Pendiri Falun Gong Menerbitkan “Mengapa Ada Umat Manusia” yang Mengejutkan Cendekiawan Peneliti Alkitab
oleh Ke Tingting dan Shi Ping
Jelang Tahun Baru Imlek, Master Li Hongzhi, pendiri Falun Gong telah mengizinkan media “Epoch Times” dan “New Tang Dynasty TV” untuk menerbitkan artikel beliau berjudul “Mengapa Ada Umat Manusia“, yang selain menyebabkan dampak besar di kalangan pembaca etnis Tionghoa, juga merupakan terobosan dalam pemahaman terhadap alam semesta yang wajib diketahui manusia.
Lou Xinyue, seorang pengusaha etnis Tionghoa di New York dan cendekiawan peneliti Alkitab dalam sebuah wawancara dengan Epoch Times dan NTDTV beberapa hari lalu mengatakan, bahwa artikel Master Li Hongzhi adalah “tonggak penting dalam sejarah peradaban manusia.”
Lou Xinyue lulus dari Department of Philosophy, Peking University pada tahun 1993, setelah itu dia mengambil studi jurnalis di Universitas Columbia, New York.
“Saya pikir artikel ini sangat penting bagi seluruh umat manusia, dan ini adalah artikel yang sangat penting dalam sejarah pemikiran manusia. Sebelum ini tidak pernah ada seorang pun yang mampu melukiskan dunia dengan begitu jelas,” ujarnya.
Falun Gong adalah bentuk latihan meditasi yang berasal dari Tiongkok. Disiplin—yang didasarkan pada prinsip-prinsip Sejati, Baik, dan Sabar—berakar pada tradisi Tiongkok kuno yang percaya pada peningkatan moral dan yang pada akhirnya akan mengarah pada pencerahan spiritual.
Pada awal 1990-an, Mr. Li secara pribadi mengajarkan latihan spiritual di berbagai tempat di seluruh Tiongkok. Sebelum rezim Partai Komunis Tiongkok melancarkan penganiayaan terhadap Falun Gong pada 20 Juli 1999, jumlah pengikut mencapai sekitar 100 juta, dengan rezim memuji latihan tersebut karena manfaat penyembuhan dan kebugarannya.
Lou Xinyue terkejut setelah membaca artikel Guru Li Hongzhi yang berjudul “Mengapa Ada Umat Manusia.”
“Pada awalnya, beliau (Master Li Hongzhi) berbicara tentang dirinya yang diminta oleh para dewa untuk mengabarkan kepada umat manusia tentang dunia dengan berlandaskan teisme. Kenapa sampai batas tertentu, sekarang disebut zaman kerusakan etika, karena sebagian besar orang sekuler di dunia ini telah lupa bahwa ada Pencipta Alam Semesta yang mengatur dunia, dan banyak dari mereka bahkan lupa bahwa kita manusia memiliki jiwa,” kata Lou Xinyue.
Dia mengatakan seketika pandangannya telah berubah, dan dia lebih bertekad untuk menjadi orang baik.
Lou Xinyue mengatakan : “(Manusia) harus berbuat baik, agar dapat mengumpulkan de (pahala surgawi), (manusia) baru bisa memperoleh kehidupan selanjutnya, mendapatkan jalan yang lebih lapang ketika jiwa bereinkarnasi. Dan, tidak kalah pentingnya adalah mempertahankan perbuatan yang baik dan benar, Saya pikir inilah nilai-nilai yang dijadikan alasan mengapa ada umat manusia. Beliau (Master Li Hongzhi) telah dengan gamblang memberitahu kita.”
Lou Xinyue percaya bahwa Guru Li Hongzhi adalah “Mesias” yang legendaris dalam agama Kristen.
“Faktanya, Beliau sekarang memainkan peran sebagai Kristus yang bereinkarnasi, memperingatkan kita semua bahwa dirinya adalah seorang Mesias, yang kedatangan-Nya telah lama dinanti-nantikan oleh umat manusia. Kristus sudah datang kembali,” jelasanya.
Lou Xinyue percaya bahwa Master Li Hongzhi menerbitkan artikel yang digunakan untuk menyelamatkan manusia ini pada saat wabah sedang merajalela di daratan Tiongkok. Artikel ini penting bagi seluruh umat manusia dan setiap orang harus membacanya.
“Sebenarnya, saya langsung mengunggah ulang artikel tersebut usai membaca untuk pertama kalinya. Setiap orang wajib menyebarkan luaskan (artikel ini). Bagi kita umat manusia, terlepas dari orang Timur atau Barat, etnis apapun, setiap orang harus membaca artikel ini. Lahirnya artikel ini merupakan peristiwa yang berhubung dengan sebuah jaman penting, Sebagai tonggak penting dalam sejarah peradaban dan pemikiran manusia. Saya percaya bahwa Guru Li Hongzhi sudah merasakan perlunya untuk menyelamatkan lebih banyak manusia pada saat ini,” paparnya.
Artikel “Mengapa Ada Umat Manusia” telah diterbitkan di situs web Falun Dafa di Minghui. Setelah mendapat izin dari Master Li Hongzhi, The Epoch Times dan NTDTV telah menyediakan versi audio-visual untuk ditonton serta didengar oleh masyarakat luas. (sin)
Jam Kiamat Menunjukkan Umat Manusia Berada Pada Kondisi Paling Berbahaya, Hanya Berjarak 90 Detik dari Kiamat
oleh Ren Hao
Akankah umat manusia segera memasuki momen paling berbahaya dalam sejarah ? Saat ini, jam kiamat, yang memprediksi bahaya kelangsungan hidup manusia, telah dipercepat hingga hanya berselisih 90 detik dari tengah malam.
Pada 24 Januari, para ilmuwan top dunia meluncurkan jam kiamat tahun ini. Umat manusia telah mencapai saat berbahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya. Waktu yang tersisa hingga kiamat di tengah malam hanya tersisa 90 detik. Ini berarti 10 detik lebih cepat dari waktu yang terpantau pada 3 tahun sebelumnya.
Para ilmuwan percaya bahwa ancaman dan provokasi terus menerus oleh Rusia dapat memicu perang nuklir terjadi seketika.
Steve Fetter, dekan Sekolah Pascasarjana Studi Pascasarjana di Universitas Maryland dan profesor kebijakan publik mengatakan : “Kecelakaan, kesalahan, atau salah perhitungan dapat menyebabkan eskalasi perang yang tidak diinginkan.”
Para ilmuwan percaya bahwa tidak seorang pun yang bisa memprediksi kapan Rusia akan menggunakan senjata nuklir di medan perang Ukraina. Yang lebih menakutkan adalah Rusia mungkin masih berencana untuk menggunakan senjata biologi dan kimia.
Suzette McKinney, Direktur Ilmu Kehidupan di Sterling Bay mengatakan : “Situasi menjadi semakin kacau dan risiko Rusia menggunakan senjata biologis melawan Ukraina meningkat. Ini tidak diragukan lagi merupakan ancaman eksistensial bagi umat manusia.”
Pengumuman Jam Kiamat tahun ini untuk pertama kalinya diterjemahkan ke dalam bahasa Ukraina dan Rusia, dengan harapan dapat menarik perhatian pihak yang relevan.
Pada tahun 1947, ketika Buletin Ilmuwan Atom pertama kali mengatur Jam Kiamat, jarum jam tersisa tujuh menit dari tengah malam. Saat umat manusia berada paling jauh dari kiamat adalah pada tahun 1991, ketika Amerika Serikat dan Uni Soviet menandatangani sebuah perjanjian mengurangi jumlah senjata nuklir kedua negara. (sin)
Mengapa Beberapa Orang Justru Tidak Pernah Terinfeksi COVID-19
Dr. Yuhong Dong
Gelombang lonjakan infeksi COVID-19 yang sedang berlangsung di Tiongkok, membuat banyak orang terkejut dengan besarnya skala infeksi dan khawatir akan adanya gelombang baru yang akan menyerang seluruh dunia.
Bagaimana Anda bisa melindungi diri Anda sendiri dengan lebih baik jika gelombang lain datang ke wilayah Anda? Di sini, kita akan melihat lebih dekat tentang faktor-faktor yang memengaruhi kekebalan antivirus kita.
Beberapa Orang Tidak Pernah Terinfeksi Virus
Melihat pandemi sepanjang sejarah, kita tak bisa mengabaikan dampak dari wabah maut hitam, yang melanda Eropa dan mengurangi populasi di beberapa wilayah hingga lebih dari setengahnya. Namun demikian, beberapa orang tidak pernah jatuh sakit.
Kolera menyerang Eropa, tetapi beberapa orang tetap tak terinfeksi meskipun mereka menyantap makanan terkontaminasi yang sama dan minum air yang terkontaminasi kolera yang sama.
Beberapa dokter dan perawat mendedikasikan hidup mereka untuk suku-suku penderita kusta, namun mereka tak pernah menderita kusta dalam hidup mereka.
Dua uji coba terhadap manusia dilakukan selama flu Spanyol 1918 oleh dua kelompok dokter independen di Boston dan San Francisco dengan 62 dan 50 sukarelawan yang sehat.
Terlepas dari berapa banyak cara agresif yang dilakukan untuk mencoba menginfeksi orang (bahkan meneteskan lendir atau cairan tubuh dari pasien flu ke mata, hidung, atau tenggorokan sukarelawan yang sehat), tak ada satupun peserta yang terinfeksi.
Selama pandemi COVID-19, sebuah studi tantangan SARS-CoV-2 pada manusia yang diterbitkan di Nature pada tahun 2022 menemukan bahwa dari 36 sukarelawan sehat yang diinokulasi dengan virus SARS-CoV-2 secara intranasal, hanya lebih dari separuh yang terinfeksi dengan gejala ringan, dan separuhnya lagi tak terinfeksi. Dua orang dikeluarkan dari analisis per-protokol, sehingga percobaan dilanjutkan dengan 34 peserta.
Percobaan ini menunjukkan bahwa beberapa orang memang tak terinfeksi.
Virus ‘Melihat’ Orang dengan Kekebalan Tubuh yang Lemah
Meskipun manusia mungkin terlihat serupa di luar, kita terlihat sangat berbeda dalam dunia mikroskopis virus. Sistem kekebalan tubuh kita juga terlihat berbeda.
Sistem kekebalan tubuh kita terlahir dengan desain yang canggih. Sistem ini memiliki pertahanan berlapis-lapis, dan bertindak seperti tentara yang melindungi kita dari berbagai virus dan bakteri selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu.
Virus membutuhkan sel yang cocok untuk dibajak sehingga mereka dapat bereplikasi. Jika sel seseorang berada dalam kondisi antivirus yang baik, maka tak ada tempat bagi virus untuk menyebarkan akarnya, sehingga orang tersebut tak akan terinfeksi.
Sebagai contoh, sel epitel mukosa di hidung kita dapat secara otomatis mengeluarkan zat yang membuat sel ini berada dalam kondisi antivirus.
Zat ini disebut interferon. Interferon mengganggu replikasi virus, memecah protein, enzim, dan RNA sehingga virus tidak dapat bertahan hidup di dalam sel.
Lebih dalam lagi, ada berbagai macam sel kekebalan tubuh, seperti sel pembunuh alami (NK), makrofag, dan limfosit. Setiap sel tersebut bagaikan prajurit khusus yang memiliki keterampilan khusus untuk melawan virus.
Meskipun Anda terinfeksi, jika sistem kekebalan tubuh Anda kuat, Anda hanya akan menderita penyakit ringan dan cepat sembuh.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports of Nature membuktikan bahwa pada tahap awal infeksi, semakin banyak interferon yang ada, semakin rendah insiden timbulnya gejala COVID yang parah.
Sebaliknya, jika seseorang memiliki kekebalan antivirus yang buruk, virus lebih mungkin menginfeksi sel, bereplikasi, dan berkembang biak merusak tubuh orang tersebut.
Dua Kondisi Kekebalan Tubuh
Pada umumnya ada dua kondisi respons imun berbeda-satu kondisi yang sehat dan efektif, dan yang lainnya tidak.
Kondisi pertama adalah kondisi antivirus. Keadaan ini ditandai dengan kekebalan antivirus yang kuat dari sel-sel kekebalan tubuh yang dapat mengeluarkan interferon untuk membasmi virus. Yang kedua adalah keadaan peradangan kronis sistemik. Keadaan ini membuat orang rentan terhadap infeksi virus.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di Nature Medicine merangkum penyebab peradangan kronis dan konsekuensinya.
Memiliki Target Meningkatkan Kekebalan Antiviral
Ketika kita berbicara tentang memperkuat kekebalan tubuh, orang sering berpikir tentang meningkatkan nutrisi atau mengembangkan antibodi.
Faktor-faktor itu penting; meningkatkan nutrisi dan menambahkan olahraga ke dalam rejimen seseorang pasti akan membantu. Pada saat yang sama, ada cara internal lain untuk meningkatkan kemampuan kita melawan virus.
Setiap orang memiliki emosi, pikiran, karakteristik, dan kondisi mental yang berbeda. Orang berpikir bahwa pikiran kita tak berwujud, tetapi sebenarnya pikiran itu memiliki aplikasi material. Ilmu pengetahuan telah membuktikan hal ini.
Dalam psikologi, ada dua jenis konsep mengenai kebahagiaan: hedonis dan eudaimonic. Hedonik mengacu pada kebahagiaan yang diperoleh melalui pengalaman yang menyenangkan, dan eudaimonik mengacu pada kebahagiaan yang berasal dari pencapaian tujuan dan makna. Sebuah studi 2013 yang dipublikasikan di jurnal terkemuka menemukan bahwa orang yang cenderung mengejar keadilan dan tujuan mulia (eudaimonic) memiliki ekspresi gen interferon yang lebih tinggi, kemampuan yang lebih tinggi untuk memproduksi antibodi, dan ekspresi gen inflamasi kronis yang jauh lebih rendah.
Selain itu, menurut sebuah penelitian dari Universitas Harvard dan Universitas California, Berkeley, yang diterbitkan dalam Current Opinion in Psychology pada tahun 2015 (pdf), orang yang memiliki hati yang jujur tak terlalu rentan terhadap infeksi virus. Hal ini karena respons kortisol pembohong secara signifikan lebih tinggi daripada orang yang jujur. Dan, semakin tinggi respon kortisol, semakin mudah kadar hormon stres dalam tubuh meningkat.
Kortikosteroid dan kortisol memiliki efek penghambatan terhadap sel-sel kekebalan tubuh dan menekan kemampuan tubuh untuk melawan virus. Oleh karena itu, perilaku tidak jujur akan menyebabkan penurunan kemampuan antivirus.
Selain itu, penelitian telah menemukan bahwa orang yang mencari tujuan hidup memiliki fungsi sel pembunuh alami yang lebih kuat dan imunitas.
Sebuah penelitian dilakukan oleh Rush Alzheimer’s Disease Center di Departemen Ilmu Perilaku dan Ilmu Neurologis di Rush University Medical Center di Chicago tentang faktor penentu penting dari hasil kesehatan dan kematian pada lansia yang tinggal di komunitas di Amerika Serikat.
Para peneliti menemukan bahwa memiliki tujuan hidup yang lebih kuat secara efektif mencegah kejadian yang mematikan. Seseorang dengan skor tinggi pada ukuran tujuan hidup memiliki penurunan risiko kematian sebesar 43 persen dibandingkan dengan orang yang memiliki skor rendah. Dengan demikian, mengembangkan dan menyempurnakan rasa tujuan hidup seseorang dapat melindungi kesehatan dan berpotensi menyelamatkan nyawa.
Bukti ilmiah mendukung bahwa pikiran, pola pikir, dan standar moral kita dapat memengaruhi gen dan fungsi sel kekebalan tubuh, memengaruhi kadar hormon, dan berdampak pada kekebalan antivirus secara menyeluruh.
Secara keseluruhan, pikiran kita dapat berkontribusi pada apakah kita terinfeksi atau tidak dalam suatu epidemi, atau apakah kita akan sakit parah atau tidak setelah terinfeksi.
Dalam budaya tradisional, orang yang baik hati, altruistik, jujur, dan memiliki hati yang tenang dan sikap rendah hati biasanya lebih sehat. Sekarang kita memahami bahwa hal itu karena mereka menghasilkan interferon tingkat tinggi, fungsi sel NK yang kuat, dan kekebalan antivirus yang kuat. Orang-orang seperti itu tak mudah terserang infeksi virus.
Orang dengan kualitas ini biasanya memiliki pikiran yang stabil dan kesehatan mental yang lebih baik serta tidak mudah cemas, depresi, atau memiliki emosi yang negatif dan intens.
Saya memiliki seorang teman yang memiliki keyakinan, baik hati, sering menjadi sukarelawan untuk membantu orang lain, dan telah berada di ruang perawatan COVID setiap hari selama pandemi. Teman saya ini tidak pernah terinfeksi COVID-19. Saya juga memiliki banyak teman lain yang serupa dengannya yang tetap tidak terinfeksi selama pandemi.
Selama lonjakan COVID baru-baru ini di Tiongkok, ada sejumlah pejabat tinggi Tiongkok yang meninggal karena dugaan infeksi COVID-19. Sebagai pejabat tinggi di Tiongkok, mereka menikmati perawatan medis yang canggih dan mendapatkan makanan, nutrisi, dan suplemen makanan kelas satu yang memadai. Jadi mengapa mereka meninggal dunia selama gelombang ini?
Kita semua tahu tentang berita palsu dan pemalsuan di Tiongkok, termasuk menutup-nutupi dan menyembunyikan data COVID-19, penindasan terhadap para whistleblowers, dan penindasan terhadap orang-orang yang berani mengatakan yang sebenarnya.
Para pejabat tinggi di Tiongkok – tak semua, tapi banyak dari mereka – tidak mengatakan yang sebenarnya kepada rakyat. Mereka menyembunyikannya atau membantu menutupinya. Dari perspektif biologis, tingkat hormon stres tubuh mereka mungkin jauh lebih tinggi daripada orang yang tidak menanggung tekanan ketidakjujuran. Jika mereka hidup dalam kondisi seperti itu terus-menerus, hormon stres yang meningkat secara kronis akan menyebabkan kerusakan besar pada kekebalan tubuh mereka.
Para pejabat ini tidak mengutamakan kesejahteraan rakyat Tiongkok di atas keuntungan atau kekuasaan. Oleh karena itu, tingkat ekspresi gen interferon dari sel-sel kekebalan tubuh mereka diperkirakan lebih rendah daripada orang-orang yang peduli terhadap orang lain.
Jika para pejabat ini memiliki pikiran yang lebih berbudi luhur dan hati yang lebih baik, mereka mungkin tidak terlalu rentan terhadap infeksi virus atau berisiko terkena penyakit yang parah.
Ada pepatah tradisional Tiongkok: “Penyakit disebabkan oleh 70 persen mental dan 30 persen fisik.” Selama pandemi, tidak hanya penting untuk menjaga kondisi fisik yang baik, tetapi juga menjaga pola pikir yang baik dan bajik untuk membantu sistem imun Anda.
Pendapat yang diungkapkan dalam artikel ini adalah pendapat penulis dan tidak mencerminkan pandangan The Epoch Times. Epoch Health menyambut baik diskusi profesional dan debat yang bersahabat. Untuk mengirimkan artikel opini, silakan ikuti panduan ini dan kirimkan melalui formulir kami di sini.
Krisis Keuangan Pemda di Tiongkok Menyebabkan Pemotongan dan Penundaan Pembayaran Gaji Pegawai
oleh Wang Xiang
Ketegangan fiskal telah menjadi masalah serius bagi pemerintah daerah Tiongkok selama tiga tahun terakhir pandemi. Kondisi fiskal melemah karena pertumbuhan ekonomi yang melambat dan kerusakan pada pasar perumahan. Hal mana juga menjadi bukti bahwa kebijakan pencegahan ekstrem PKT tidak mungkin bisa berhasil.
Pemerintah daerah sangat bergantung pada pendapatan dari menjual tanah untuk real estat, dan biaya transfer tanah biasanya mencapai lebih dari 40% dari total pendapatan mereka. Namun, pasar real estat sekarang sedang mengalami penurunan, yang membuat pendapatan pemerintah daerah lebih rentan pengaruh daripada pemerintah pusat.
Menurut Kementerian Keuangan Tiongkok, antara Januari hingga November tahun lalu, pendapatan pemerintah dari masyarakat umum adalah RMB. 10 triliun, turun 3% dari tahun sebelumnya, sedangkan pengeluaran daerah untuk masyarakat adalah RMB. 19,6 triliun setahun. Telah naik 6,2% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pemerintah daerah telah banyak meminjam dana guna menutupi jumlah pengeluaran.
Ding Shuang, kepala ekonom untuk wilayah Tiongkok dari Standard Chartered Bank, mengatakan bahwa kebijakan Nol Kasus yang berjalan selama 3 tahun terakhir telah memperburuk tekanan fiskal pada sejumlah pemerintah daerah, karena mereka harus menanggung biaya pengendalian pandemi, membayar pengujian asam nukleat yang jumlahnya sangat besar, belum lagi karantina wajib, dan layanan lainnya, sementara pendapatan fiskal mengalami stagnasi.
“Ini bisa menjelaskan mengapa kebijakan COVID-19 di Tiongkok tiba-tiba dilonggarkan, karena penurunan pendapatan dari publik pemerintah daerah menyebabkan pemotongan gaji dan penundaan pembayaran,” kata Ding Shuang.
Dia menjelaskan bahwa keluar dari kebijakan Nol Kasus dapat membantu mengurangi tekanan pada pemerintah daerah, untuk sementara kita bisa melihat adanya peningkatan pendapatan pemerintah, dan mengurangi penundaan pembayaran tagihan medis. (sin)
Pejabat Kesehatan New York City: Subvarian Omicron XBB.1.5 Lebih Mungkin Menular pada Orang yang Telah Divaksinasi, Meski Demikian …
Katabella Roberts
Varian Omicron XBB.1.5 dari CO- VID-19 lebih mungkin menginfeksi individu yang telah divaksinasi, menurut pejabat kesehatan New York City (NYC).
“Subvarian Omicron XBB.1.5 sekarang menyumbang 73 persen dari semua kasus COVID-19 berurutan di NYC. XBB.1.5 adalah bentuk COVID-19 yang paling menular yang kami ketahui hingga saat ini dan disinyalir lebih mungkin menginfeksi orang yang telah divaksinasi atau sudah pernah mengidap COVID-19,” tulis Departemen Kesehatan dan Kebersihan Mental NYC di Twitter pada 13 Januari.
Meskipun demikian, Departemen mendesak warga New York untuk mendapatkan vaksinasi dan menerima suntikan booster COVID-19 yang diperbarui, dengan menyatakan bahwa melakukan hal itu “masih merupakan cara terbaik untuk melindungi diri Anda dari rawat inap dan kematian akibat COVID-19, termasuk dari varian baru ini”.
Varian XBB.1.5 dengan cepat menjadi subvarian dominan di AS. Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menunjukkan bahwa XBB.1.5 menyumbang sekitar 43 persen kasus COVID-19 di negara tersebut untuk pekan yang berakhir pada 14 Januari.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan awal bulan ini bahwa subvarian itu sedang meningkat di Amerika Serikat dan Eropa, dan sekarang telah diidentifikasi di lebih dari 25 negara.
Subvarian tersebut sekarang telah menyusul subvarian BQ.1.1, yang pertama kali diidentifikasi pada September, dan sekarang menyumbang sekitar 28,8 persen kasus di negara tersebut, menurut data CDC.
XBB.1.5 Tidak Mungkin Meningkatkan Keparahan
Meski telah terjadi lonjakan kasus XBB.1.5, WHO telah menyatakan bahwa varian tersebut tidak memiliki mutasi yang diketahui dapat meningkatkan keparahan virus pada individu.
Dalam penilaian risiko yang diterbitkan pada 11 Januari, badan kesehatan dunia itu mengatakan bahwa XBB.1.5, berdasarkan karakteristik genetik dan perkiraan tingkat pertumbuhan awal, dapat menyebabkan lonjakan kasus di seluruh dunia tetapi tidak membawa dampak mutasi apa pun yang diketahui terkait dengan potensi perubahan dalam tingkat keparahan.
Barbara Mahon, Kepala Divisi Virus Corona dan Virus Pernapasan Lain yang diusulkan CDC, juga mengatakan kepada CBS News pada 6 Januari bahwa tidak ada indikasi bahwa XBB.1.5 lebih parah daripada jenis Omicron sebelumnya.
Namun, WHO dalam penilaian risikonya mencatat bahwa “kepercayaan seluruh masyarakat dalam penilaian rendah” karena kurang- nya data tentang subvarian, yang sebagian besar berasal dari Amerika Serikat, dan mengatakan bahwa melalui lebih banyak data dan peng- ujian laboratorium yang diperlukan, perlu diketahui secara pasti seberapa parah subvarian tersebut.
WHO juga mencatat bahwa XBB.1.5 adalah salah satu subvarian COVID-19 yang paling resisten terhadap antibodi yang diperoleh dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya.
Menurut CDC, sekitar 666.511.603 dosis vaksin telah diberikan di AS, di mana 268.556.888 orang telah menerima setidaknya 1 dosis vaksin dan 229.359.062 telah menyelesaikan rangkaian vaksinasi primer.
Efektivitas Vaksin Hanya Bertahan 3 Bulan
Selain itu, 15,9 persen populasi AS berusia 5 tahun ke atas telah menerima suntikan booster bivalen yang diperbarui.
Dalam sebuah wawancara dengan Science News pada 13 Januari, spesialis penyakit menular Peter Chin-Hong dari University of California, San Francisco, menyatakan bahwa vaksinasi kemungkinan hanya memberikan perlindungan selama tiga bulan terhadap varian XBB.1.5 dari COVID-19.
“Booster baru yang diperbarui, umumnya bekerja sedikit lebih baik daripada vaksin lama dalam hal kemanjuran secara keseluruhan dan mencegah infeksi. Tetapi dengan varian ‘licin’ baru seperti XBB.1.5… jika Anda ingin mencegah infeksi, bahkan infeksi ringan, vaksin mungkin hanya akan bertahan selama tiga bulan,” kata Chin-Hong.
“Tetapi jika Anda berbicara tentang mencegah saya dari kematian atau pergi ke rumah sakit, vaksin itu akan memberi saya peningkatan perlindungan selama berbulan-bulan, mungkin hingga musim dingin mendatang bagi kebanyakan orang. Untuk orang lanjut usia, lebih dari
65 tahun, jika tidak menerima booster hari ini, maka itu akan menjadi masalah,” tambah spesialis penyakit menular itu. (osc)
Gaji Staf Medis Tiongkok Dipotong dan Belum Dibayar Akibat Krisis Keuangan Pemda
oleh Wang Xiang
Laporan media menyebutkan bahwa staf medis Tiongkok yang waktu bekerjanya lebih panjang daripada biasanya untuk mengatasi lonjakan pasien COVID-19, tetapi gaji mereka malah turun dan belum dibayarkan. Hal ini berkaitan dengan krisis keuangan yang dialami pemerintah daerah.
Setelah pemerintah pusat di Beijing tiba-tiba mengubah kebijakan pemberantasan COVID-19, sejumlah besar warga yang terinfeksi berdatangan ke rumah sakit, membuat sumber daya medis yang sudah langka semakin kewalahan. Hampir semua ruangan di rumah sakit telah penuh sesak untuk menampung pasien COVID-19 yang kondisinya parah. Sampai-sampai koridor dan aula rumah sakit pun untuk sementara diisi dengan ranjang pasien, tabung oksigen berwarna biru terlihat di mana-mana.
Dalam rumah sakit, suara rintihan, teriakan minta tolong dan keluhan pasien terus terdengar tiada hentinya.
Tiongkok sampai Desember 2022 baru secara terpaksa mencoba untuk hidup berdampingan dengan virus setelah menjalani isolasi dan penguncian ketat buatan pemerintah pusat Tiongkok selama tiga tahun. Sedangkan para dokter serta perawat di sana hanya memiliki sedikit pengalaman dalam mengatasi penyakit akibat COVID-19. Dengan pesatnya peningkatan kasus baru, banyak staf medis juga terinfeksi virus saat bekerja, tetapi mereka harus terus bekerja karena jumlah nakes tidak sebanding dengan jumlah pasien.
Dilaporkan bahwa dokter dan perawat di beberapa rumah sakit pemerintah di Tiongkok kini menghadapi pemotongan gaji atau penundaan pembayaran gaji, yang telah memukul semangat mereka dalam memerangi epidemi.
Dokter Belum Menerima Gaji Selama Tiga Bulan
Seorang dokter ahli bedah bermarga Zhou di sebuah rumah sakit di kota besar di wilayah selatan Tiongkok mengatakan kepada media Hongkong “South China Morning Post”, bahwa selama 3 bulan terakhir pasien berbondong-bondong masuk rumah sakit, gajinya belum dibayar.
Dia yang tidak bersedia menyebutkan namanya kepada reporter media karena sensitivitas berbicara mengatakan bahwa gaji terakhir bulan September tahun lalu yang diterima telah berkurang sebanyak hampir RMB. 4.000,- , berkurang cukup banyak.
“Rumah sakit juga telah membatalkan pemberian bonus penghargaan triwulanan dan akhir tahun kami pada tahun 2022, sehingga moral staf medis sekarang sangat rendah”, kata dokter tersebut. Dia telah terlibat dalam pengobatan infeksi COVID-19 untuk waktu yang lama di masa lalu.
Sebelum wabah menyebar luas, bonus akhir tahunnya bisa mencapai mendekati RMB. 60.000,- . Tetapi setelah pandemi berdampak pada pendapatan rumah sakit, Zhou melihat bonusnya terus berkurang bahkan akhirnya nihil.
“Rumah sakit tidak memberi kami penjelasan apa pun, pokoknya tidak diberikan. Kami semua menertawakan diri sendiri karena bekerja selaku pemberi pinjaman (kepada rumah sakit),” katanya.
Meskipun demikian, Dr. Zhou tidak terpikir untuk berhenti dari pekerjaannya saat ini.
“Rumah sakit tidak mengizinkan kami untuk mengundurkan diri. Jika kami mengundurkan diri sekarang, maka nama kami akan dimasukkan ke dalam daftar hitam, yang nantinya akan membuat kesulitan untuk bekerja di rumah sakit pemerintah di masa depan.”
Dengan pembatalan kebijakan Nol Kasus oleh PKT pada 7 Desember tahun lalu, sistem medis Tiongkok tidak siap karena terjadinya secara tiba-tiba. Karena itu, jumlah pasien yang masuk rumah sakit dan orang yang meninggal membuat fasilitas medis kewalahan menerimanya. Sementara itu, banyak apotek kekurangan obat anti-demam dan pereda nyeri. Selanjutnya, pejabat juga berhenti melaporkan jumlah infeksi harian pasien yang non-gejala, sehingga sulit untuk mendapatkan informasi yang dapat dipercaya tentang gelombang infeksi.
Wall Street Journal pada awal bulan Januari melaporkan bahwa pengumuman tiba-tiba PKT tentang pembalikan kebijakan yang tidak terduga telah mendorong Tiongkok ke dalam darurat kesehatan masyarakat yang baru. Petugas kesehatan di seluruh negeri, serta pejabat di cabang lokal dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Tiongkok, tidak diperingatkan sebelumnya tentang perubahan tersebut dan harus menghadapi lonjakan pasien tanpa stok persediaan yang diperlukan secara medis.
Pada 23 Januari, Wu Zunyou, kepala ahli dari CDC Tiongkok menerbitkan sebuah artikel yang menyatakan bahwa setidaknya 80% populasi Tiongkok yang setara dengan 1,1 miliar jiwa telah terinfeksi virus (COVID-19). Banyak pejabat setempat juga mengklaim bahwa gelombang epidemi telah mencapai puncak kurvanya, tetapi rumah sakit setempat masih kewalahan dengan datangnya pasien, dan staf medis harus bekerja dengan ekstra waktu, tidak bisa beristirahat.
Gaji Perawat Turun Nyaris 50% Tapi Beban Kerja Naik
Ms. Wang, seorang perawat yang bekerja di rumah sakit pemerintah di Kota Shenzhen mengatakan bahwa gajinya telah dipotong hampir setengahnya sejak wabah dimulai pada tahun 2020.
“Gaji sebelum pajak saya berangsur-angsur turun dari RMB. 24.000,- menjadi RMB. 13.000,- sebulan, tetapi kenyataannya tekanan kerja kami lebih besar daripada tekanan dokter. Kami baru-baru ini merawat sejumlah besar pasien COVID-19 dan kami sudah sangat lelah”, kata Ms. Wang.
“Rumah sakit juga membatalkan bonus dan penghargaan kinerja kami tahun lalu. Sekarang pendapatan kami telah berkurang lebih dari setengahnya, padahal beban kerja kami meningkat”.
Ms. Wang mengatakan, pemerintah daerah bulan ini mengumumkan bahwa bonus hingga RMB. 20.000,- untuk setiap pekerja medis yang terlibat dalam pekerjaan penyelamatan pandemi virus, tetapi sampai sekarang bonus ini belum juga turun.
Dia mengatakan bahwa dirinya tidak tahu apakah bonus ditahan oleh rumah sakit atau hanya sebagai plasebo untuk meningkatkan semangat para nakes. (hui)
Jerman akan Menerbitkan Kebijakan yang Berfokus pada Pengurangan Ketergantungan dari Tiongkok
oleh Zhang Ting
Sebagai bagian dari sikap hawkish yang lebih luas oleh kekuatan Eropa terhadap Beijing, Jerman sedang bersiap untuk menerapkan kebijakan Tiongkok yang lebih keras di bidang-bidang utama termasuk perdagangan dan teknologi. Sedangkan Prancis bersedia bekerja sama dengan 4 negara, yaitu Amerika Serikat, Jepang, India, dan Australia dalam menangani masalah keamanan. Perdana Menteri Italia yang baru juga memiliki sikap keras terhadap Inisiatif “One Belt One Road” yang diprakarsai Partai Komunis Tiongkok.
Di Jerman, kecenderungan umum adalah bahwa pendekatan fokus bisnis yang diusung oleh mantan Kanselir Angela Merkel saat ini sedang disingkirkan, dan Berlin akan segera memberikan sentuhan akhir pada kebijakan Jerman terhadap Tiongkok.
Apa saja konten dalam kebijakan Tiongkok Jerman ?
“Ada kata-kata yang cukup keras dalam rancangan itu”, kata seorang pejabat senior Jerman yang terlibat dalam kebijakan Asia kepada Nikkei. Ia menyebutkan bahwa saat ini rancangan tersebut sudah berada di kementerian luar negeri, dan paling cepat pada musim panas ini, kabinet Jerman secara resmi dapat menyetujui rancangan tersebut.
Beberapa aturan yang lebih ketat termasuk pembatasan investasi di Tiongkok dan pengawasan oleh pemerintah Jerman terhadap perusahaan Jerman yang terlalu bergantung pada bisnis Tiongkok, kata pejabat tersebut. Pelan tapi pasti, rancangan peraturan baru itu akan mengurangi bobot Tiongkok di kancah bisnis Jerman.
Bahkan pertukaran akademik dapat dibatasi untuk mencegah teknologi dwi fungsi jatuh ke tangan Partai Komunis Tiongkok, kata para pejabat.
Pada laporan akhir disebutkan bahwa karena Partai Hijau yang keras terhadap Tiongkok dengan Partai Sosial Demokrat yang netral pro-kiri masih berselisih tentang rincian dalam koalisi pemerintahan, jadi kemungkinan penggunaan istilah pada kebijakan akan lebih lunak daripada versi saat ini. Tapi secara keseluruhan, pesan dari pemerintah Jerman tetap jelas, yakni menghendaki Jerman berjaga jarak dengan Tiongkok.
Hingga baru-baru ini, pandangan umum dalam politik Jerman adalah menjaga agar opsi diplomatik tetap terbuka dengan tidak memihak dalam persaingan Tiongkok – Amerika Serikat. Namun diplomasi menyeluruh akan meninggalkan celah, yang dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh negara-negara otoriter. Ada juga risikonya karena terlalu bergantung pada negara tertentu secara ekonomi, seperti yang sudah dialami Jerman karena sangat bergantung pada energi Rusia setelah terjadi serangan ke Ukraina.
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier, adalah pendukung Social Democratic Party paling menonjol yang mendorong pemikiran ulang secara mendasar di Jerman. Ketika masih menjabat sebagai menteri luar negeri, ia yang mendorong hubungan ekonomi dan energi yang lebih dekat dengan Rusia. Oleh karenanya ia juga mendapat kritikan. Sebelum kunjungan Kanselir Jerman Olaf Scholz ke Tiongkok bulan November tahun lalu, Frank- Walter Steinmeier mengatakan bahwa Jerman harus “mengambil pelajaran” dari perang Rusia – Ukraina, yakni “kita perlu mengurangi ketergantungan sepihak, terutama (ketergantungan) terhadap Tiongkok”.
Prancis dan Italia bersikap waspada terhadap Tiongkok
Sikap skeptis Jerman terhadap Tiongkok tercermin di berbagai negara Eropa. Di Prancis, kekhawatiran terhadap masalah keamanan semakin meningkat.
“Nikkei News” melaporkan bahwa Anne Genetet, seorang pakar Asia di partai yang berkuasa di Prancis, juga seorang anggota parlemen mengatakan : “Saya sama sekali tidak berharap ada wilayah Prancis yang menjadi wilayah Tiongkok”, ucapanya itu mengacu pada sejumlah pulau di Lautan Pasifik milik Prancis yang bernilai strategis.
Sebagian besar wilayah Prancis di kawasan Indo-Pasifik, seperti Kaledonia Baru, berada di belahan bumi selatan. Anne Genetet menyarankan agar Prancis bekerja sama dengan negara-negara demokrasi utara Indo-Pasifik seperti Amerika Serikat dan Jepang untuk memperkuat kemampuan pencegahan. Dia juga menyatakan keinginannya yang kuat agar Perancis bisa bekerja sama dengan 4 negara “Quad” (Quad, juga dikenal sebagai Dialog Keamanan Segiempat) : Amerika Serikat, Jepang, India, dan Australia.
Meski menaruh kewaspadaan terhadap Tiongkok, Prancis belum ingin memisahkan diri dengan Beijing. CNBC melaporkan bahwa Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire dalam diskusi panel di World Economic Forum, Davos pada 20 Januari mengatakan : “Kami masih ingin berhubungan dengan Tiongkok, kami mengharapkan Tiongkok juga bermain dengan aturan yang sama.”
Di Italia, Perdana Menteri baru Giorgia Meloni secara terbuka menyebut keputusan Italia tahun 2019 untuk menandatangani nota kesepahaman mengenai inisiatif “One Belt One Road” dengan Beijing sebagai “kesalahan besar”, dan berjanji untuk meneliti kembali proyek infrastruktur kerjasama antara Roma dengan Beijing.
Selama kampanye, Giorgia Meloni telah berulang kali menyampaikan sikap kerasnya terhadap rezim PKT, dan dengan jelas menyatakan dukungannya terhadap Taiwan. Dia mengatakan sebelum pemilihan, bahwa jika terpilih, dia akan mengarahkan Italia ke sikap anti-Beijing yang lebih terbuka, bertekad untuk tidak menjadikan Italia sebagai “mata rantai lemah” di antara sekutu Barat.
Negara Eropa merasakan bahwa Rusia hanya akan memperdalam ketergantungannya terhadap Tiongkok di tahun-tahun mendatang. Dan aliansi Tiongkok – Rusia ini akan membuat para pemimpin Eropa semakin khawatir.
Menurut perhitungan Institut “Ifo” Jerman, jika perdagangan Uni Eropa – Tiongkok dibatasi, itu akan mengurangi pertumbuhan PDB Jerman senilai hampir 1 poin persentase dan berdampak luas pada negara-negara Eropa lainnya.
Namun, Uni Eropa, yang dipimpin oleh Jerman dan Prancis, akan berada di bawah tekanan untuk menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Beijing jika terjadi keadaan darurat di Taiwan. Oleh karena itu, negara-negara besar Eropa akan bermain dengan cara mengurangi ketergantungan terhadap Tiongkok secara bertahap dengan berjalannya waktu. (sin)
Xi Jinping Hadapi Krisis Politik Terbesar : Keluhan Pejabat dan Masyarakat Muncul Bersamaan
oleh Qianbaidu
Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah melakukan perubahan drastis dari kebijakan menangani pencegahan dan penyebaran epidemi yang ekstrem menjadi melepas total pencegahan, menyebabkan kerugian besar bagi rakyat Tiongkok. Banyak warga sipil mengungkapkan, bahwa hampir semua anggota keluarga meninggal karena positif tertular COVID-19. Setelah revolusi kertas putih, PKT secara total melonggarkan pencegahan dengan tanpa peringatan, sehingga banyak korban berjatuhan, sampai rumah sakit dan krematorium kewalahan menanganinya. Keluhan pejabat dan masyarakat muncul pada saat bersamaan, menghantarkan pemerintahan Xi Jinping ke krisis politik terbesar. — @NTD Chinese
Tiga Tahun COVID-19 Hanyalah Pendahuluan, Drama Utamanya Baru Berpentas Tahun 2023
Tahun tribulasi juga menjadi tahun dimulainya babak penyisihan. Persiapan materi tidak bisa mengubah naskah takdir. Tetapi keadaan kesadaran dan tingkat spirituallah yang menentukan nasib seseorang. ——@caoxuyun
Mengapa Tidak Meledak Sebelum Melonggarkan Kebijakan Pencegahan ? Tapi Justru Meledak Setelah itu ?
Yang tidak habis saya pikir adalah bahwa tidak banyak perubahan dalam gaya hidup dan kebiasaan warga sipil pada saat sebelum dan sesudah melonggarkan pencegahan. Tetapi mengapa jumlah penularan dan kematian tidak meledak sebelum melonggarkan pencegahan ? Baru meledak setelah pelonggaran. Meski rumah sakit penampungan didirikan secara darurat di mana-mana, Bahkan jika ada isolasi semacam itu, rumah sakit penampungan semacam itu, tetapi tidak banyak orang yang tertular. Jadi saya pikir hal ini mungkin karena ada faktor campur tangan manusia. ——Tang Ling
Tantangan Struktural Nyata Masyarakat Tiongkok
Tantangan terbesar bagi ekonomi Tiongkok adalah penurunan jumlah populasi, jadi kejayaan sudah berada di ujung tanduk, dan masa-masa indah ekonomi Tiongkok akan segera berakhir. Apa yang akan dihadapi Tiongkok di masa mendatang tak lain adalah kelebihan pasokan real estat, kelebihan pasokan konstruksi publik, permintaan yang lesu, pengeluaran belanja kesejahteraan yang kaku, dan peningkatan defisit pemerintah. Pepatah (gerak udara) kecil menjadi angin, besar menjadi badai. Tantangan struktural nyata masyarakat Tiongkok dimulai dari tahun ini. Itu untuk mengingat. ——@wangzhian8848
Tiga Kali Berbelok Tajam Tingkat Epik
Sutradara Li Junlin mengatakan bahwa dirinya telah mengalami tiga kali berbelok tajam tingkat epik dalam hidupnya. Tampaknya generasi Li Junlin telah melihat sendiri ketiga belokan tajam tingkat epik tersebut : Pertama kali, saat menindak tegas para spekulan, lalu berbelok tajam untuk menarik investasi demi pertumbuhan ekonomi. Kedua adalah menindak keras warga yang memiliki lebih dari satu anak, kemudian berbelok tajam menjadi mendesak keluarga untuk memiliki lebih dari 1 anak demi kebutuhan negara. Ketiga kalinya berbelok tajam adalah ketika mencegah penyebaran epidemi dengan tindakan ekstrem, lalu berbelok tajam menuju pelonggaran total, bahkan menasionalisasikan penularannya agar secepatnya melewati puncak kurva epidemi. Membiarkan banyak rakyat Tiongkok yang meninggal dunia.
Ada Komite Partai yang Bercokol di Grup Alibaba, Ketua Komite Partai yang Memimpin CEO Perusahaan
Akan dibentuk komite partai dalam Grup Alibaba, ketua komite partai yang memimpin CEO perusahaan. Minimal anggota partai dalam perusahaan harus mencapai 60%. Aturan otoritas ini tak lain adalah membuat Alibaba yang perusahaan swasta menjadikan perusahaan negara —- Wu Wenxing : Perusahaan internet berbintang kini telah dimasukkan ke dalam perusahaan milik negara oleh partai, seperti Alibaba, JD.com, Xiaomi, Ant Grup, Tengxun, semuanya telah menjadi perusahaan partai ! Di masa lalu, kemitraan publik – swasta mengubah sektor swasta yang unggul menjadi perusahaan monopoli milik negara, tetapi sekarang telah menjadi perusahaan yang merugi besar ! Mereka hanya ingin mengontrol. Bukan untuk bekerja ! (sin)
Sejumlah Pembangkit Listrik Proyek One Belt One Road Tiongkok di Banyak Negara Bermasalah
oleh Chen Ting
Sejumlah proyek infrastruktur yang diadopsi pemerintah Tiongkok lewat Inisiatif Sabuk dan Jalan (One Belt One Road. OBOR) memiliki cacat konstruksi yang serius, termasuk pembangkit listrik tenaga air raksasa di Ekuador. Pembangkit listrik tenaga air ini diyakini telah menjerumuskan Ekuador ke dalam krisis utang yang lebih dalam.
Menurut laporan Wall Street Journal, bahwa pembangkit listrik tenaga air (Coca Codo Sinclair Dam) yang terletak di San Luis, Ekuador ini adalah proyek infrastruktur terbesar yang pernah dilakukan di negara tersebut dengan nilai konstruksi sebesar USD. 2,7 miliar. Namun, para insinyur pemerintah mengatakan bahwa puluhan ribu retakan telah muncul. Hal mana menimbulkan kekhawatiran terhadap runtuhnya pembangkit listrik terbesar di Ekuador tersebut.
“Kita bisa jadi akan kehilangan segalanya, dan kita tidak tahu apakah akan terjadi pada esok hari atau 6 bulan dari sekarang,” kata Fabricio Yepez, seorang insinyur di University of Quito di San Francisco.
Selama dekade terakhir, pemerintah Tiongkok telah memberikan pinjaman internasional setara USD. 1 triliun sebagai bagian dari proyek OBOR yang tujuannya adalah untuk meningkatkan pengaruh Beijing di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Sejauh ini, Beijing telah menjadi kreditur pinjaman pemerintah terbesar kepada negara berkembang, yang total pinjamannya hampir setara dengan pinjaman semua pemerintah lainnya.
Namun, para pemimpin negara asing, ekonom dan cendekiawan luar negeri mengkritik metode yang dilakukan PKT. Mereka menuduh Inisiatif Sabuk dan Jalan (OBOR) sebagai momok yang memicu krisis utang di negara seperti Sri Lanka dan Zambia. Bahkan ada beberapa proyek OBOR yang dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan infrastruktur atau menyebabkan kerusakan lingkungan negara peserta.
Konstruksi yang berkualitas buruk sekarang telah menjadi ancaman yang bakal melumpuhkan infrastruktur tersebut dan membuat nilai proyek menjadi lebih mahal, karena negara-negara peserta harus memperbaikinya di tahun-tahun mendatang.
Rene Ortiz, mantan menteri energi Ekuador dan mantan sekretaris jenderal Organisasi Negara Pengekspor Minyak mengatakan : “yang harus kita hadapi saat ini adalah masalah yang disebabkan oleh buruknya kualitas peralatan dan suku cadang dalam proyek yang dibangun oleh Tiongkok.”
Faktanya, perusahaan konstruksi Tiongkok sering mendapatkan proyek pemerintah ini, atau mendekati pejabat lokal secara langsung, menjanjikan mereka dapat mengakses dengan mudah ke pembiayaan yang diberikan oleh perbankan Tiongkok.
Kritikus menunjukkan bahwa proyek-proyek konstruksi yang diprakarsai oleh OBOR relatif mudah untuk memperoleh pinjaman dari perbankan Tiongkok, hal ini membuat upaya pemerintah untuk menekan biaya menjadi berkurang, yang pada gilirannya menimbulkan lonjakan biaya.
Menurut sebuah dokumen dari studi rencana proyek OBOR Tiongkok – Afrika yang dibuat Universitas Johns Hopkins, Afrika pada 2021, disebutkan bahwa di Afrika, dari pendapatan yang diperoleh kontraktor internasional besar pada 2019, lebih dari 60% nya diberikan kepada perusahaan Tiongkok.
Cacat konstruksi proyek OBOR sering terjadi
Terungkap sejumlah kelemahan pada proyek-proyek konstruksi yang dilakukan perusahaan Tiongkok.
Di Pakistan, pejabat berwenang telah menutup bendungan Neelum-Jhelum tahun lalu setelah mendeteksi adanya retakan di sebuah terowongan air.
Pada November tahun lalu pejabat berwenang Pakistan mengatakan bahwa mereka khawatir terowongan air itu runtuh setelah pembangkit listrik di sana beroperasi 4 tahun. Menurut laporan regulator Pakistan, bahwa sejak penghentian operasi pembangkit listrik itu pada Juli 2022, beban biaya listrik jadi melonjak sekitar USD. 44 juta per bulan.
Perusahaan pembangkit listrik Uganda juga memberitakan bahwa pihaknya telah menemukan lebih dari 500 cacat konstruksi pada pembangkit listrik tenaga air 183 megawatt di Sungai Nil yang dibangun oleh perusahaan Tiongkok dengan total biaya USD. 567,7 juta dan fasilitas kredit dari Bank Eksim Tiongkok sebesar USD. 480 juta. Namun, sejak pembangkit listrik tersebut beroperasi pada 2019, gangguan datang silih berganti.
Pembangkit listrik tenaga air yang dibangun perusahaan Tiongkok lainnya di hilir Sungai Nil, mengalami keterlambatan selama 3 tahun dari jadwal penyelesaiannya. Pejabat Uganda menyalahkan keterlambatan karena berbagai kerusakan konstruksi, termasuk dinding yang retak. Kontraktor Tiongkok juga memasang peralatan seperti kabel, sakelar, dan sistem pencegah kebakaran yang rusak, yang mana jadi perlu diganti.
Awal tahun ini, pemerintah sudah harus membayar kembali kepada Bank Eksim Tiongkok dana pinjaman senilai USD. 1,44 miliar, tetapi pembangkit listrik tersebut masih belum bisa beroperasi.
Contoh seperti itu terus bermunculan. Di Angola, dalam proyek pembangunan perumahan sosial besar yang dilakukan perusahaan Tiongkok, banyak penghuni yang mengeluhkan dinding yang retak, langit-langit yang berjamur, dan kualitas konstruksi yang buruk.
Anggota parlemen Ekuador, mantan menteri pemerintah dan aktivis anti-korupsi berpendapat bahwa pinjaman tersebut kurang transparan dan kontrak tidak ditenderkan secara terbuka, menyebabkan konstruksi yang buruk, biaya tinggi dan korupsi.
Proyek OBOR Tiongkok yang paling ambisius di Ekuador adalah “Pembangkit Listrik Tenaga Air Coca Codo-Sinclair”. Padahal proyek tersebut sudah dikaji oleh insinyur Ekuador pertama kali pada 1970. Saat itu, mereka sudah berpendapat bahwa risiko proyek tersebut cukup tinggi karena biaya pembangunannya tinggi juga lokasinya yang dekat dengan gunung berapi aktif.
Selama masa jabatan Presiden Rafael Vicente Correa Delgado, China Development Bank setuju untuk membiayai 85% dari biaya awal Pembangkit Listrik Tenaga Air Coca Codo-Sinclair dengan tingkat bunga 6,9%. Perusahaan BUMN Tiongkok Sinohydro bertanggung jawab atas konstruksi proyek tersebut, dan ratusan orang pekerja Tiongkok didatangkan untuk membangun pembangkit listrik sejak tahun 2010 hingga 2016.
Sejak mulai beroperasi pada tahun 2016, para pejabat telah menemukan lebih dari 17.000 retakan di 8 turbin pembangkit yang diimpor dari Tiongkok. Para pejabat percaya bahwa itu disebabkan oleh kualitas baja yang buruk. Menurut perusahaan listrik negara, pada 2021, perusahaan pembangkit listrik telah mengajukan BUMN Tiongkok Sinohydro ke Pengadilan Arbitrase Internasional di Chili. Sampai saat ini arbitrase masih dalam proses. (sin)
Dehidrasi Dapat Berhubungan dengan 2 Penyakit Tak Terduga
Heather Lightner
Bagaimana jika memperbaiki depresi dan menurunkan risiko demensia semudah minum lebih banyak air?
Dehidrasi biasanya dikaitkan dengan tekanan darah rendah, peningkatan denyut jantung, dan sakit kepala. Tetapi, hal ini juga berkaitan dengan dua penyakit yang tidak terduga ini.
Para peneliti percaya bahwa hidrasi dapat menjadi alat yang ampuh untuk membantu otak kita berada dalam kondisi terbaiknya-fisik dan emosional.
Tubuh dan Otak Membutuhkan Air
Tanpa air, orang dewasa hanya dapat bertahan hidup selama sekitar tiga hari. Hal ini sangat masuk akal mengingat tubuh orang dewasa terdiri dari 55 hingga 60 persen air.
Air sangat penting untuk berbagai fungsi dan organ tubuh, termasuk otak. Ketika otak tidak terhidrasi, sel-sel otak tidak dapat bekerja dengan baik.
Dehidrasi meningkatkan aktivitas saraf, yang berarti otak bekerja lebih keras dari biasanya untuk melakukan suatu tugas. Selain itu, dehidrasi dapat menyebabkan perubahan volume dalam otak dan ventrikel otak.
Dehidrasi pada orang lanjut usia dianggap sebagai hal yang umum terjadi. Dilaporkan bahwa antara 17 dan 28 persen lansia mengalami dehidrasi; hal ini juga sering menjadi alasan untuk masuk ke rumah sakit. Satu studi menunjukkan bahwa masalah ini didiagnosis pada 8,9 persen pasien rawat inap yang berusia di atas 65 tahun.
Dehidrasi dapat menyebabkan penyakit dan kematian dengan sendirinya dan juga dapat memperburuk berbagai kondisi medis.
Tak minum cukup air atau kehilangan air melalui demam, keringat, muntah, dan diare dapat menyebabkan dehidrasi. Beberapa obat, seperti diuretik, juga dapat menyebabkan dehidrasi dengan meningkatkan buang air kecil-begitu juga dengan konsumsi kafein dan alkohol.
Mengalami dehidrasi lebih mudah daripada yang Anda kira. Hanya dengan penurunan 1,5 persen berat badan (misalnya 2,25 pon untuk orang dewasa dengan berat badan 150 pon) karena konsumsi air yang kurang atau kehilangan air dapat menyebabkan dehidrasi ringan. Kurangnya air yang cukup dalam sel-sel tubuh dan pembuluh darah dapat menyebabkan berbagai gejala yang tidak menyenangkan, termasuk pusing, sakit kepala, kelelahan, mulut kering, dan sembelit.
Dehidrasi Dapat Membuat Anda Menjadi Depresi
Meskipun tidak diketahui secara luas, depresi dan kecemasan telah dikaitkan dengan dehidrasi. Sebuah penelitian menunjukkan hubungan terbalik antara minum air dan depresi. Para peneliti menemukan bahwa orang yang minum lima gelas atau lebih air per hari memiliki risiko depresi dan kecemasan yang lebih rendah. Sebaliknya, orang yang minum kurang dari dua gelas per hari memiliki risiko depresi dan kecemasan dua kali lipat.
Meningkatkan asupan air berpotensi meningkatkan suasana hati pada orang yang kurang minum air – dan menurunkan suasana hati ketika konsumsi air dibatasi pada mereka yang kurang minum air. Mengapa demikian?
Depresi berkaitan dengan rendahnya kadar serotonin, neurotransmitter yang memiliki efek signifikan pada suasana hati dan kognitif. Serotonin dihasilkan dari asam amino triptofan. Jika tak ada cukup air di dalam otak, triptofan tidak dapat melewati sawar darah-otak-yang merupakan “jaringan pembuluh darah dan jaringan yang terdiri dari sel-sel yang saling berdekatan dan membantu mencegah zat-zat berbahaya mencapai otak,” menurut National Cancer Institute. Dehidrasi membatasi jumlah triptofan yang ada di otak dan kemudian menurunkan kadar serotonin, yang berkontribusi terhadap depresi.
Mindy Millard-Stafford telah meneliti efek dehidrasi. “Suasana hati jelas dipengaruhi oleh dehidrasi [menciptakan perasaan lelah yang lebih besar, kurang bersemangat],” ungkap Millard-Stafford, direktur Laboratorium Fisiologi Olahraga di Georgia Institute of Technology yang memiliki gelar doktor di bidang fisiologi olahraga, dalam sebuah email kepada The Epoch Times.
Dehidrasi juga dihubungkan dengan kurang tidur, yang dapat menjadi faktor penyebab depresi dan kecemasan. Selain itu, dehidrasi juga dikaitkan dengan peningkatan kadar kortisol – hormon stres – yang dapat menyebabkan perasaan cemas.
Menurunkan Kinerja Kognitif
Penelitian menunjukkan bahwa dehidrasi ringan pun dapat berdampak buruk pada kinerja kognitif. Sebuah tinjauan terhadap berbagai penelitian hingga saat ini menunjukkan bahwa dehidrasi hanya 2 persen saja dapat menurunkan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang membutuhkan ” atensi, psikomotorik, dan kemampuan mengingat langsung.”
Penelitian lain mengamati efek dehidrasi ringan pada kinerja kognitif pria muda yang sehat. Para peneliti menemukan bahwa dehidrasi ringan (antara 1 hingga 2 persen) mengakibatkan penurunan atensi dan memori kerja, serta meningkatkan kecemasan, ketegangan, dan kelelahan.
“Alasan kami percaya hal ini terjadi adalah karena ketika terjadi pergeseran cairan di otak, beberapa struktur berubah ukurannya, berdasarkan studi neuroimaging,” jelas Millard-Stafford, seraya menambahkan bahwa hipotesis ini masih perlu dibuktikan.
Lansia, yang lebih berisiko mengalami dehidrasi, dapat mengalami perubahan lebih signifikan dalam kinerja kognitif dibandingkan dengan orang yang lebih muda, termasuk kebingungan dan mengigau, yang dapat mengakibatkan terjatuh.
Tak perlu banyak hal bagi seorang lansia untuk mengalami dehidrasi-kehilangan kurang dari 1 persen dari berat badan akibat konsumsi air tak memadai dapat mengakibatkan gangguan kognitif pada populasi ini.
Lansia juga lebih berisiko mengalami dehidrasi karena mereka memiliki lebih sedikit air di dalam tubuh mereka akibat hilangnya massa otot, penggunaan diuretik, dan menurunnya kemampuan untuk mengenali ketika mereka haus. Demensia juga dapat meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi, karena lupa minum atau kesulitan mengkomunikasikan kebutuhan untuk minum.
Bagi orang dewasa yang lebih tua, mungkin sudah rentan terhadap dehidrasi, kondisi dehidrasi yang lebih kronis juga mungkin terjadi.
“Menggabungkan [dehidrasi kronis] dengan defisit kognitif yang berkaitan dengan usia, hal ini dapat menimbulkan risiko yang lebih besar,” kata Millard-Stafford.
Hubungan Antara Dehidrasi dan Demensia
Apakah ada hubungan antara dehidrasi dan demensia?
Sebuah penelitian di Jerman terhadap orang-orang yang berusia antara 60 dan 89 tahun menunjukkan bahwa dehidrasi yang lebih tinggi dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif dan kesejahteraan lebih signifikan dari waktu ke waktu-mengkonfirmasikan bahwa hidrasi yang baik memainkan peran penting dalam menjaga kognisi dan kesejahteraan seiring bertambahnya usia.
Penelitian lain menyelidiki hubungan antara dehidrasi dan risiko demensia- mengungkapkan beberapa hasil yang mengkhawatirkan. Penelitian ini melibatkan lebih dari 1.000 peserta yang berusia di atas 65 tahun dan menemukan bahwa orang yang mengalami dehidrasi memiliki risiko demensia yang lebih tinggi. Selain itu, para peneliti menemukan bahwa mereka yang menderita demensia memiliki peningkatan risiko dehidrasi, yang dapat mengakibatkan lingkaran setan.
Juga disarankan bahwa dehidrasi dapat mempercepat penurunan kognitif pada mereka yang menderita demensia. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dehidrasi dapat menyebabkan “protein misfolding” dan agregasi protein (protein berkumpul membentuk struktur agregat). Mekanisme ini menyebabkan hilangnya struktur dan fungsi neuron secara progresif, termasuk kematian neuron dan penurunan kognisi pada lansia.
Yang juga mengkhawatirkan adalah sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa dehidrasi dikaitkan dengan pengembangan jenis demensia, seperti penyakit Alzheimer atau demensia vaskular.
Menghidrasi untuk Otak yang Sehat
Meskipun dehidrasi dapat menyebabkan penurunan kinerja kognitif, depresi, dan kecemasan, hidrasi yang tepat dapat membantu memperbaiki dan bahkan membalikkan kondisi ini.
Menurut National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine, pria harus mengonsumsi sekitar 3,7 liter air setiap hari, dan wanita harus mengonsumsi 2,7 liter. Perlu diingat bahwa sekitar 80 persen dari total asupan air berasal dari air minum dan minuman lainnya – 20 persen lainnya berasal dari makanan yang kita santap.
Jumlah total cairan yang dibutuhkan untuk tetap terhidrasi mungkin perlu dimodifikasi berdasarkan tingkat olahraga, cuaca panas atau lembab, demam, muntah, diare, kehamilan, dan menyusui.
Jika Anda tak merasa haus dan mengeluarkan urine yang tak berwarna atau berwarna kuning muda, itu adalah indikator hidrasi yang cukup.
Ada berbagai aplikasi yang tersedia untuk membantu Anda mengelola hidrasi, tetapi ini mungkin tak diperlukan. Agar tetap terhidrasi, Anda disarankan untuk minum air setiap kali makan dan di antara waktu makan, sebelum, selama, dan setelah berolahraga, serta kapan pun Anda merasa haus.
Lebih Banyak Dokumen dengan Klasifikasi Rahasia Ditemukan di Rumah Joe Biden
Mimi Nguyen Ly
Penggeledahan yang dilakukan oleh pihak berwenang Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) telah menemukan lebih banyak dokumen dengan tanda klasifikasi rahasia di rumah Presiden Joe Biden di Wilmington, Delaware.
Pengumuman yang disampaikan pada Sabtu (21/1) malam oleh pengacara pribadi Biden, Bob Bauer, tak menyebutkan secara pasti jumlah dokumen yang memiliki tanda rahasia tersebut.
“DOJ mengambil materi yang dianggap berada dalam ruang lingkup penyelidikannya, termasuk enam item yang terdiri dari dokumen dengan tanda klasifikasi dan materi di sekitarnya, beberapa di antaranya berasal dari masa jabatan Presiden di Senat dan beberapa di antaranya berasal dari masa jabatannya sebagai Wakil Presiden,” kata Bauer.
“DOJ juga mengambil catatan tulisan tangan pribadi dari masa jabatan wakil presiden untuk ditinjau lebih lanjut,” tambahnya.
Temuan baru ini muncul setelah DOJ menggeledah rumah Biden pada Jumat. DOJ memiliki “akses penuh” ke properti tersebut, termasuk ke “catatan, file, kertas, binder, memorabilia, daftar tugas, jadwal, dan reminder yang ditulis tangan secara pribadi sejak beberapa dekade lalu,” menurut Bauer.
Dokumen-dokumen tersebut bergabung dengan catatan rahasia pemerintah lainnya dari masa Biden sebagai wakil presiden yang ditemukan sebelumnya. Kumpulan materi pertama ditemukan pada 2 November 2022, di Penn Biden Center di Washington, D.C., tempat Biden sebelumnya memiliki kantor pribadi setelah masa jabatannya sebagai wakil presiden di bawah pemerintahan Obama.
Temuan ini mendorong pencarian lanjutan, yang berujung pada penemuan lebih banyak dokumen pada 20 Desember di rumah Biden di Wilmington, di garasi rumahnya. Lebih banyak dokumen kemudian ditemukan di perpustakaan rumah Biden pada 11 Januari dan 12 Januari.
Penggeledahan dilaporkan berlangsung selama 12 jam pada Jumat. Bauer mencatat penggeledahan pada 20 Januari: “Atas kesepakatan dengan DOJ, perwakilan dari tim hukum pribadi dan Kantor Pengacara Gedung Putih hadir.”
Biden dan ibu negara Jill Biden tidak hadir dalam penggeledahan tersebut, kata pengacara Gedung Putih Richard Sauber dalam pernyataan terpisah pada Sabtu.
“Sejak awal, presiden telah berkomitmen untuk menangani hal ini secara bertanggung jawab karena beliau menganggapnya serius,” kata Sauber.
“Pengacara presiden dan Kantor Penasihat Gedung Putih akan terus bekerja sama dengan DOJ dan Penasihat Khusus untuk membantu memastikan proses ini dilakukan dengan cepat dan efisien.”
Jaksa Agung Merrick Garland mengumumkan pada 12 Januari bahwa ia menunjuk Robert Hur, mantan jaksa Maryland, sebagai penasihat khusus untuk mengawasi penyelidikan DOJ atas dokumen-dokumen tersebut untuk memeriksa apakah Biden atau orang lain secara ilegal menangani dokumen-dokumen dimaksud.
Partai Republik telah meluncurkan penyelidikan mereka sendiri terhadap kepemilikan dokumen rahasia Biden. Ketua Komite Pengawasan DPR James Comer (R-Ky.) pada 13 Januari meminta sejumlah dokumen dari penasihat Gedung Putih Stuart Delery sebagai bagian dari penyelidikan.
Secara terpisah, anggota DPR dari Partai Republik yang dipimpin oleh Ketua Jim Jordan (R-Ohio) menulis surat kepada Jaksa Agung dan DOJ untuk meminta dokumen dan komunikasi yang berkaitan dengan penunjukan Hur. Mereka mengatakan kepada Garland bahwa mereka “melakukan pengawasan terhadap tindakan Departemen Kehakiman sehubungan dengan kesalahan penanganan dokumen rahasia oleh Biden.”
Soal 25 Jalan Berbayar, Pemprov DKI Jakarta Dituding ‘Palak’ Pengguna Jalan Hingga Bebani Masyarakat
ETIndonesia- Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK Indonesia) meminta Pemprov DKI Jakarta untuk tidak memberlakukan kebijakan jalan berbayar atau yang dikenal dengan sebutan electronic road pricing (ERP), di sejumlah wilayah Jakarta. Di saat kondisi ekonomi masyarakat yang tidak baik, kebijakan jalan berbayar hanya akan semakin membebani masyarakat. Demikian disampaikan oleh Mirah Sumirat, SE, Presiden ASPEK Indonesia dalam keterangan pers tertulis ASPEK Indonesia kepada media (20/01/2023).
Mirah Sumirat menyampaikan pemberlakuan jalan berbayar yang ditujukan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas, tidak akan efektif. Kebijakan ini justru terkesan lebih karena keinginan Pemprov DKI Jakarta untuk bisa menarik dana dari masyarakat, secara cepat dan paksa. Pengguna jalan seperti “dipalak” oleh Pemprov DKI Jakarta, ungkap Mirah Sumirat.
Kemacetan di DKI Jakarta tidak akan bisa dihindari, karena ruas jalan di Jakarta memang terbatas dan jumlah kendaraan yang melintas juga banyak. Mirah Sumirat juga menanggapi beberapa isi Raperda Pengendalian Lalu Lintas Secara Elektronik (PPLE), dimana kendaraan yang kebal ERP salah satunya angkutan umum berpelat kuning. Artinya, ojek online dan kendaraan kurir yang saat ini jumlahnya jutaan, akan terbebani biaya jalan berbayar.
Perusahaan mungkin akan membebani biaya jalan berbayar kepada konsumen. Namun tidak menutup kemungkinan biaya jalan berbayar juga akan dibebani kepada pengemudi ojol atau kurir, akibat kebijakan tarif ojol dan kurir yang tidak layak. Di saat Pemerintah belum mampu memberikan lapangan pekerjaan yang luas dan banyak terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, sebaiknya Pemerintah jangan menambah beban hidup masyarakat, tegas Mirah Sumirat.
Mirah Sumirat juga menanggapi terkait 25 ruas jalan berbayar yang saling terkoneksi dan waktu pemberlakuan ERP yang terdapat dalam Raperda Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yang akan diberlakukan setiap hari mulai pukul 05.00 sampai dengan pukul 22.00 WIB. Ini sama saja Pemerintah DKI Jakarta, akan terus membebani biaya jalan berbayar untuk setiap mobilitas masyarakat Jakarta yang sedang mencari rejeki, tanpa pandang bulu.
“Jika ojol atau kurir dalam sehari harus bertugas di beberapa ruas jalan berbayar, tentunya akan sangat terbebani dengan kebijakan yang tidak bijak ini. ASPEK Indonesia juga memiliki anggota pengemudi daring dan kurir, yang telah menyampaikan aspirasi keberatannya kepada ASPEK Indonesia, untuk disampaikan kepada Pemerintah DKI Jakarta. Kasihan masyarakat kecil, beban hidupnya menjadi semakin berat,” tutup Mirah Sumirat.
Berikut Daftar Wacana 25 Jalan Berbayar di Jakarta:
1-Jalan Pintu Besar Selatan
2-Jalan Gajah Mada
3- Jalan Hayam Wuruk
4-Jalan Majapahit
5- Jalan Medan Merdeka Barat
6- Jalan Moh. Husni Thamrin
7- Jalan Jend. Sudirman
8- Jalan Sisingamangaraja
9- Jalan Panglima Polim
10- Jalan Fatmawati (Simpang Jalan Ketimun 1 – Simpang Jalan TB Simatupang)
11-Jalan Suryopranoto
12- Jalan Balikpapan
13- Jalan Kyai Caringin
14- Jalan Tomang Raya
15- Jalan Jenderal S. Parman (Simpang Jalan Tomang Raya-Simpang Jalan Gatot Subroto)
16- Jalan Gatot Subroto
17- Jalan MT. Haryono
18- Jalan D. I. Panjaitan
19- Jalan Jenderal A. Yani (Simpang Jalan Bekasi Timur Raya-Simpang Jalan Perintis Kemerdekaan);
20- Jalan Pramuka
21- Jalan Salemba Raya
22- Jalan Kramat Raya
23- Jalan Pasar Senen
24- Jalan Gunung Sahari
25- Jalan H. R. Rasuna Said
(asr)
Diguyur Hujan Lebat, Sejumlah Kabupaten di Aceh Terendam Banjir
ETIndonesia- Sejumlah wilayah di Provinsi Aceh sebelah utara dilanda banjir pada akhir minggu pertama Januari 2023. Genangan tak dapat dihindari setelah hujan lebat mengguyur beberapa kabupaten, seperti Aceh Timur, Pidie, Pidie Jaya dan Bireuen. Banjir masih berlangsung hingga Minggu (22/1).
Banjir merendam beberapa daerah di Kabupaten Aceh Timur pada Sabtu (21/1), pukul 07.00 waktu setempat atau WIB. Hujan deras yang terjadi sejak Jumat menyebabkan debit air Sungai Simpang Jernih meluap. Dua desa atau gampong, yaitu Desa Pante Kera dan Rantau Pajang, di Kecamatan Simpang Jernih terendam banjir.
Sebanyak 104 KK terdampak dan 5 KK mengungsi saat banjir dengan tinggi muka air 40 – 80 cm menggenangi rumah warga.
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat melaporkan potensi adanya peningkatan tinggi muka air. Pihaknya telah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk upaya penanganan darurat, seperti kaji cepat dan kesiapsiagaan untuk evakuasi warga.
Banjir Pidie dan Pidie Jaya
Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kabupaten Pidie melaporkan hujan intensitas tinggi menyebabkan debit air beberapa sungai meluap pada Jumat lalu (20/1), pukul 11.15 WIB. Sungai atau krueng yang dimaksud antara lain Krueng Tiro, Krueng Paloh, Krueng Lala, Krueng Rubee dan Krueng Rukoh.
Sejumlah desa atau gampong yang tersebar di 21 kecamatan terendam banjir dengan tinggi muka air 30 hingga 70 cm.
Kecamatan terdampak antara lain Kecamatan Pidie, Sakti, Kembang Tanjong, Peukan Baro, Indra Jaya, Padang Tiji, Grong-grong, Delima, Mutiara Timur, Mutiara Barat, Muara Tiga, Keumala, Titeu, Glumpang Tiga, Batee, Glumpang Baro, Simpang Tiga, Mila, Kota Sigli, Tiro dan Tangse.
Bencana ini mengakibatkan 1.095 KK atau 3.336 warga mengungsi sementara waktu. Pihak BPBD setempat masih terus melakukan pendataan warga terdampak banjir yang meluas ini. Sejauh ini tidak ada dampak korban jiwa.
Personel di lokasi terdampak telah melakukan upaya penanganan darurat, seperti evakuasi dan pemberian pelayanan dasar kepada warga terdampak.
Sementara itu, banjir juga berdampak di wilayah tetangga, yaitu Kabupaten Pidie Jaya. Hujan intensitas tinggi turut mengguyur wilayah ini hingga debit air beberapa sungai meluap. BPBD Kabupaten Pidie Jaya menginformasikan Sungai Mereudu, Beuracan, Ulim dan Putu meluap pada Jumat (20/1), pukul 21.00 WIB.
Delapan kecamatan terdampak di wilayah Pidie Jaya. Kecamatan yang terendam banjir antara lain Kecamatan Ulim, Panteraja, Bandar Dua, Meurah Dua, Meureudu, Bandar Baru, Trienggadeng dan Jangka Buya.
BPBD Kabupaten Pidie Jaya terus melakukan pemutakhiran pendataan di lokasi terdampak. Data sementara tercatat sebanyak 47 KK atau 90 warga mengungsi, sedangkan warga terdampak di sejumlah kecamatan tersebut mencapai 6.776 KK atau 17.628 warga.
BPBD bersama dinas sosial setempat mengoperasikan dapur umum untuk mereka yang berada di pengungsian maupun yang bertahan di rumah-rumah. Hingga Minggu, banjir merendam beberapa wilayah terdampak.
Pada Senin (23/1), pemerintah daerah dan warga diimbau untuk tetap waspada dan siap siaga dalam menghadapi potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang. Potensi cuaca dengan intensitas tersebut berpeluang terjadi di wilayah yang saat ini terdampak banjir dan wilayah-wilayah lain di Provinsi Aceh.
Mengantisipasi potensi risiko yang diakibatkan bencana hidrometeorologi, warga dapat melakukan upaya kesiapsiagaan dini. Siapkan tempat-tempat evakuasi sementara berbasis komunitas. Lakukan evakuasi secara aman dan efektif apabila kondisi genangan atau tinggi muka air mulai membahayakan. Apabila tidak dapat melakukan evakuasi, segera hubungi petugas untuk membantu proses evakuasi. (asr)