Apakah Xi Jinping Mau Menjabat Ketua Seumur Hidup? Menggodok Sistem Pilihan Partai? Ini Tanggapan Resmi Pejabat Berwenang

oleh Li Wenlong

Epochtimes.id- Pemilihan kepala negara menganut sistem pemilihan Partai Komunis Tiongkok yang sebelumnya ramai dibicarakan yang berwenang, tampaknya tidak dibahas dalam Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok (PKT) ke 19 yang baru usai akhir bulan lalu.

Namun, dua orang kandidat yang pernah digembar-gemborkan bakal menjadi wakil dan penerus kepemimpinan Xi yaitu Hu Chunhua dan Chen Miner malahan gagal masuk daftar nama Komite Tetap. Ini seakan-akan memberi kesempatan, membuka calan bagi Xi Jinping untuk menjabat kepala negara seumur hidup.

Baru-baru ini, ada seorang pejabat senior dari Sekolah Partai PKT untuk pertama kalinya merespon soal sistem kepresidenan dan menolak isu-isu yang beterbangan. Tetapi tanggapannya juga masih mencerminkan bahwa semuanya belum ditentukan.

Media stnn.cc mengutip CRNTT.com pada 8 November memberitakan bahwa, anggota Sekretaris Partai Sekolah Partai PKT, Direksi Pendidikan, Xie Chuntao dalam pertemuan Asosiasi Jurnalis Tiongkok yang bertujuan untuk memahami Jiwa Kongres Nasional ke 19″ menyebutkan :

“sebagaimana kita ketahui bahwa dalam sejarah PKT memang pernah muncul sistem kepemimpinan seumur hidup, tetapi percayalah bahwa hal itu tidak akan muncul kembali. Ia menilai, sekarang Tiongkok berada dalam situasi “sangat baik” dengan adanya mekanisme yang mengatur pergantian pemimpin.”

Ia juga mengatakan, “Meskipun Kongres Nasional ke 19 masih menganut sistem kepemimpinan kolektif dan tidak membahas sistem presidensial. saya percaya bahwa sistem ini nanti tidak akan berubah.”

Tetapi Xie Chunhua tidak memberikan keterangan rinci tentang langkah-langkah tingkat tinggi. Ia hanya mengatakan : “Soal jabatan seumur hidup, sistem pilihan partai dan sebagainya itu jangan-jangan hanya masalah imajiner saja, saya tidak tahu apakah masalah ini dapat dibenarkan.”

Inilah respon pertama soal sistem pemilihan kepala negara yang keluar dari mulut seorang penjabat Tiongkok.

Sebelum Kongres Nasional ke 19 , dunia luar sudah ramai membicarakan apakah Xi Jinping akan kembali menganut sistem kepemimpinan Mao Zedong, Deng Xiaoping menghapus sistem partai.

Dibicarkan juga apakah Xi membentuk model struktur kekuatan yang terdiri dari seorang kepala dan seorang wakil. Menetapkan kepemimpinan yang terdiri dari 1 kepala dengan 2 wakil yang disandang oleh Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional dan perdana menteri terpilih.

Rumor ini juga muncul gara-gara saat Xi Jinping mengunjungi Hongkong mengikuti parade militer pada  Juni tahun ini serta parade militer di kota Zhurihe, Mongolia Dalam pada Juli lalu.

Ketika itu di mana para prajurit saat membalas sapaan Xi Jingping menyebut dengan ketua, berubah dari sebelumnya yang memanggil komandan, sehingga muncul dugaan bahwa sistem pemilihan pemimpin Tiongkok ala partai PKT akan kembali dikukuhkan dalam Kongres Nasional ke 19.

Media Hongkong “Mingpao” berdasarkan pemberitahuan internal PKT pada 21 Oktober yang menghendaki media resmi secara seragam menggunakan istilah kamerad untuk menyebut Xi Jinping, dan melarang penggunaan istilah Sekretaris Jenderal. Hal ini kemudian ditafsir sebagai awal rencana untuk mengembalikan pemilihan ketua partai ala PKT.

Namun tentang pemilihan kepala negara Tiongkok akhirnya sama sekali tidak disinggung,  gagal menunjukkan tanda-tanda dalam Kongres Nasional ke 19.

Sementara Xi Jinping tidak menunjuk penerus sebagaimana kebiasaan yang dilakukan dalam kongres-kongres terdahulu. Dunia luar masih percaya, ini meninggalkan sebuah petunjuk untuk kelanjutan kekuasaan Xi Jinping dalam lima tahun ke depan.

Selain itu beberapa pengamat menduga bahwa mungkin saja Xi Jinping sudah bertekad untuk menerobos peraturan lisan PKT selama beberapa dekade terakhir untuk menunjuk seorang suksesi antar generasi sebagai kandidat pemimpin puncak di Tiongkok

Hal yang perlu dicatat adalah, respon dari seorang pejabat senior Sekolah Partai PKT tentang sistem pemilihan kepala negara secara umum juga masih samar-samar. “…. jangan-jangan hanya masalah imajiner saja, saya tidak tahu apakah masalah ini dapat dibenarkan,” demikian katanya. (Sinatra/asr)

Sumber : Secretchina