Bagaimana Komunis Tiongkok Merekrut Agen Mata-Mata untuk Mencuri Rahasia Pesawat Tempur F-35

Epochtimes, oleh Song Tang- Kementerian Kehakiman Amerika Serikat pada 24 Juli 2020 lalu, mengumumkan bahwa seorang Tionghoa warga Singapura bernama Jun Wei Yeo atau Dickson Yeo mengaku terlibat dalam pengumpulan intelijen rahasia untuk komunis Tiongkok. 

Dickson Yeo  berhasil merekrut seorang warga sipil dari Angkatan Udara Amerika Serikat yang terlibat dalam proyek pesawat tempur F-35, seorang pejabat Kementerian Luar Negeri, dan seorang perwira Pentagon untuk memberikan informasi intelijen. 

Michael Sherwin, Penjabat Pejabat Amerika Serikat untuk Distrik Columbia mengatakan : “Kasus ini sekali lagi menyoroti bagaimana departemen intelijen (Partai Komunis Tiongkok) beroperasi di halaman belakang kita, dan bagaimana menargetkan kekayaan intelektual dan rahasia pertahanan kita.”

Dalam buku tentang pernyataan kejahatan yang diterbitkan oleh Kementerian Kehakiman Amerika Serikat, terinci bagaimana Dickson Yeo direkrut oleh agen intelijen komunis Tiongkok. Juga bagaimana menggunakan perusahaan konsultan palsu dan LinkedIn untuk mengembangkan informan, dan bagaimana cara diam-diam menghubungi personel intelijen komunis Tiongkok.

Direkrut sebagai mata-mata komunis Tiongkok setelah berpidato di Beijing

Dickson Yeo adalah warga etnis Tionghoa Singapura yang pada awal 2015 sudah mulai bekerja sama dengan agen mata-mata komunis Tiongkok. 

Pada saat itu, Dickson sedang belajar untuk mendapatkan gelar doktor dalam kebijakan publik di National University of Singapore. Ketika ia pergi ke Beijing dan memberikan pidato tentang situasi di Asia Tenggara, Dickson direkrut oleh orang-orang yang mengaku sebagai anggota wadah pemikir Tiongkok yang bersedia memberi dana kepadanya dengan imbalan laporan dan informasi politik. Dickson mengetahui bahwa setidaknya 4 orang dari mereka adalah personel intelijen pemerintah Tiongkok.

Salah seorang intelijen itu kemudian meminta Dickson untuk menandatangani kontrak dengan militer komunis Tiongkok. Akan tetapi ditolaknya, kecuali dengan janji lisan bersedia terus bekerja sama dengan personel intelijen komunis Tiongkok lainnya.

Para personel intelijen meminta Dickson untuk memberikan mereka informasi tentang situasi politik internasional, ekonomi, dan diplomasi, tetapi yang tidak dipublikasikan secara umum., yaitu informasi yang disebut scuttlebutt atau rumor. 

Pada awalnya, fokus misinya adalah isu-isu di Asia Tenggara, seiring berjalannya waktu, fokus misi bergeser ke Amerika Serikat. Meskipun personel intelijen komunis Tiongkok ini menggunakan nama palsu dalam berinteraksi dengan Dickson, tetapi mereka tidak menyangkal memiliki hubungan dengan pemerintah Tiongkok. 

Salah seorang dari mereka memberitahu Dickson bahwa ia dan bosnya bekerja untuk departemen intelijen utama komunis Tiongkok.

Pada suatu kali perjalanan ke daratan Tiongkok, Dickson bertemu dengan agen intelijen dan kedua orang rekannya di kamar hotel. Selama pertemuan ini, personel intelijen komunis Tiongkok tersebut memberi Dickson akses masuk ke jalur informasi non-publik yang berkaitan dengan bisnis, intelijen buatan Amerika Serikat, dan perang dagang Tiongkok dengan Amerika Serikat.

Dickson Yeo bertemu dengan personel intelijen komunis Tiongkok ini di berbagai bagian Tiongkok, dan menghubungi salah satu dari mereka sekitar 19-20 kali, dan yang lainnya sekitar 25 kali. 

Ketika Dickson pergi ke Tiongkok untuk bertemu orang-orang itu, ia sering dibawa langsung ke sebuah ruang terpisah sehingga tanpa melewati loket imigrasi. Dickson kemudian bertanya mengapa demikian, jawabannya adalah mereka ingin menyembunyikan identitas Dickson ketika memasuki Tiongkok.

Dickson sering menerima tugas yang persis sama dari para personel intelijen komunis Tiongkok yang berbeda. Hal ini membuatnya berspekulasi bahwa mungkin ada sebuah agen pusat di Beijing yang bertanggung jawab mendistribusikan tugas-tugas kepada para agen intelijen di bawahnya.

Keterangan foto: Selama beberapa dekade, komunis Tiongkok tidak berhenti menghasut orang Amerika untuk bertindak sebagai mata-mata bagi komunis Tiongkok, tetapi di era digital, format permainan komunis Tiongkok untuk merekrut orang asing sebagai mata-matanya telah berubah dan menjadi semakin parah. (Johannes Eisele/AFP/Getty Images)

Mendirikan perusahaan konsultan palsu, menggunakan Linkedln untuk mencari mangsa

Untuk menyelesaikan tugasnya, Dickson menggunakan internet dan media sosial untuk menemukan dan merekrut warga negara Amerika yang dapat memberinya informasi. Sekitar tahun 2018, seorang perwira intelijen komunis Tiongkok memberi arahan agar Dickson mendirikan perusahaan konsultan palsu dan memposting informasi rekrutmen di situs pencarian kerja.

Dickson melakukan seperti petunjuk yang diberikan. Perusahaan konsultan palsu memilikinya diberi nama yang sama dengan perusahaan konsultan terkenal yang terlibat dalam hubungan publik dan pemerintah di Amerika Serikat.

Kepada badan penegak hukum Amerika Serikat, Dickson mengatakan bahwa dari perusahaan palsu itu ia kemudian menerima lebih dari 400 resume dari pelamar. 

90% dari resume itu berasal dari militer Amerika Serikat dan personel pemerintah dengan izin keamanan. Ketika Dickson menganggap beberapa resume itu cukup menarik, maka Dickson akan mengirimkannya kepada personel intelijen komunis Tiongkok.

Dickson juga memanfaatkan situs web karier terkenal ‘LinkedIn’ untuk mencari resume pribadi dan profesional yang mungkin memiliki akses ke informasi non-publik yang berharga. Setelah Dickson menghubungi target potensial di LinkedIn, LinkedIn mulai merekomendasikan kumpulan kontak potensial lainnya. 

Menurut Dickson, algoritma situs web tidak terputus. Dickson hampir setiap hari akan buka akunnya di LinkedIn untuk melihat kumpulan kontak baru yang direkomendasikan kepadanya oleh algoritma situs web tersebut. Dickson mengaku dirinya sampai nyaris kecanduan.

Setelah Dickson mengidentifikasi target potensial secara online, ia mulai bekerja keras untuk merekrut mereka agar dapat memberikan informasi dan menulis laporan. Dickson menerima panduan tentang cara merekrut target potensial dari personel intelijen komunis Tiongkok. 

Termasuk menanyakan apakah mereka tidak puas dengan pekerjaan yang ditawarkan, apakah mereka memiliki kesulitan keuangan, apakah mereka memiliki tanggungan anak, dan bagaimana hubungan dengan Dickson harmonis atau tidak dan seterusnya.

Keterangan foto: Dickson juga memanfaatkan situs web karier terkenal ‘LinkedIn’ untuk mencari resume pribadi dan profesional yang mungkin memiliki akses ke informasi non-publik yang berharga. (Carl Court/Getty Images)

Berhasil merekrut beberapa warga Amerika Serikat yang terlibat dalam teknologi F-35B

Dickson berhasil merekrut beberapa warga Amerika untuk memberinya informasi. Sekitar tahun 2015, Dickson memanfaatkan LinkedIn untuk menemukan dan menghubungi “Orang Amerika No. 1” warga sipil di Angkatan Udara Amerika Serikat yang berpartisipasi dalam program pesawat tempur F-35B dan memiliki lisensi keamanan tingkat tinggi.

“Orang Amerika No. 1” tersebut mengungkapkan kepada Dickson bahwa ia dalam kesulitan keuangan. Dickson berhasil merekrut “Orang Amerika No. 1” itu untuk menulis laporan kepadanya. 

Selain itu, “Orang Amerika No. 1” juga mengungkapkan kepada Dickson bahwa Jepang ingin membeli pesawat tempur F-35 dari Amerika Serikat. Dickson lalu menyusun laporan mengenai hal ini untuk dikirimkan kepada satu atau lebih personel intelijen komunis Tiongkok.

Sedangkan “Orang Amerika No. 2” mengirim resumenya ke perusahaan konsultan palsu Dickson. Setelah itu, Dickson menghubungi “Orang Amerika No. 2” melalui media sosial. 

“Orang American No. 2” tersebut ternyata adalah seorang perwira Angkatan Darat Amerika Serikat yang ditugaskan untuk bekerja di Pentagon. 

Belakangan, Dickson melakukan banyak pertemuan dengan “Orang Amerika No. 2” di Amerika Serikat dan menjalin hubungan yang baik. Kepada Dickson “Orang Amerika 2” mengatakan bahwa karir militernya di Afghanistan telah menimbulkan banyak trauma mental terhadap dirinya.

Dickson meminta “Orang Amerika No. 2” itu menulis laporan untuk Korea Selatan dan klien Asia lainnya. Akan tetapi tidak diungkapkan kepada “Orang Amerika No. 2” bahwa laporan itu akan diserahkan kepada pemerintah asing. 

Di bawah instruksi Dickson “Orang Amerika No. 2” ini menulis sebuah laporan tentang bagaimana penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan akan mempengaruhi Partai Komunis Tiongkok. Dickson kemudian membayar lebih dari USD. 2.000 atas penulisan laporan itu.

Dickson tidak langsung memberikan uang tersebut kepada yang bersangkutan tetapi mentransfernya ke rekening bank istri “Orang Amerika No. 2”.

Antara tahun 2018 – 2019, Dickson Yeo menemukan “Orang Amerika No. 3” melalui situs jejaring sosial profesional. “Orang Amerika No. 3” ini pada waktu itu dipekerjakan oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat.

Kepada Dickson, “Orang Amerika No. 3” ini mengeluh bahwa dirinya tidak puas dengan pekerjaannya dan mengalami kesulitan keuangan. 

Di bawah instruksi Dickson, “Orang Amerika No. 3” menulis laporan tentang anggota kabinet Amerika Serikat yang aktif pada saat itu. “Orang Amerika nomor 3” memberitahu Dickson bahwa ia khawatir jika pejabat Kementerian Luar Negeri mengetahui bahwa dirinya telah memberi informasi intelijen kepada Dickson, itu akan membahayakan pensiunnya. 

Dickson kemudian memberikan sekitar USD. 1.000 atau USD. 2.000 sebagai imbalan penulisan laporannya.

Keterangan foto: Pesawat tempur F-35 (Matt Cardy/Getty Images)

Dickson ditangkap akibat sering berhubungan dengan agen intelijen komunis Tiongkok

Di bawah instruksi dan kendali personel intelijen komunis Tiongkok, Dickson tinggal di wilayah Washington DC. Sejak bulan Januari 2019 hingga Juli 2019, Dickson terus merekrut informan yang menulis laporan.  Dickson sering mengikuti banyak acara dan pidato yang diadakan wadah pemikir di Washington DC, dan berkesempatan untuk menjalin hubungan dengan beberapa orang dari agen lobi dan kontraktor yang bekerja untuk Kementerian Pertahanan Amerika Serikat.

Personel intelijen komunis Tiongkok memberitahu Dickson agar tidak menghubungi mereka ketika dia pergi ke Amerika Serikat karena dikhawatirkan pemerintah Amerika  akan menyadap komunikasi di antara mereka. 

Salah satu personel intelijen komunis Tiongkok menginstruksikan Dickson untuk tidak mengirim email ketika berada di Amerika Serikat atau melalui kedai kopi jika mendesak. 

Personel intelijen lainnya mengarahkan Dickson agar tidak membawa ponsel atau lapoton miliknya ketika melakukan perjalanan di Amerika Serikat. Personel tersebut bahkan memberi Dickson kartu bank agar dapat digunakan membiayai pengeluaran untuk informan lokal Amerika. 

Ketika Dickson berada di luar Amerika Serikat, agen intelijen komunis Tiongkok menghubunginya melalui akun WeChat yang terenkripsi. Dickson diperintahkan untuk menggunakan beberapa ponsel dan mengubah akun WeChat-nya setiap kali ia menghubungi personel intelijen komunis Tiongkok.

Seorang personel intelijen komunis Tiongkok memberitahu Dickson agar merekrut “Orang Amerika No. 2” guna memberikan informasi rahasia. Personel intelijen tersebut mengatakan bahwa jika Dickson mampu mengubah status “Orang American No. 2” menjadi saluran intelijen permanen, maka dirinya bersedia memberi lebih banyak uang kepada Dickson.

Pada bulan November 2019, Dickson kembali ke Amerika Serikat dengan target memperoleh lebih banyak informasi rahasia dari “Orang Amerika No. 2”. Dickson  juga berencana memberitahu “Orang Amerika No. 2” bahwa ia bekerja untuk pemerintah Tiongkok. 

Tetapi ketika Dickson mendarat di bandara, dia ditahan, diinterogasi, dan akhirnya ditangkap. Pada saat itu, Dickson belum sempat meminta informasi rahasia dari “Orang Amerika No. 2”.

Keterangan foto: Pada 24 Juli, Kementerian Kehakiman Amerika Serikat mengumumkan bahwa seorang Tionghoa warga Singapura bernama Jun Wei Yeo mengakui dirinya terlibat dalam pengumpulan intelijen rahasia untuk komunis Tiongkok. (Getty Images) 

sin/rp

Video Rekomendasi