Boikot Produk Tiongkok Menggema di India, Digaungkan Pejabat Hingga Warga Sipil

Nicole Hao

Politisi dan warga India menyerukan untuk memboikot produk-produk buatan Tiongkok. Itu setelah 20 tentara India tewas dalam bentrokan dengan tentara Komunis Tiongkok di daerah perbatasan yang disengketakan.

Menteri untuk urusan konsumen, makanan, dan distribusi publik India, Ram Vilas Paswan mengimbau masyarakat India untuk tidak membeli produk apa pun dari Tiongkok. Ia mengarahkan pejabat di kementeriannya untuk berhenti membeli alat tulis “buatan Tiongkok” dan barang-barang administrasi lainnya.

“Saya ingin memohon kepada semua orang soal cara Tiongkok berperilaku, kami memboikot semua produk Tiongkok, Kami harus memberikan kepada mereka balasan yang kuat untuk serangan barbar mereka,” kata Paswan pada konferensi pers 18 Juni 2020.

Menteri keadilan sosial dan pemberdayaan India, Ramdas Bandu Athawale juga menyerukan untuk memboikot produk-produk Tiongkok.

“Tiongkok adalah negara penipu. India harus memboikot semua produk dari Tiongkok. Makanan dan restoran Tiongkok harus ditutup di India,” tulis Athawale memposting di Twitter pada 17 Juni.

Perlawanan Level Pemerintahan

Pemerintah India juga mengambil tindakan untuk melarang produk teknologi Tiongkok.

Media lokal New Delhi Televisi melaporkan pada 19 Juni 2020, bahwa departemen telekomunikasi India meminta perusahaan telekomunikasi milik negara Bharat Sanchar Nigam (BSNL) dan Mahanagar Telephone Nigam (MTNL) untuk menghindari peralatan telekomunikasi Tiongkok dalam peningkatan jaringan 4G mereka. India masih belum memiliki jaringan 5G.

Computerworld mengutip pernyataan pemasok peralatan pada 29 April yang menyebutkan India mungkin memiliki jaringan 5G pertamanya pada akhir tahun 2021.

Tidak jelas seberapa besar BSNL dan MTNL bergantung pada peralatan telekomunikasi dari pemasok Tiongkok. Akan tetapi perusahaan telekomunikasi Huawei dan ZTE, sudah membuat terobosan signifikan di pasar India.

Huawei memiliki lebih dari 4.000 karyawan di India, menurut profil Linkedin perusahaan. Perusahaan itu menerima izin dari pemerintah India pada Desember 2019 untuk bekerja sama dengan operator telekomunikasi swasta Airtel dan Vodafone Idea untuk uji coba komersial 5G.

Pada 18 Juni 2020, media India, mengutip pernyataan para pejabat, melaporkan bahwa pemerintah New Delhi berencana untuk menaikkan tarif impor sekitar 300 produk Tiongkok sebagai pembalasan atas bentrokan mematikan di wilayah Ladakh.

Menurut Kementerian Perdagangan Komunis Tiongkok, Tiongkok mengekspor barang-barang bernilai $ 68,37 miliar ke India pada tahun 2019, sementara India mengekspor barang-barang bernilai $ 17,13 miliar ke Tiongkok, yang berarti defisit perdagangan mencapai $ 51,24 miliar.

Perlawanan level Sipil

Pada 16 Juni 2020, sebuah organisasi politik dan budaya yang berafiliasi dengan partai sayap kiri India, Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS) mendesak pemerintah pusat untuk melarang perusahaan-perusahaan Tiongkok  berpartisipasi dalam kontrak pemerintah.

Organisasi itu, yang disebut Swadeshi Jagaran Manch, juga meminta masyarakat India untuk berhenti menggunakan produk-produk Tiongkok.

Warga setempat segera menanggapi seruan tersebut. Sejak 17 Juni 2020, rakyat India berkumpul di jalanan untuk membakar bendera bintang lima Partai Komunis Tiongkok dan foto-foto pemimpin Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping. Sejumlah warga membawa TV dan komputer buatan Tiongkok dan menghancurkannya.

The Confederation of All India Traders  (CAIT), sebuah organisasi yang terdiri dari 60 juta pedagang di 40.000 afiliasi di negara itu, memulai kampanye baru, “Produk India – Kebanggaan Kami” pada 17 Juni.

Organisasi ini mendorong lebih banyak produksi dalam negeri di India untuk mengurangi ketergantungan negara pada produk impor Tiongkok.

CAIT mengatakan kepada media lokal bahwa organisasi tersebut sudah mendaftarkan sekitar 3.000 jenis produk dalam 500 kategori, sebagai fokus untuk beralih ke manufaktur India pada Desember 2021.

Produk-produk ini termasuk mainan, kain, tas, koper, produk dapur, furnitur, perangkat keras, elektronik, kosmetik, jam tangan, perhiasan, alat tulis, kertas, suku cadang mobil, dan sebagainya.

India setiap tahun mengimpor barang-barang dari Tiongkok senilai $ 13 miliar.

Kehormatan untuk Korban

Pada 18 Juni 2020, India mengorganisir pemakaman bagi tentara yang tewas di kota asal mereka.

Reuters melaporkan bahwa tentara India menggunakan truk militer yang dihiasi bunga-bunga untuk membawa jenazah Kolonel B. Santosh Babu ke kota asalnya di Suryapet di India selatan.

Ketika jenazah tiba, penduduk setempat meneriakkan yel-yel “Kemenangan bagi pertiwi India” untuk menunjukkan rasa hormat mereka.

Penyambutan serupa terjadi di kota-kota lain di mana pemakaman untuk tentara digelar.

Sejauh ini, rezim Komunis Tiongkok menolak merilis jumlah korban di pihak tentara Komunis Tiongkok dalam bentrokan.

Media yang dikelola pemerintah mengonfirmasi adanya kematian di pihak Tiongkok.

Sedangkan Surat kabar yang berbasis di Hong Kong, South China Morning Post mengutip sebuah sumber anonim yang dekat dengan tentara Komunis Tiongkok pada 17 Juni 2020 mengatakan, jumlah korban militer harus disetujui oleh Xi Jinping sebelum dirilis. (asr)

FOTO : Para pendukung partai kongres India meninggalkan barang-barang Tiongkok di atas bendera yang memperlihatkan Tiongkok, bersama dengan tulisan bertuliskan ‘Boikot Made In China,’ selama demonstrasi anti-Komunis Tiongkok di Kolkata, India pada 18 Juni 2020. (DIBYANGSHU SARKAR / AFP via Getty Images)