Tiongkok Rumuskan Liberalisasi Pasar untuk Hindari Perang Dagang

ErabaruNews – Amerika Serikat dan Tiongkok berada di ambang meletusnya perang dagang. Kedua belah pihak pun meningkatkan konsultasi dan mencoba untuk mencari jalan keluar guna menghindari perang.

Wakil Perdana Menteri Tiongkok, Liu He, dikabarkan telah menyusun langkah-langkah menuju liberalisasi pasar perdagangan di Tiongkok. Strategi itu rencananya akan diumumkan secara resmi dalam waktu tiga bulan mendatang.

Beberapa hari yang lalu, baik Tiongkok maupun Amerika Serikat telah mengumumkan rencana pelaksanaan tarif impor yang dinaikkan guna saling ‘menghukum’ pihak lawan. Meskipun Tiongkok berulang kali menyampaikan sikap tidak ingin berperang dan berharap kedua pihak dapat dengan tenang menanganinya.

Tapi Trump memberikan sikap lebih tegas yakni meminta Tiongkok sesegera mungkin menerapkan peraturan liberal. Peraturan itu diharapkan dapat diimplementasikan untuk mengurangi defisit perdagangan AS terhadap Tiongkok.

Financial Times pada 23 Maret 2018 mengutip berita dari pejabat senior Tiongkok. Mereka memberitakan bahwa, Wakil PM Liu He yang bertanggungjawab di bidang perekonomian telah mendesak semua unit yang dipimpinnya untuk membahas isu-isu terkait.

Pemerintah Beijing dalam waktu dua hingga tiga bulan mendatang akan meluncurkan serangkaian langkah liberalisasi pasar. Strategi itu untuk menyelesaikan sengketa perdagangan antara Tiongkok dengan Amerika Serikat.

Pada 24 Maret pagi, Liu He selaku penggiring ke meja dialog ekonomi antar kedua negara telah berbicara melalui sambungan telepon dengan Menkeu AS, Steven Mnuchin. Mereka menyepakati untuk melanjutkan pembahasan dalam pertemuan yang segera akan diadakan.

Video Pilihan Erabaru Chanel :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Mnuchin telah melaporkan kepada pihak Tiongkok tentang situasi terbaru hasil investigasi Pasal 301 (Undang-Undang Tahun 1988 Tentang Perdagangan dan Persaingan). Liu He mengungkapkan harapannya untuk sama-sama mempertahankan hubungan ekonomi dan perdagangan secara rasional. Kedua belah pihak berjanji untuk terus menjaga komunikasi yang telah terjalin.

Wall Street Journal pada 26 Maret 2018 mengutip ucapan seorang sumber melaporkan, pembicaraan rahasia antar pejabat berwenang kedua negara telah terjadi untuk memcari jalan tembus menuju liberalisasi pasar. Salah satunya adalah pelonggaran peraturan industri jasa keuangan asing dan manufakturing di Tiongkok.

Steven Mnuchin dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada 25 Maret mengatakan, “Kita sedang mencoba untuk memperoleh kesepakatan dengan pihak Beijing. Selain itu, kami dapat memperoleh sebuah perjanjian yang dapat diterima dan disetujui oleh Presiden Trump.”

Jika tidak, tarif yang diumumkan sebelumnya akan segera diterapkan.

Sebelumnya, Pemerintah Trump mengumumkan rencana mengenakan tarif hukuman terhadap komoditas impor dari Tiongkok. Dan Liu He langsung terbang ke Amerika Serikat pada bulan Februari untuk menemui para pemimpin bisnis AS dan perwakilan bisnis lainnya untuk merintis kemungkinan dialog.

Dalam pertemuan tersebut, para eksekutif perusahaan AS menyarankan adanya peningkatan liberalisasi pasar keuangan Tiongkok dan perluasan skalanya, mengurangi subsidi untuk perusahaan BUMN Tiogkok, menurunkan tarif impor mobil AS, dan meningkatkan transparansi regulasi.

Namun, Liu He tidak membuat janji pada waktu itu. Wall Street Journal pada 21 Maret mengungkapkan, selama berada di AS, pejabat berwenang mengusulkan 3 hal kepada Liu He.

Pertama, Otoritas Beijing perlu menghapus subsidi terhadap perusahaan BUMN mereka. Kedua, mengangbil langkah untuk menurunkan defisit perdagangannya dengan AS. Dan ketiga, memperbaiki lingkungan kompetitif yang adil bagi investor AS di Tiongkok.

Pada saat itu, Tiongkok juga mengajukan 3 permintaan kepada AS. Membangun forum dialog baru. Serta menunjuk pejabat berwenang yang bertanggungjawab terhadap urusan dengan Tiongkok, dan minta AS mencantumkan secara jelas isu-isu spesifik yang diminta.

Steven Mnuchin yang bertanggungjawab untuk berkomunikasi dengan Tiongkok mengatakan apa yang Amerika lakukan, secara jangka panjang akan bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.

“Jika mereka telah melaksanakan liberalisasi pasar, maka itu akan memberikan kesempatan berkembang yang besar kepada perusahaan-perusahaan AS,” ujarnya.

Perang dagang kedua negara tersebut berasal dari pengembangan ekonomi ala agresi Tiongkok komunis. Gaya perampasan ekonomi ini telah menyebabkan AS mengalami defisit perdagangan sampai 500 miliar Dollar AS.

Trump mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak akan membiarkan Tiongkok seenaknya mengambil keuntungan dari kerjasama perdagangan antara kedua belah pihak. Kerjasama perdagangan harus berjalan secara adil dan berimbang. (Luo Tingting/NTDTV/Sinatra/waa)