis Tiongkok yang hegemonik dan tidak masuk akal dalam proses memimpin RCEP, sehingga lebih menaruh kewaspadaan terhadap keinginan komunis Tiongkok untuk bergabung dengan CPTPP.

Menurut pandangan Yan Huixin, peneliti asosiasi WTO dan RTA Center dari China Economic Research Institute, senjata komunis Tiongkok adalah hegemoni kekuatan ekonomi. Metode ini digunakan dalam RCEP. Bagaimanapun, negara-negara ASEAN sangat bergantung pada pasar konsumen Tiongkok yang besar. 

“Apakah ada caranya untuk digunakan di CPTPP ? Saya pribadi tidak ingin mengomentarinya. Bagaimanapun, CPTPP sekarang didominasi oleh negara-negara seperti Jepang, Australia, dan Kanada, mereka ini sudah sangat paham dengan tujuan dibalik keinginan komunis Tiongkok bergabung,” jelas Yan Huixin.

Yan Huixin percaya bahwa sulit bagi komuni Tiongkok untuk bergabung, terutama kebijakan ekonominya yang mengedepankan kepentingan perusahaan milik negara dan mengabaikan peranan perusahaan swasta. Kasus pembersihan Alibaba akhir-akhir ini adalah contoh nyata.

“Badan usaha milik negara, buruh harus memiliki hak organisasi buruh, hak negosiasi, dan e-commerce harus memiliki informasi untuk diedarkan secara bebas melintasi perbatasan. Ini adalah hambatan terbesar bagi komunis Tiongkok untuk bergabung dengan CPTPP. Lihat saja cara Xi Jinping menindas Alibaba. CPTPP sangat mengatur soal perilaku (intervensi pemerintah),” kata Yan Huixin.

Lalu mengapa komunis Tiongkok masih saja merilis pesan mengenai penggabungannya meskipun sudah mengetahui tidak memenuhi syarat ? 

Menurut Yan Huixin, Xi Jinping telah memposisikan RCEP dan CPTPP sebagai dua jalur menuju Free Trade Area of the Asia-Pacific (FTAAP), tetapi pihak luar percaya bahwa hal itu sebenarnya sulit untuk dicapai.

Frank Tian Xie percaya bahwa Beijing ingin bergabung dengan CPTPP hanya untuk tujuan diplomasi dan hubungan internasional. Ia tidak ingin dianggap oleh komunitas internasional sebagai pencilan dan penjahat. komunis Tiongkok ingin meminjam berbagai kerjasama internasional untuk legitimasi kekuasaannya yang semakin rapuh. (sin)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=hlf-n4Auc4o

4 Kasus Kematian Lansia dari 3 Negara Selama Hari Pertama Vaksinasi, Pihak Berwenang Menyerukan Tetap Tenang

Celia Farber

Hari-hari pertama peluncuran vaksin COVID-19, setidaknya ada 4 kasus kematian akibat serangan jantung yang dilaporkan terjadi pada orang yang berusia antara 75 tahun hingga 91 tahun, di 3 negara. Akibat kejadian ini, pihak berwenang meminta orang-orang agar tidak panik.

Kematian yang dilaporkan ini semuanya terjadi antara 2 jam hingga lima hari setelah vaksin Covid mRNA BioNTech Pfizer diberikan. Dalam semua kasus, mereka memiliki penyakit penyerta atau komorbid. 

Di Kalmar, Swedia, seorang pria berusia 85 tahun dengan kondisi-kondisi yang sudah ada sebelumnya, meninggal dunia akibat serangan jantung pada tanggal 29 Desember 2020, sehari setelah menerima suntikan vaksin tersebut.

Di Israel, ada dua kasus kematian, di mana kasus pertama adalah seorang pria berusia 75 tahun dari Beit She’an,yang meninggal akibat serangan jantung dalam dua jam setelah vaksinasi. Kasus kedua adalah seorang pria berusia 88 tahun, meninggal dunia di Yerusalem, juga dalam 2 jam setelah vaksinasi.

Di Lucerne, Swiss, seorang pria berusia 91 tahun, seorang penghuni panti jompo, meninggal dunia, 5  hari setelah menerima vaksin Covid mRNA BioNTech Pfizer.

Media Israel mendesak orang-orang untuk tidak menganggap vaksin sebagai penyebab kematian. 

Dalam sebuah artikel yang melaporkan dua kematian tersebut, The Jerusalem Post menyoroti sebuah seruan untuk transparansi dari produsen-produsen vaksin tersebut:

“Dalam menanggapi laporan kematian itu, Israel’s Midaat Association mengatakan saat vaksin diberikan pada penduduk berisiko, ‘mungkin ada kasus-kasus yang tidak menguntungkan. Seseorang tidak boleh menyimpulkan dari hal ini mengenai keamanan vaksin tersebut, tetapi terimalah transparansi yang diperlukan dari perusahaan-perusahaan farmasi dalam proses persetujuan obat itu.”

Para lanjut usia, di panti jompo dan panti perawatan, berada di baris pertama yang menerima vaksin tersebut, karena dianggap paling rentan.

Menyusul kematian pria di Swedia, pada tanggal 29 Desember 2020, pihak berwenang kesehatan Swedia diwawancarai oleh media. Dalam komentarnya, pihak berwenang kesehatan Swedia tidak menolak atau pun memastikan bahwa pria tersebut meninggal dunia sebagai akibat vaksinasi. Mereka menjanjikan penyelidikan penuh, begitu hasil otopsi dikeluarkan.

Kematian pria berusia 85 tahun itu dilaporkan ke  Badan Produk Medis Swedia, “Lakemedelsverket” serta dilaporkan ke Badan Kesehatan Federal “Folkhalsomyndigheten,” di mana Kepala Pejabat Medis Dr. Mattias Alvunger mengatakan karena terkait dengan waktu — kematian terjadi begitu cepat setelah suntikan tersebut:

“Hal tersebut tidak tergantung pada kami,” Dr. Mattias Alvunger dikutip di media Swedia, menekankan bahwa hal tersebut adalah masalah protokol. “Mengingat semua kekhawatiran mengenai keamanan vaksin-vaksin COVID, yang lebih mendesak adalah kita sepenuhnya transparan, dan mengikuti protokol yang ditetapkan.”

Sambil mendesak orang-orang untuk tidak menyimpulkan vaksin-vaksin adalah tidak aman dan harus dihindari, sebuah  perwakilan dari grup keamanan farmasi Badan Produk Medis Swedia, memberitahukan kepada Radio Sverige, “Saya mengerti bahwa orang-orang merasa khawatir,” mengingat perhatian mereka “sepenuhnya adalah normal dan dapat dimengerti.”

Komisi Uni Eropa memberikan kewenangan pemasaran bersyarat kepada vaksin Covid mRNA BioNTech Pfizer bernama “Comirnaty,” pada tanggal 19 Desember 2020. 

Badan Kesehatan Federal Swedia, Folkhalsomyndigheten, yang dipimpin oleh Anders Tegnell, menyatakan di situs websitenya vaksin COVID atau vaksin lain apa pun tidak akan diwajibkan di Swedia.

Swedia juga tidak akan menawarkan vaksin kepada wanita hamil atau anak-anak yang berusia di bawah 17 tahun, kecuali jika para dokter membuat permintaan khusus dalam kasus-kasus individu.

Setelah hampir setahun menolak lockdown dan pemakaian masker akibat COVID, kini pihak berwenang Swedia menyarankan penggunaan masker yang sangat terbatas hanya saat jam-jam sibuk di beberapa transportasi umum, terutama mengikuti tekanan dari luar Swedia.

Sementara itu, Finlandia mengumumkan sebuah dana publik untuk mengkompensasi masa depan korban-korban akibat kerusakan vaksin.

Saat Pfizer BioNTech mempresentasikan data keamanan kepada Administrasi Makanan dan Obat AS dalam sebuah dokumen arahan pada tanggal 10 Desember 2020, laporan tersebut menyatakan: “Kejadian Buruk yang Serius yang paling sering dilaporkan adalah Gangguan Jantung (0,1% di masing-masing kelompok terapi).”

Israel telah meluncurkan vaksin-vaksin pesaing.

Seiring muncul laporan-laporan dari hasil yang “mengecewakan” untuk vaksin Covid “Arcturus,”  The Jerusalem Post menerbitkan sebuah artikel berjudul: “Israel’s Hottest 2020 Status Symbol: A Pfizer Vaccine” yang menggambarkan seberapa jauh orang-orang segera pergi untuk mendapatkan vaksinasi.

Pada tanggal 30 Desember 2020, Israel memimpin dunia dalam angka vaksinasi, di mana 7,44 persen penduduk sudah divaksinasi. 

Hanya sebulan yang lalu, The Jerusalem Post melaporkan, separuh negara menentang vaksin tersebut. Akan tetapi mengikuti kampanye selebriti, politisi, dan penulis terkenal untuk mendapatkan vaksinasi, itu rasa ragu-ragu bercampur takut menghilang, dan orang Israel digambarkan sebagai sedang berada “dalam sebuah perlombaan yang panik untuk mendapatkan vaksinasi secepat mungkin.”(vv)

Keterangan Foto : Seorang apoteker bersiap untuk mengirimkan vaksin Pfizer COVID-19 di Falls Church, Va., Pada 30 Desember 2020. (Brendan Smialowski / AFP via Getty Images)

Video Rekomendasi :

Persahabatan Anak Anjing dengan Seekor Sapi Ini Membuktikan Bahwa Cinta Tidak Ada Batas

0

Seekor anak anjing golden retriever dan seekor anak sapi di Irlandia ini telah membuktikan bahwa cinta sejati tidak memiliki batasan, apakah itu waktu atau spesies yang berbeda.

Kasih sayang mereka yang menghangatan satu sama lain telah didokumentasikan dalam video TikTok yang menggemaskan, yang menunjukkan dua sahabat itu bersatu kembali setelah tiga bulan terpisah.

Menurut Blanáid May, yang membuat video TikTok, anak anjing dan sapinya telah bertemu enam bulan sebelumnya dan langsung jatuh cinta satu sama lain.

Setelah pertemuan awal mereka, anak sapi itu pergi selama tiga bulan, dan kemudian ketika kembali, pasangan itu dengan cepat mengingat satu sama lain, dan jelas sangat senang untuk bersatu kembali, mereka menjilati satu sama lain dengan penuh kasih sementara anak anjing itu dengan antusias mengibaskan ekornya.

Anak anjing itu bahkan melompat ke dinding pagar lapangan yang berisi anak sapi, untuk lebih dekat dengan hewan itu, sementara cockapoo, anjing Blanáid lainnya tampak putus asa untuk ikut bergabung.

@blanaidmay

Only in Ireland #fyp #foryoupage #ireland #puppy #cow #doggo

♬ original sound – bridgetwelsh

Klip yang dibuat pada Agustus 2020 itu dibuat semakin mengharukan dengan audio yang bertuliskan, : “Kata orang saat bertemu cinta dalam hidupmu, waktu berhenti.”

Tidak mengherankan, video yang menggemaskan tersebut telah merebut hati banyak orang di TikTok, yang telah menyebutnya ‘sangat murni dan berharga’.

“Ini hanya hal yang paling menghangatkan hati yang pernah saya lihat. Kami tidak pantas mendapatkan makhluk luar biasa ini, “komentar satu orang.

Yang lain menambahkan: “Membayangkan mereka, mereka adalah dua jiwa yang mengenal satu sama lain atau sudah menikah atau sesuatu di kehidupan lampau, dan bereinkarnasi dan entah bagaimana menemukan satu sama lain lagi.” (yn)

Sumber: Unilad

Video Rekomendasi:

Seorang Remaja Putri di Zimbabwe Mengajar Taekwondo untuk Melawan Pernikahan Anak

0

Seorang remaja putri di Zimbabwe sedang mengajar taekwondo kepada wanita dan anak perempuan di negara di mana banyak dari mereka dipaksa menikah sejak usia 10 tahun.

Natsiraishe Maritsa telah menjadi penggemar berat seni bela diri dari Korea ini sejak dia berusia lima tahun, dan sekarang dia telah melatih sekelompok wanita dan anak perempuan dalam olahraga tersebut untuk melawan pernikahan dini.

Banyak teman sekolah Maritsa – yang masih lajang dan sudah menikah – berkumpul di luar rumah orangtuanya di pemukiman Epworth yang miskin, tempat mereka mempelajari gerakan dan rutinitas baru yang juga dapat mereka gunakan sebagai pertahanan diri.

(Foto: Unilad)

“Tidak banyak orang yang berlatih taekwondo di sini, jadi sangat menarik untuk para gadis, baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Saya menggunakannya untuk mendapatkan perhatian mereka, “katanya kepada Associated Press.

Sayangnya, di negara-negara seperti Zimbabwe, pernikahan anak terlalu sering terjadi, dan tidak hanya mengarah pada pelecehan fisik dan verbal, tetapi juga pemerkosaan dan masalah terkait kehamilan juga.

“Kami belum siap untuk hal yang disebut pernikahan ini. Kami masih terlalu muda untuk itu,” kata Maritsa, menambahkan bahwa latihan taekwondo menyediakan’ ruang aman’ bagi wanita dan gadis dalam pernikahan yang rumit.

(Foto: Unilad)

“Peran ibu remaja biasanya diabaikan saat orang berkampanye menentang pernikahan anak. Di sini, saya menggunakan suara mereka, tantangan mereka, untuk mencegah gadis-gadis muda yang belum menikah untuk menjauhi aktivitas seksual dini dan pernikahan, ‘tambahnya.

Mahkamah Konstitusi memperkenalkan undang-undang pada tahun 2016 yang mendorong usia legal seseorang dapat menikah di Zimbabwe dari 16 menjadi 18 tahun, namun pengaruhnya sangat kecil.

Faktanya, sekitar 30% anak perempuan yang tinggal di negara miskin ini menikah sebelum mereka mencapai usia 18 tahun, United Nations Children’s Fund mengatakan.

(Foto: Unilad)

Karena kemiskinan dan kelaparan tersebar luas, banyak keluarga melihat menikahkan anak perempuan mereka sebagai cara untuk melepaskan diri dari tanggung jawab keuangan ekstra, dan menggunakan uang yang mereka terima sebagai ‘alat untuk bertahan hidup’.

Menanggapi hal ini, Maritsa mendirikan kelas untuk memberdayakan perempuan dan anak perempuan yang sudah menikah dan yang masih lajang, dan untuk mendorong diskusi seputar pernikahan anak dan remaja.

“Dari putus asa, para ibu muda merasa diberdayakan, dapat menggunakan cerita mereka untuk mencegah gadis lain jatuh ke dalam perangkap yang sama,” katanya, menjelaskan mengapa dia mulai mengajar olahraga ini pada tahun 2018.

(Foto: Unilad)

Kelas Maritsa didukung oleh orangtuanya, yang menyumbangkan sedikit yang mereka miliki untuk membantunya memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan kepada gadis-gadis setempat. Benar-benar keluarga pahlawan.(yn)

Sumber: Unilad

Video Rekomendasi:

Selamat Tahun Baru! Mari Bersama Hadapi 2021

0

Selamat Tahun Baru!

Kita biasanya menyambut awal tahun baru dengan penuh kegembiraan, karena ini membawa harapan akan kemungkinan yang belum terwujud. Namun, pada 2021, kegembiraan tahun baru mungkin diredupkan oleh kontroversi dan kekhawatiran. Tetapi kita harus memiliki keyakinan: Dalam hal yang paling penting, takdir kita ada di tangan kita sendiri.

Amerika Serikat menghadapi krisis politik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pemilihan presiden masih belum diselesaikan, dan tuduhan penipuan serius telah dibuat. Namun, terdapat masalah krusial yang bahkan melampaui pemilihan seorang presiden.

Terlepas dari hasil pemilu, apa yang kita lakukan sekarang ini sangatlah penting. Masing-masing dari kita harus membuat pilihan atas hal-hal yang fundamental. Komunisme berusaha untuk menguasai dunia dan membungkam suara-suara yang menentangnya. 

Dalam ribuan cara dalam kehidupan kita sehari-hari, kita melihat pergulatan antara yang baik dan yang jahat. Bagaimana tanggapan kita? Apakah kita memilih yang baik atau yang jahat?

Benar atau salah? Dalam membuat pilihan ini, kitalah yang nantinya akan memutuskan takdir kita sendiri.

Sejarah akan mengukur diri kita masing- masing dengan tepat, dan pada akhirnya, sejarah akan berpihak pada mereka yang sejalan dengan kebaikan dan kebenaran.

Adapun The Epoch Times, keyakinan kami di masa depan dan pengejaran kami terhadap kebenaran tidak akan pernah berubah.

Keberanian akan dibutuhkan karena pandemi yang baru-baru ini kembali merebak menunjukkan tanda-tanda memburuk yang mungkin akan menjadi lebih buruk lagi di kemudian hari. Cobalah untuk melindungi diri Anda sendiri dengan mengikuti saran dari dokter Anda.

Di saat yang sama, kita harus menyadari bahwa pandemi ini membawa pesan: Asalnya terletak pada Partai Komunis Tiongkok (PKT), dan setiap kasus penularan adalah pengingat betapa berbahayanya PKT bagi dunia.

Dunia memiliki alternatif lain dari kebencian PKT. Sejarah menunjukkan bahwa pada pandemi di masa lalu, mereka yang memiliki keyakinan kuat pada Tuhan, memiliki kesempatan lebih baik untuk bertahan hidup. 

Di Tiongkok, kami melihat PKT berusaha untuk mencabut hubungan manusia dengan Tuhan, dengan menganiaya penganut berbagai agama dan kepercayaan.

Kami di The Epoch Times akan menghadapi kesulitan apa pun bersama dengan Anda. Dengan keyakinan dan keberanian, kita akan dapat keluar dari masalah yang melanda 2021 dengan harapan baru untuk masa depan.

Keterangan Foto : Tahun Baru 2021 (Adobe Stock)