Akankah Trump ‘Angkat Kaki’ di Tengah Jalan Negosiasi Perdagangan dengan Tiongkok ?

oleh Xia Xiaoqiang-Epochtimes.com

Epochtimes.id- KTT Trump – Kim Jong-un di Hanoi, Vietnam pada 28 Pebruari berakhir dengan tanpa hasil. Dalam konferensi pers berikutnya, Trump telah menyinggung soal perundingan perdagangan antara Amerika Serikan dengan Tiongkok dan rencana pertemuannya dengan Xi Jinping di Mar-a-Lago yang mungkin diadakan pada bulan Maret ini.

Dengan mengambil contoh pertemuannya dengan Kim Jong-un di Hanoi, Trump mengatakan : “Berbicara tentang Tiongkok, kami sedang melakukan sesuatu yang istimewa. Anda semua akan melihat bahwa kami selalu siap untuk meninggalkan tempat di tengah jalan perundingan. Saya tidak pernah takut untuk meninggalkan tempat di tengah perundingan. Begitu pula dalam perundingan dengan Tiongkok, bilamana pembicaraan menemui jalan buntu.”

Negosiasi yang gagal di KTT AS-Korut dan pernyataan “angkat kaki” Trump telah membawa perubahan pada hasil negosiasi perdagangan AS – Tiongkok di masa depan, sama seperti air dingin yang dituangkan ke kepala mereka yang optimis bahwa negosiasi perdagangan memiliki harapan berhasil.

Pada 27 Pebruari, dalam sidang dengar pendapat di Kongres AS, Perwakilan Dagang Robert Lighthizer mengatakan bahwa perjanjian perdagangan yang dicapai antara AS dan Tiongkok pasti akan mencakup mekanisme penegakan hukum yang kuat, bukan hanya Tiongkok membeli lebih banyak komoditas AS.

Lalu, dalam pertemuan Presiden Trump dengan Xi Jinping di waktu mendatang, mungkinkah Trump meninggalkan tempat di tengah jalan perundingan ?

Dalam konferensi pers pada 28 Pebruari, Trump mengomentari peran yang dimainkan oleh Tiongkok dalam KTT AS-Korut : “Tiongkok telah memberikan bantuan besar, lebih besar daripada yang diketahui kebanyakan orang. Di perbatasan, seperti yang Anda tahu, 93% dari bahan yang masuk ke Korea Utara melewati Tiongkok.”

“Jadi ada banyak kekuatan di sini. Pada saat yang sama, saya percaya – saya pikir begitu, Korea Utara membuat keputusan sendiri. Mereka tidak mematuhi siapa pun untuk memberi perintah. Dia adalah orang yang kuat. Mereka dapat melakukan hal-hal yang sangat menakjubkan. Namun, 93% dari barang masih datang dari Tiongkok. Tiongkok memiliki pengaruh yang tidak kecil dan Tiongkok telah memberikan bantuan yang sangat berarti.”

Dapat dilihat bahwa ucapan Trump mengandung arti yang tersembunyi : Korea Utara ingin membuat keputusan sendiri tentang masalah utama mereka yang menyangkut penanggalan senjata nuklir, tetapi masih harus mempertimbangkan pengaruhnya dengan komunis Tiongkok.

Kim Jong-un tidak naik pesawat terbang tetapi dengan kereta api menuju Hanoi yang berjarak sekitar 4.000 km, melintasi daratan Tiongkok. Bukan hanya karena alasan keamanan semata, tetapi ketika melintasi perbatasan, mungkin saja secara diam-diam bertemu dengan  pejabat komunis Tiongkok dalam kereta, menerima “wejangan” untuk pulangnya nanti membawa barang-barang yang dibutuhkan Pyongyang.

Sampai pada batas tertentu, KTT kedua Trump – Kim dapat dipandang sebagai pos terdepan bagi komunis Tiongkok untuk menjajaki peran yang dimainkan Trump. Namun “angkat kaki’ Trump di tengah perundingan dapat dinilai sebagai tindakan peringatan dan kejutan bagi komunis Tiongkok.

Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross pada 1 Maret mengatakan bahwa, pemerintahan Trump berharap Tiongkok mau menyetujui untuk membentuk mekanisme hukuman sepihak yang  memungkinkan penerapan hukuman sepihak terhadap pihak lain yang melanggar komitmen perdagangan.

Gedung Putih dan pejabat pemerintah telah berulang kali mengatakan bahwa perjanjian perdagangan apa pun antara Tiongkok dengan Amerika Serikat harus mencakup mekanisme penegakan hukum yang kuat. Ini adalah konten terbaru dari negosiasi perdagangan antar kedua negara yang sedang berlangsung.

Semua informasi tersebut telah melepas pesan yang jelas kepada Tiongkok bahwa, hanya bila Tiongkok berkomitmen untuk membuat konsesi substansial, barulah kesepakatan dengan AS bisa tercapai.

Jadi, maukah Tiongkok berkomitmen untuk mengalah ?

Alasan yang lebih dimungkinkan adalah : Tiongkok yang sedang dihimpit oleh masalah internal dan eksternal, sangat membutuhkan kesepakatan untuk meredakan konflik perdagangan dan menurunkan suhu krisis politik yang diakibatkannya. Oleh karena itu, Tiongkok mungkin saja mengambil pendekatan yang dilakukan Kim Jong-un dengan cara “menunda-nunda demi perubahan”, untuk sementara waktu menunda penandatanganan perjanjian, meringankan krisis nyata yang disebabkan oleh kenaikan tarif, dan mencari peluang untuk mengingkari komitmennya dalam pelaksanaan perjanjian di masa depan.

Jika demikian, “pergulatan” antara AS dengan Tiongkok akan terletak pada bagaimana mengimplementasikan perjanjian tersebut.

Konflik perdagangan Tiongkok-AS akan memasuki periode konfrontasi yang relatif panjang waktunya. (Sin/asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=YFI5lluIbzs