Komunisme dan Paham Environmentalisme Bersumber Sama

Kesan Setelah Saksikan Film Dokumenter “Grinding US 2: Fraud Master”

Xia Lin

Belum lama berselang dari Gedung Putih, Presiden Trump mengumumkan bahwa AS mundur dari “Kesepakatan Iklim Paris”. Seketika itu juga, seolah kebakaran jenggot, suara menentang dari seluruh dunia memenuhi jagat, mulai dari ormas, pemerintah daerah sampai pemimpin negara-negara Barat, yang serempak mengecam Trump, seolah Trump adalah penjahat yang menghancurkan dunia. Walaupun telah memaparkan alasan kuat kemunduran AS, namun yang dihadapi Trump adalah kecaman dan kemarahan dari dalam maupun luar negeri.

Waktu itu penulis mendengar pidato Trump di Gedung Putih, di satu sisi terkejut mengapa “Kesepakatan Iklim Paris” begitu terang-terangan menekan AS dan merampas hasil kerja dan kekayaan warga AS dan seluruh dunia membiarkan begitu saja.

Di sisi lain juga tidak mengerti, mengapa pemerintahan Obama menandatangani kesepakatan yang nyata-nyata telah membuat AS menderita kerugian besar, dan terlebih lagi tidak ada satu pun media massa arus utama yang menganalisa klausul pada kesepakatan ini yang telah memperlakukan AS dengan tidak adil?

Setelah menyaksikan film dokumenter “Grinding USA 2: Fraud Master”, saya baru seolah tersadar, ternyata paham environmentalisme (lingkungan hidup) terlahir dari paham komunis, tidak hanya sejalan dengan perilaku dalam komunisme, tapi juga bertujuan untuk meruntuhkan Amerika Serikat.

Seperti yang dijelaskan Presiden Trump dalam pidatonya, “Jika AS terus menaati ‘Kesepakatan Paris’ beserta pembatasan ketat yang diberlakukan paksa terhadap AS dalam hal sumber daya energi, maka menurut statistik oleh  Asosiasi Riset Ekonomi Nasional AS, tahun 2025 mendatang Amerika akan kehilangan 2,7 juta pekerjaan.

Laporan ini juga menunjukkan, pada tahun 2040, jika mentaati janji pemerintah sebelumnya akan menyebabkan sejumlah industri berikut ini terpaksa harus menurunkan kapasitas produksinya: industri kertas akan turun 12%, semen akan turun 23%, besi baja akan turun 38%, batu bara akan turun 86%, gas alam akan turun 31%.

Pada saat itu, nilai PDB akan anjlok sebesar USD 3 trilyun, dan sekaligus akan kehilangan 6,5 juta pekerjaan, dan pendapatan per kapita akan turun sebesar USD 7000 bahkan lebih.”

Dalam “Kesepakatan Iklim Paris, bersamaan dengan dibatasinya penambangan sumber energi di AS dengan alasan “perlindungan lingkungan hidup”, India dan RRT yang tingkat polusinya jauh lebih parah daripada AS justru diizinkan untuk terus menambah pencemaran.

Sebagai contoh, RRT diizinkan membangun ratusan pembangkit listrik termal, dan mengijinkan India meningkatkan produksi batu bara sampai 2 kali lipat pada tahun 2020, bahkan Eropa boleh terus membangun pembangkit listrik termal.

Tapi Amerika harus meninggalkan batu bara. Sungguh aturan tipikal “mengijinkan pemerintah membakar, tidak mengijinkan rakyat menyalakan pelita”.

Di dalam film, sang produsen memberikan sejumlah contoh sederhana untuk mendobrak sejumlah konsep keliru yang didoktrinkan oleh para ilmuwan bagi masyarakat.

Meskipun selama 30 tahun terakhir ini populasi AS meningkat satu kali lipat. Namun lingkungan di AS justru lebih bersih satu kali lipat dibandingkan dulu.

Karbondioksida adalah elemen yang tidak boleh tidak ada untuk bertumbuhnya tanaman, jika tidak ada karbondioksida, maka dunia tidak akan memiliki apa pun kecuali batu, pada saat itu baik manusia maupun hewan, tidak akan mempunyai makanan lagi.

Karena pemanasan global, iklim yang sangat dingin bisa menghancurkan tumbuhan dan manusia, tapi dengan adanya iklim yang hangat segala mahluk hidup baru bisa hidup dengan subur.

Mantan Presiden Ceko Vaclav Klaus (tampil dua kali sebagai Presiden Republik Ceko 2003 – 2013, salah satu politikus Ceko terpenting pada tahun-tahun belakangan ini) pernah menulis sebuah buku berjudul “Environment Violence”, yang secara mendalam mengungkap tentang bagaimana paham perlindungan lingkungan hidup telah menemukan inspirasi dari komunisme.

Vaclav Klaus (MICHAL CIZEK/AFP/GettyImages)

Ia mengatakan, paham perlindungan lingkungan hidup memanfaatkan alasan mulia yakni “melindungi alam raya demi generasi penerus kita” untuk melakukan perintah yang bersifat memaksa.

Seperti intervensi terhadap operasional perusahaan, yang pada setiap kesempatan selalu mematikan perusahaan bahkan seluruh industri; bersikeras menambah pungutan pajak tinggi dengan dalih perlindungan lingkungan hidup; tidak senang melihat gaya hidup normal masyarakat lalu mengecamnya sebagai bentuk pengrusakan terhadap alam dan menuntut pembuatan peraturan baru untuk mengubah gaya hidup masyarakat.

Mereka juga menuntut investasi besar-besaran dalam perlindungan lingkungan walaupun tidak ada manfaat ekonominya, juga sangat menikmatinya, bahkan jika kerugian semakin besar, mereka akan merasa semakin berhasil, karena seolah ini menjadi “persembahan” bagi ibunda alam.

Mereka juga mengatas-namakan alam mengobarkan kebencian dan permusuhan antar manusia, tidak pernah berhenti menuntut negara makmur untuk mengeluarkan lebih banyak uang untuk mendanai “perlindungan alam” mereka.

Kutukan mereka terhadap pertumbuhan ekonomi, menentang umat manusia mempunyai kehidupan yang lebih makmur dan lebih baik…

Tak heran jika Presiden Trump dicaci maki oleh sosialisme dari Timur dan juga kapitalisme dari Barat secara bersamaan, karena lewat mundurnya AS dari “Kesepakatan Iklim Paris”, Trump telah menggagalkan niat kaum komunis dalam menghancurkan Amerika dengan melalui kelompok Perlindungan Lingkungan Hidup. (SUD/whs/asr)

Sumber : Epochtimes.com