125 Wanita dan Anak Gadis Diperkosa, Dicambuk, dan Dipukuli di Sudan Selatan

Epochtimes.id- Sebanyak125 perempuan dan anak gadis telah diperkosa, dicambuk, dan dipukuli saat serangan-serangan mengejutkan. Sejumlah pekerja bantuan di Sudan Selatan mengatakan tidak bisa berkata-kata atas kejadian ini.

Doctors Without Borders pada Sabtu mengatakan “peningkatan dramatis” dalam kekerasan seksual terjadi antara 19 November dan 27 November 2018.

Saat kejadian sejumlah wanita dan gadis menuju ke lokasi pendistribusian makanan di wilayah Bentiu. Klinik medis Bentiu mengobati 104 korban penyerangan seksual dalam 10 bulan pertama tahun ini.

Kekerasan seksual telah meluas akibat perang saudara di Sudan Selatan. Bahkan pemberlakuan kesepakatan perdamaian baru-baru ini, pegiat kemanusiaan telah memperingatkan maraknya kekerasan seksual. Ditambah semakin banyak warga yang putus asa mencoba mencari bantuan.

Seorang bidan dari Doctors Without Borders yang merawat beberapa orang selamat mengatakan, korban yang ditargetkan termasuk wanita dan anak perempuan yang hamil, lanjut usia dan termuda berusia 10 tahun.

“Apa yang terjadi sejak minggu lalu tidak bisa dilukiskan. Saya belum mendapatkan kata-kata untuk itu, ”kata Ruth Okello kepada The Associated Press.

Pakaian dan sepatu milik wanita-wanita tersebut dirampok. Bahkan kartu jatah mereka untuk distribusi makanan disita dan dihancurkan.

Kepala misi PBB, David Shearer, mengatakan serangan “menjijikkan” dilakukan oleh orang-orang muda dengan seragam militer dan pakaian sipil.

AS telah meningkatkan patroli di daerah tersebut dan meluncurkan penyelidikan. AS mendesak pihak berwenang setempat untuk memintai pertanggungjawaban dari penyerang.

Pemerintah Sudan Selatan tak segera tersedia berkomentar atas kasus ini .

Badan internasional yang ditugasi memantau pelaksanaan perjanjian perdamaian mengatakan, Sabtu, telah membuka penyelidikan terhadap laporan-laporan terkait.

Program Pangan Dunia PBB mengatakan bahwa ketika ada distribusi yang sedang berlangsung di Bentiu bagi orang-orang yang terlantar, para wanita dan anak perempuan tidak akan menerima bantuan makanan sampai minggu berikutnya.

WFP mengatakan pihaknya sedang menyelidiki apakah dapat memindahkan lokasi pendistribusian lebih dekat ke komunitas di daerah tersebut.

Sebuah laporan baru dari panel ahli PBB yang memantau sanksi di Sudan Selatan mengatakan pihaknya tetap “sangat prihatin” tentang berlanjutnya tingkat kekerasan seksual terkait konflik, meskipun perjanjian damai ditandatangani pada September lalu. (asr)

Oleh Sam Mednick/The Associated Press