Huruf Kanji dan Ibu Negara Amerika Serikat/Jepang

Sementara di Semenanjung Korea munculnya huruf Kanji barangkali lebih awal lagi, pada masa Raja Wu dari Dinasti Zhou membinasakan Kerajaan Yin. Seorang paman dari Raja Yin Ji Zi memimpin sejumlah warga Yin mengungsi ke Semenanjung Korea, dengan membawa serta kebudayaan dan aksara Tiongkok ke Korea.

Namun di masa yang lebih modern, seiring dengan semakin melemahnya kekuatan negeri Tiongkok dan dijajah oleh sejumlah negara Barat, negara lain pun mulai menciptakan aksaranya sendiri untuk menggantikan huruf Kanji.

Namun demikian aksara Tionghoa tetap memiliki posisi penting, dan di negara Asia Tenggara masih berdiam banyak etnis Tionghoa. Mereka mengenyam pendidikan di sekolah berbahasa Tionghoa, dalam interaksi sehari-hari dan dalam bisnis masih menggunakan Bahasa Tionghoa.

Sejak kapan aksara Tionghoa tiba-tiba melemah dalam skala besar dan dihapuskan? Setelah PKT merebut kekuasaan di Tiongkok (pada 1949), PKT berniat melakukan revolusi di seluruh dunia, lalu menyusup secara besar-besaran di kalangan etnis Tionghoa di Asia Tenggara.

Pada suatu rapat komunis Soviet, perwakilan PKT bahkan menyatakan mereka mampu mengerahkan etnis Tionghoa setempat untuk melakukan kudeta militer.

Untuk mencegah paham komunis menyusup ke negara masing-masing lewat pengaruh Tiongkok, banyak negara pun membuat undang-undang dilarangnya penggunaan aksara Tionghoa, banyak sekolah Tionghoa ditutup, dan warga etnis Tionghoa diharuskan memiliki nama setempat.

Sejak saat itu, aksara Tionghoa yang tadinya memiliki posisi dihormati, tiba-tiba menjadi aksara ilegal akibat ulah PKT. Di saat yang sama negara-negara itu mulai gerakan diskriminasi terhadap etnis Tionghoa, bahkan membantai para warga Tionghoa dan merampas kekayaan mereka (secara sporadis 1960-an hingga 1998).

Inilah penyebab utama lenyapnya aksara Tionghoa dan terjadinya diskriminasi terhadap Tionghoa di sejumlah Negara Asia Tenggara, juga merupakah hal yang mati-matian ditutupi oleh PKT sampai sekarang.

Semoga dengan ditulisnya kata “He Ping” dengan huruf Kanji oleh kedua ibu negara menjadi sebuah simbol, bahwa dunia internasional mulai mengenal kembali aksara Tionghoa, mulai mengenal kembali intisari dari kebudayaan tradisional Tiongkok yang berusia 5000 tahun itu.

Semoga dunia juga mengetahui, paham komunis tidak mewakili kebudayaan tradisional Tiongkok dan juga tidak bisa mendatangkan perdamaian dunia. (SUD/whs/asr)

Sumber : epochtimes.com