Ada Apa? Tak Tercatat Pernah Aktif, Gunung Berapi di Papua Nugini Meletus

Epochtimes.id- Sebuah gunung berapi pulau terpencil di Papua Nugini mulai memuntahkan abu ke udara. Akibatnya memaksa evakuasi lebih dari 500 penduduk setempat.

Gunung berapi setinggi 365 meter (1197 kaki) di pantai utara Papua Nugini ini terletak di Pulau Kadovar mulai meletus 5 Januari 2018.

“Ini hanya emisi abu vulkanik yang terus-menerus ,” kata Cheyne O’Brien, prakirawan cuaca di Darwin Volcanic Ash Advisory Centre mengatakan kepada Reuters melalui telepon pada Minggu.

“Memuntahkan awan bau sampai ketinggian 1.333 meter,” katanya.

Namun abu vulaknik tersebut belum menimbulkan bahaya bagi penerbangan. Akan tetapi perubahan arah angin bisa mencapai operasional di bandara Wewak, Papua Nugini.

(Samaritan Aviation via Facebook)

Semua penduduk pulau tersebut sekarang telah dievakuasi tanpa kehilangan nyawa, badan amal Samaritan Aviation milik Amerika Serikat, yang mengoperasikan pesawat amfibi ke daerah terpencil di Papua Nugini seperti dikutip dari akun Facebooknya.

“Kami belum memiliki rincian tentang kemana semua keluarga yang telah pergi dan berharap mendapatkan informasi lebih lanjut dalam waktu dekat,” tambah nirlaba tersebut.

Reuters belum berhasil menghubungi pihak berwenang di Papua Nugini melalui telepon untuk dimintai komentar.

Populasi pulau ini berkisar dari setidaknya 500 sampai lebih dari 600 seperti dalam laporan perkiraan media.

Letusan tersebut mungkin menjadi eksplosif, membawa risiko tsunami dan tanah longsor seperti ditulis media online lokal Loop PNG mengutip pernyataan Observatorium Vulkanologi Rabaul.

Seorang ahli vulkanologi di Universitas Macquarie, Chris Firth mengatakan tak ada catatan yang dikonfirmasi tentang letusan Kadovar sebelumnya. Namun para ilmuwan berspekulasi bahwa ini bisa menjadi salah satu dari dua “pulau terbakar” yang disebutkan dalam jurnal bajak laut Inggris abad ke 17 dan petualang maritim William Dampier.

“Dampier mungkin telah mencatat letusan terakhir Kadovar saat melakukan pelayaran untuk mencari “Terra Australis”, benua selatan pernah dianggap mitos,” kata Firth.

Firth menambahkan ahli vulkanologi kini tertarik mengamati perilaku Gunung ini sekarang.

“Sulit untuk memprediksi apa yang mungkin terjadi, karena tidak ada yang bisa dibandingkan dengannya.” (asr)

Sumber : Reuters/The Epochtimes