Apa Akibatnya Jika Tiongkok Tidak Membeli atau Melepas Treasury Securities AS?

oleh Yu Ru

Beberapa hari yang lalu beredar berita bahwa Tiongkok mempertimbangkan untuk memperlambat atau menangguhkan kepemilikan treasury securities AS. Segera setelah itu, terjadi gejolak penjualan dolar AS dan surat hutang AS di pasar.

Menanggapi pertanyaan dunia luar tentang masalah tersebut otoritas keuangan Tiongkok mengatakan bahwa itu tidak benar.

Beberapa pakar keuangan juga mengatakan bahwa jika otoritas Tiongkok menggunakan metode penjualan treasury securities untuk mencapai maksud menyakiti Amerika Serikat, maka tindakan itu sama saja dengan mengangkat batu yang akan menimpa kakinya sendiri.

Laporan Bloomberg pada 10 Januari menyebutkan akibat pejabat senior Tiongkok menyarankan untuk memperlambat atau menangguhkan pembelian treasury securities AS, dengan alasan pertama bahwa daya tariknya sedang melemah dan yang kedua adalah karena pengaruh hubungan perdagangan dengan AS yang kurang harmonis belakang ini.

Akibat pemberitaan tersebut terjadi penjualan dolar AS dan T-securities besar-besaran di pasar. Pada 11 Januari, Otoritas Tiongkok yang menangani administrasi devisa secara terbuka membantah isu tersebut dan menuduh Bloomberg mengedarkan berita palsu.

Tiongkok mengapa memperlambat atau menangguhkan pembelian treasury securities AS ?

“Alasan paling utama adalah berasal dari dalam negeri Tiongkok sendiri,” kata Frank Tian Xie, seorang profesor di University of South Carolina Aiken Business School kepada Epoch Times.

Pertumbuhan cadangan devisa Tiongkok tidak lagi secepat di masa lalu, sekarang angka itu berkisar antara 3 triliun. “Tidak membeli itu karena keterpaksaan, ini alasan pertama,” kata Frank Tian Xie.

Alasan kedua adalah Tiongkok membeli treasury securities AS saat itu karena pertimbangan politis.

“Tiongkok menggunakan pembelian T-securities sebagai alat tawar-menawar ekonomi dan politik untuk menekan pemerintahan Obama. Namun untuk saat ini, langkah tersebut dipraktekkan pada pemerintahan Trump sepertinya tidak akan efektif,” katanya.

Foto yang diambil pada 16 Januari 2011 ini menunjukkan seorang teller bank yang menghitung tumpukan uang dolar AS dan catatan 100 yuan China di sebuah bank di Hefei, provinsi Anhui, China timur. (STR / AFP / Getty Images)

Satu hal lain adalah bahwa isu nuklir Korea Utara sudah mulai mencapai tahap penyelesaian akhir, kebijakan Trump di kemudian hari akan meningkatkan tekanan kepada Tiongkok.

Menurut Frank, berdasarkan ucapan-ucapan keras menanggapi persoalan di bidang ekonomi atau perdagangan, tidak sulit terlihat bahwa perubahan politik yang halus antara Tiongkok dan Amerika Serikat sudah terjadi.

Bagi Frank, hubungan kedua negara mungkin sedang bergerak menuju ke situasi baru. Apalagi pergeseran politik mungkin juga menjadi alasan pengurangan atau memperlamban keinginan untuk memiliki T-securities AS.

Xia Yeliang, seorang ekonom yang tinggal di AS kepada Epoch Times mengatakan cukup optimis melihat tren perkembangan ekonomi Amerika Serikat saat ini, dan kinerjanya pun menggembirakan.

Lebih jauh yeliang mengatakan tingkat pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja terus meningkat. Dengan makin bertambahnya kepemilikan T-securities AS berarti kesempatan meraih keuntungan di waktu mendatang akan bertambah besar.

“Jadi tidak ada alasan bagi pemerintah Tiongkok untuk mengurangi, memperlambat langkah pembelian instrumen keuangan itu,” katanya.

“Alasan utamanya adalah masalah sudah menyusutnya cadangan devisa Tiongkok, ditambah lagi dengan banyaknya kewajiban yang perlu dilunasi, jadi sekarang tidak ada lagi sumber keuangan untuk terus membeli instrumen keuangan tersebut dalam jumlah besar. Oleh karena itu, pengurangan pembelian adalah sebuah kebutuhan,” tambahnya.

Treasury securities pemerintah AS adalah surat berharga terbaik di dunia. “Bukan saja instrumen keuangan yang terbitan pemerintah, ia juga setingkat ‘Gilt’ karena bermutu tinggi.”

Surat berharga jenis Gilt karena peringkat kredibilitasnya sangat tinggi. Biasanya, ketika ekonomi suatu negara berjalan relatif stabil, ia akan membeli sejumlah besar surat berharga tipe Gilt.

Menurut Xia, jika pemerintah Tiongkok suatu saat mengurangi kepemilikan atau memperlambat pembelian T-securities AS, ini mungkin juga merupakan cara Tiongkok melindungi diri sendiri.

“Jika itu terjadi dalam suatu jangka waktu yang panjang, baru dapat dikaitkan pada kemampuan keuangan atau daya saing internasional Tiongkok yang melemah,” katanya.

Otoritas keuangan Tiongkok sekarang masih memiliki surat-surat berharga pemerintah AS yang berjumlah total USD. 1.2 triliun, merupakan angka terbesar kedua setelah Federal Reserve yang USD. 2.4 triliun.

Dunia luar percaya bahwa jika pemerintah Tiongkok secara drastis mengubah strategi kepemilikan instrumen keuangan pemerintah AS itu, selain akan  berdampak pada pasar modal global, namun juga akan melemahkan status Tiongkok sebagai negara kreditor luar negeri terbesar bagi AS.

Apa akibatnya jika Tiongkok mengurangi atau menunda pembelian surat berharga pemerintah AS ?

Frank Tian Xie mengatakan bahwa stabilitas, keamanan dan risiko rendah treasury securities AS adalah proyek investasi terbaik untuk negara manapun di dunia.  Hal ini Tiongkok -lah yang paling jelas.

“Dengan memegang begitu banyak cadangan devisa, dalam jangka panjang Tiongkok pasti akan membeli Treasury securities pemerintah AS,” kata Frank.

Frank Tian Xie percaya bahwa pemerintah Tiongkok tidak akan menjual habis instrumen keuangan AS itu. “Pertama, penjualan habis akan merusak hubungan Tiongkok – AS, secara politis menyinggung AS. Kedua, aksi penjualan habis akan mendepresiasi nilai aset obligasi pemerintah Tiongkok dan nilai obligasi yang masih dipegang pemerintah Tiongkok juga akan menyusut karenanya, menimbulkan kerugian besar bagi negara sendiri. ”

Seorang wanita menghitung ribuan dolar yuan China di Vancouver, Kanada, pada 25 Oktober 2015. (Benjamin Chasteen / Epoch Times)

Li Hangching, kepala eksekutif Institut Informasi dan Strategi kepada Epoch Times bahwa surat-surat berharga AS dijamin oleh pemerintah Amerika Serikat dengan kredit nasional dan bahwa negara-negara yang memiliki cadangan devisa akan memilih memiliki instrumen keuangan tersebut.

Li Hangching mengatakan, surplus perdagangan Tiongkok – AS setiap tahunnya mencapai 300 miliar dolar AS. “Jika mereka tidak membeli T-securities AS, apakah mau membeli surat hutang negara lain yang lebih beresiko ? Sepertinya hal ini tidak mungkin”.

Gejolak jangka pendek di pasar gara-gara penjualan isu tersebut menurut analisa Li Hangching adalah disebabkan oleh karena Amerika Serikat memberlakukan sanksi terhadap Tiongkok dalam tiga kesempatan dan melakukan investigasi penyelidikan anti-dumping terhadap produk baja, Electrolytic aluminum dan pelanggaran hak kekayaan intelektual.

Pada saat ini, Tiongkok Ingin membuat isyarat ‘unjuk rasa’ kepada AS. “Tetapi bagaimana pun juga Tiongkok tidak akan menjual habis surat berharga AS sebesar USD. 1.2 triliun yang akhirnya akan membuat aset kekayaannya menyusut yang merugikan diri sendiri.

“Oleh sebab itu kita melihat bahwa Bank Sentral Tiongkok bagian administrasi valuta asing langsung keluar untuk mematikan kabar angin dengan mengatakan bahwa itu tidak benar. Padahal sumber kabar angin itu juga berasal dari intern mereka, kalau tidak siapa orang luar yang mau percaya ?”

Ekonom Paul Krugman, kolumnis ‘New York Times’ mengemukakan dalam artikelnya : “Jika Tiongkok menggunakan instrumen keuangan Amerika untuk menyakiti Amerika Serikat, itu hanya sebuah upaya mengangkat batu yang akan menimpa kakinya sendiri. Karena penjualan besar-besaran akan menyebabkan pasar bergolak, nilai T-securities AS akan menurun karenanya, ini berarti nilai kepemilikan surat-surat berharga yang dipegang Tiongkok juga akan menurun yang akhirnya akan merugikan sistem moneter negara mereka sendiri.” (Sinatra/asr)

Sumber : Epochtimes.com