Kasus Virus Terkonfirmasi Melonjak di India dan Filipina, Melbourne Berlakukan Jam Malam

The Associated Press

Lonjakan kasus coronavirus wuhan masih terus berlanjut pada 2 Agustus 2020 di India dan Filipina, yang mencatat angka harian tertinggi sehingga total melampaui 100.000 kasus infeksi. Bersamaan itu, sejumlah pejabat di seluruh dunia mempertimbangkan langkah-langkah yang lebih ketat untuk menanggulangani penyebaran wabah. Sementara itu, jam malam diberlakukan di kota terbesar kedua di Australia, Melbourne. Langkah itu dilakukan menyusul terjadinya lonjakan kasus infeksi.

Negara-negara di dunia termasuk Amerika Serikat, India, dan Afrika Selatan sedang berjibaku untuk mengendalikan penularan virus gelombang pertama di negara-negara itu. Sementara, Korea Selatan dan negara-negara lain di mana virus ini nampak mereda, kini mencoba untuk mencegah terjadinya gelombang kedua saat membatasi perjalanan dan kemudahan perdagangan.

Kini, pemerintah di seluruh dunia melaporkan 684.075 kematian dan 17,8 juta kasus, menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins yang ditulis Associated Press pada 3 Agustus 2020. Terdapat sebanyak 54.735 kasus baru India. Angka ini menurun dari catatan sehari sebelumnya 57.118 kasus, tetapi akumulasi secara total menjadi 1,75 juta kasus di India.

Bulan Juli 2020, menyumbang lebih dari 1,1 juta dari kasus-kasus baru. Kota-kota besar di New Delhi dan Mumbai mungkin telah melewati puncaknya, sebagaimana diungkapkan oleh seorang pakar pemerintah, Randeep Guleria. Dampaknya, Kereta bawah tanah, bioskop, dan fasilitas umum lainnya ditutup hingga 31 Agustus 2020.

Filipina melaporkan 5.032 kasus baru, sehingga totalnya menjadi 103.185, dengan 2.059 angka kematian. Pada 1 Agustus 2020, para pemimpin organisasi medis Filipina mengimbau Presiden Rodrigo Duterte untuk memberlakukan kembali lockdown di ibu kota, Manila.  

Pekerja medis di Filipinan mengatakan, sistem kesehatan dalam bahaya. Pasalnya, ada personel kesehatan yang jatuh sakit atau berhenti karena takut atau kelelahan.

Di Jepang, pemerintah setempat melaporkan 1.540 kasus baru, mendekati rekor 1.579 kasus pada 31 Juli 2020.

Lonjakan kasus  infeksi, kebanyakan dari mereka berusia 20-an dan 30-an. Kasus ini memicu peringatan bahwa orang-orang muda membiarkan imun mereka menurun.

Gubernur Yuriko Koike dari Tokyo, yang memiliki sekitar sepertiga dari infeksi baru, mengatakan ia mungkin mendeklarasikan keadaan darurat untuk mengatasi wabah tersebut.

Di Florida, pihak berwenang berusaha menyiapkan tempat berlindung dari badai sambil menegakkan aturan jarak sosial. Itu ketika Badai Tropis Isaias bergerak menuju negara bagian yang berpenduduk padat itu.

Florida melaporkan sebanyak 179 kematian pada 1 Agustus 2020. Angka itu meningkatkan akumulasi menjadi lebih dari 7.000 kasus. Gubernur Florida mengingatkan terjadinya pemadaman listrik. Ia mengatakan warga harus memiliki persediaan air dan makanan selama seminggu.

Pemimpin gugus tugas coronavirus Gedung Putih Dr. Deborah Birx mengatakan pada 2 Agustus 2020, bahwa virus telah memasuki “fase baru” di AS, dikarenakan menyebar dengan cepat di pedesaan dan perkotaan Amerika.

“Apa yang kami lihat hari ini berbeda dari Maret dan April. Ini luar biasa menyebar secara luas, “kata Birx kepada CNN” State of the Union “ketika dia mendesak warga Amerika untuk mengenakan masker dan memperhatikan jaga jarak. 

Di Australia, Perdana Menteri Daniel Andrews dari negara bagian selatan Victoria, mengumumkan diberlakukannya jam malam pukul 8 malam hingga 5 pagi di Melbourne, sebuah kota berpenduduk 5 juta jiwa.

Sekolah di seluruh negara bagian itu akan kembali kepada belajar dari rumah dan tempat penitipan anak ditutup. Andrews mengatakan, ada tujuh kasus kematian dan 671 kasus baru sejak 1 Agustus 2020.

“Jika kita tidak melakukan perubahan ini, kita tidak akan melewati ini,” kata Andrews. 

Di Asia, pada 2 Agustus, Korea Selatan melaporkan lebih banyak kasus  infeksi tetapi lonjakannya tampaknya berkurang.

Hong Kong melaporkan 125 kasus infeksi terbaru ketika pihak berwenang berusaha menemukan sumber wabah itu. Sedangkan Korea Selatan melaporkan 30 kasus baru, sehingga totalnya menjadi 14.366 dengan 301 kematian. 

Pemerintah memperingatkan jumlah kasus sebelumnya akan meningkat ketika warga Korea Selatan pulang dari Timur Tengah dan tempat-tempat lain dengan wabah.

Pihak berwenang mengatakan, kasus-kasus dari luar negeri kurang mengancam karena kedatangan dikarantina selama dua minggu.

Pada 1 Agustus 2020, pemimpin sebuah gereja rahasia Korea ditangkap dalam penyelidikan apakah kelompok itu menghambat pengendalian anti-virus setelah ribuan umat terinfeksi pada bulan Februari dan Maret lalu.

Pada 1 Agustus 2020, Afrika Selatan melaporkan 10.107 kasus baru, sehingga totalnya mencapai 503.290.Di Eropa, jumlah kasus baru yang dilaporkan di Italia turun di bawah 300 kasus untuk pertama kalinya.

Seorang karyawan di gedung kanselir Austria, dites positif terkena virus. Akan tetapi, ia tak bekerja secara langsung dengan Kanselir Sebastian Kurz, sebagaimana dilaporkan Kantor berita Austria.

Aksi Protes di Berlin

Ribuan warga memprotes pembatasan coronavirus di Jerman pada 1 Agustus 2020. Aksi  di Berlin disebut oleh penyelenggara sebagai “akhir pandemi” —sebuah deklarasi yang muncul ketika pihak berwenang menyuarakan keprihatinan tentang peningkatan lonjakan kasus infeksi baru.

Dengan sedikit menggunakan masker, warga berbaris melalui pusat kota Berlin dari Gerbang Brandenburg. Demonstran yang berasal dari seluruh negeri membawa poster dengan slogan-slogan seperti “Corona, false alarm.” Poster lainnya bertuliskan : “Kami dipaksa untuk memakai moncong.” Demonstran juga membawa poster bertuliskan : “Pertahanan alami, bukan vaksinasi” dan lainnya bertuliskan : “Kami adalah gelombang kedua.”  Mereka juga meneriakkan, “Kami di sini , karena kebebasan kami dirampas.” 

Saat aksi protes digelar, polisi menggunakan pengeras suara untuk memperingatkan kepada peserta agar mematuhi aturan jarak sosial dan mengenakan masker. Akan tetapi tampaknya tak berhasil. Polisi memperkirakan sekitar 17.000 massa berpartisipasi.

Aksi demonstran itu dipisahkan dari para penentang, beberapa di antaranya meneriakkan “Nazi keluar!”

Demonstran melanjutkan aksi protes berikutnya di sebuah bulevar yang melintasi taman Tiergarten di kota itu, yang diperkirakan polisi sekitar 20.000 warga berpartisipasi. Polisi menyatakan ketika acara berakhir, penyelenggara  gagal membuat demonstran mengenakan masker atau menjaga jarak.

Pemerintah Jerman dipuji di seluruh dunia karena pengelolaan pandemi ini. Korban tewas di negara itu — lebih dari 9.150 jiwa dari lebih dari 210.670 kasus virus yang dikonfirmasi pada 1 Agustus 2020.

Pemerintah Jerman kini sudah melonggarkan aturan lockdown sejak akhir April lalu. Akan tetapi, tetap memberlakukan aturan sosial distancing, seperti halnya persyaratan untuk mengenakan masker di transportasi umum dan toko-toko.

Pejabat setempat memperingatkan agar tak berpuas diri, karena jumlah kasus COVID-19 baru-baru ini merangkak naik. Di tengah kekhawatiran tentang penduduk yang membawa infeksi ke rumah dari perjalanan musim panas ke luar negeri. Sejumlah pejabat memperkenalkan tes gratis bagi orang-orang  yang memasuki negara itu.

Pusat pengendalian penyakit nasional Jerman mendaftarkan 955 kasus baru pada 31 Juli 2020, angka yang tinggi menurut standar. (asr)

Keterangan Foto : Seorang petugas keamanan memeriksa suhu tubuh seorang wanita ketika ia memasuki pasar di antara kerumunan orang sebagai langkah pencegahan terhadap penyebaran virus corona COVID-19 di Chennai pada 29 Juli 2020. (Arun Sankar / AFP via Getty Images)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=dLRdofZ4pXg