Kanada Minta Tiongkok Membebaskan Schellenberger dari Hukuman Mati

oleh Zhang Ting

Robert Schellenberg, warga negara Kanada yang dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Tiongkok terus menjadi perhatian pemerintah Kanada.

Perdana Menteri Kanada Trudeau mengutuk Komunis Tiongkok yang sewenang-wenang dalam penegakan hukum.

Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland mengatakan bahwa hukuman itu tidak manusiawi dan tidak pantas, meminta pemerintah Tiongkok untuk membebaskan Robert Schellenberg dari hukuman mati. Para ahli menyebut Tiongkok sedang memainkan ‘Politik Sandera’.

Pengadilan negeri Tiongkok pada Senin (14 Januari) menjatuhkan hukuman mati kepada warga Kanada berusia 36 tahun yang bernama Robert Schellenberg, karena menyelundupkan narkoba.

Hukuman ini telah meningkatkan sengketa diplomatik antara Kanada dengan Tiongkok sejak bulan lalu.

Tindakan Beijing mendorong Ottawa untuk memperingatkan warga Kanada bahwa ada risiko “penegakan hukum sewenang-wenang” di Tiongkok.

Perdana Menteri Kanada Trudeau mengatakan bahwa komunis Tiongkok memilih untuk secara sewenang-wenang menerapkan hukuman mati dalam kasus ini, dan sasarannya adalah warga negara Kanada, Hal tersebut sangat memprihatinkan bagi Kanada dan sekutunya.

Pada Selasa (15/01/2019), pemerintah Kanada mendesak Beijing untuk membebaskan Schellenberger dari hukuman mati. Menteri Luar Negeri Chrystia Freeland mengatakan kepada wartawan di Sainte-Hyacinthe, Quebec bahwa Kanada telah berbicara dengan duta besar Tiongkok untuk Kanada dan meminta pengampunan (hukuman mati Sherenberger).

Chrystia Freeland percaya bahwa hukuman mati yang dijatuhkan oleh pengadilan Tiongkok itu tidak manusiawi dan tidak pantas.

Ahli : Komunis Tiongkok sedang memainkan ‘Politik Sandera’

Persidangan ulang pengadilan Tiongkok terhadap kasus Schellenberg bahkan merubah hukuman kepada Schellenberg dari 15 tahun penjara sebelumnya menjadi hukuman mati. Hal tersebut memicu kecaman luas terhadap kasus tersebut.

Schellenberg dituduh menyelundupkan 222 kilogram sabu-sabu. Pada tahun 2016, ia dijatuhi hukuman 15 tahun penjara oleh pengadilan tingkat menengah antara Dalian karena menyelundupkan obat-obatan terlarang. Schellenberg menolak untuk menerima banding.

Selanjutnya, Pengadilan Tinggi Liaoning mengajukan kasus tersebut dan secara terbuka mendengarkannya pada 29 Desember 2018.

Penuntutan di pengadilan saat itu menghadirkan bukti yang mengarah ke pengadilan tingkat pertama telah menjatuhkan hukuman yang lebih ringan kepada Schellenberg. Setelah itu pengadilan tinggi memutuskan untuk diadakan pengadilan ulang.

16 hari kemudian (14 Januari 2019), pengadilan tingkat pertama mengeluarkan putusan pengadilan ulang dan menjatuhkan hukuman mati pada Scherenberg.

Pengacara Schellenberger, Zhang Dongshuo mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Reuters pada hari Selasa bahwa undang-undang Tiongkok menetapkan bahwa hanya bukti baru yang dapat ditemukan dan diperiksa ulang selama periode banding, itu yang dapat menambah hukuman, tetapi bukti baru yang disajikan oleh penuntut bukanlah fakta baru.

Bukti tersebut sudah diserahkan sebelumnya. Sekalipun pengadilan menerima semua tuntutan, pengadilan seharusnya tidak menambah hukuman kepada Schellenberger.

Pengacara Zhang Dongshuo mengatakan bahwa Schellenberger akan mengajukan banding, dan pembelaan Schellenberger akan fokus pada bukti yang tidak cukup untuk menuduhnya  bergabung dengan kelompok penyelundup narkoba atau berpartisipasi dalam penyelundupan sabu-sabu.

Media ‘South China Morning Post’ memberitakan bahwa waktu dan kecepatan pengadilan dalam memutus perkara Schellenberg dan “bukti baru” yang digunakan oleh mereka telah menimbulkan pertanyaan dari para pengamat.

Kenneth Roth, direktur eksekutif Human Rights Watch mengatakan bahwa komunis Tiongkok sedang memainkan “Politik Sandera”.

Pengamat percaya bahwa putusan ini adalah pembalasan terbaru dari komunis Tiongkok untuk kasus Huawei.

Pada awal bulan lalu, atas permintaan pemerintah AS, Kanada menangkap Meng Wanzhou, kepala keuangan Huawei yang kemudian memicu konflik antara Ottawa dengan Beijing. Amerika Serikat meminta ekstradisi Meng Wanzhou akibat dugaan pelanggaran Huawei terhadap sanksi Iran.

Setelah penangkapan Meng Wanzhou di Kanada, Tiongkok mengancam pemerintah Kanada untuk membebaskan Meng. “Jika tidak, Kanada akan memiliki konsekuensi serius”. Tetapi Kanada mengatakan bahwa pemerintah tidak dapat mengganggu proses peradilan.

Komunis Tiongkok segera menangkap Michael Kovrig yang mantan diplomat Kanada dan anggota International Crisis Group, juga pengusaha Kanada Michael Spavor. Alasannya adalah bahwa keduanya dicurigai membahayakan keamanan nasional. Kanada telah berulang kali meminta pemerintah Tiongkok untuk segera membebaskan kedua pria itu.

Julian Ku, seorang profesor di Fakultas Hukum Universitas Hofstra kepada Canadian Broadcasting Corporation (CBC) mengatakan bahwa penangkapan Michael Kovrig dan Michael Spavor adalah sewenang-wenang. Hingga saat ini masih belum jelas kesalahan apa yang mereka tuduhkan. Tiongkok tidak mengeluarkan bukti nyata, bahkan uraian bukti pun belum ada.

Menanggapi putusan terbaru kasus Schellenberg, profesor hukum Universitas George Washington dan pakar hukum Tiongkok Donald Clarke mengatakan bahwa kasus Schellenberg telah memperkuat pesan yang dirilis oleh otoritas Tiongkok terhadap penahanan dua orang Kanada lainnya, yaitu, komunis Tiongkok percaya bahwa sandera dapat difungsikan sebagai bentuk diplomasi yang dapat diterima. (Sin/asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=Z2XD_O0MbKU