Komunis Tiongkok Gagal Meluncurkan Satelit Jilin-1 Gaofen 02C

oleh Li Yun

Laporan media corong Partai Komunis Tiongkok menyebutkan bahwa pada 12 September 2020 pukul 13:02 waktu setempat, Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan menggunakan kendaraan roket Kuaizhou-1A untuk mengangkut satelit Jilin-1 Gaofan 02C menuju orbit yang ditetapkan. Namun misi peluncuran gagal akibat terjadi kelainan pada roket. Alasan spesifik sedang dianalisis dan diselidiki lebih lanjut.

Jilin-1 merupakan sistem satelit penginderaan jarak jauh komersial pertama yang dikembangkan oleh para ahli dalam negeri Tiongkok. Media partai mengatakan pada bulan Agustus lalu, bahwa Jilin-1 Gaofen 02C adalah satelit yang memiliki karakteristik resolusi tinggi, lebar besar, bertransmisi data kecepatan tinggi. Dapat digunakan di bidang survei sumber daya alam, pemantauan lingkungan ekologis, konstruksi perkotaan, serta pencegahan dan mitigasi bencana. Juga mampu menyediakan layanan informasi telemetri berkualitas tinggi bagi kepentingan komunis Tiongkok maupun dunia komersial.

Laporan menyebutkan, bahwa para perancang satelit lebih percaya diri dan berjanji untuk meluncurkan lebih banyak satelit demi bangsa dan negara, itu setelah beberapa pejabat tingkat tinggi Partai Komunis Tiongkok datang melakukan inspeksi pada 23 Juli lalu.

Setelah peluncuran satelit Jilin-1 Gaofen 02C gagal dalam peluncuran, para netizen daratan Tiongkok dengan kritis menulis, antara lain :

Bagaimanasih ? Lagi, lagi, lagi gagal !

Hanya teknologi seperti ini saja mau dipakai untuk mengancam Taiwan ?

Bagaimana satelit mengudara tanpa chip yang diproduksi Amerika Serikat !

Teknologi yang diperoleh melalui pencurian, apakah hanya sejauh level ini ?

Sejak awal tahun ini, peluncuran satelit dan roket komunis Tiongkok berulang kali gagal.

Pada 10 Juli, Kuaizhou 11, roket yang merupakan kendaraan pengangkut yang diluncurkan untuk pertama kalinya dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan, kemudian mengalami kegagalan karena  penerbangannya tidak normal.

Kuaizhou 11 adalah kendaraan peluncuran berbahan bakar padat yang dikembangkan oleh China Aerospace Science and Industry Corporation. Ia memiliki diameter 2,2 meter. Merupakan kendaraan peluncuran padat baru dari komunis Tiongkok dengan kapasitas angkut terkuat dan diameter tubuh terbesar. Penerbangan pertama awalnya direncanakan antara akhir tahun 2016 hingga 2017, tetapi kemudian ditunda sampai tahun 2020, dan itu pun berakhir dengan kegagalan dalam penerbangan perdananya.

Pada 16 Juni, satelit jaringan Beidou-3 generasi ketiga terakhir yang semula direncanakan, akan diluncurkan juga terpaksa ditunda karena masalah yang muncul pada roket pembawanya Long March-3B.

Segmen ruang sistem navigasi generasi ketiga dari Satelit Beidou terdiri dari 30 buah satelit. Satelit pertama diluncurkan pada 5 November 2017, dan satelit terakhir dijadwalkan peluncurannya pada 16 Juni.

Pada 5 Mei, roket Long March 5B yang mengangkut kabin kargo dan kapal uji pesawat ruang angkasa berawak generasi baru yang diluncurkan dari Pusat Peluncuran Wenchang, Hainan, gagal kembali ke lokasi pendaratan sebagaimana yang direncanakan semula, dan jatuh di Lautan Atlantik dekat pantai Afrika Barat.

Pada 9 April, komunis Tiongkok dari Pusat Peluncuran Satelit Xichang meluncurkan roket Long March 3B yang membawa satelit PALAPA-N1 Indonesia juga mengalami kegagalan.  Sehingga ketiga puing tabung bahan bakar roket dan puing-puing satelit jatuh kembali ke bumi.

Pada 24 Maret, satelit Venezuela 1 yang dikembangkan oleh komunis Tiongkok yang sudah berada di luar angkasa tiba-tiba tidak bekerja. Satelit tersebut pada tahun 2008 telah ditempatkan di orbit dengan menggunakan roket pembawa Long March-3B, dan umur layanan yang diharapkan adalah 15 tahun. Tetapi 3 tahun sebelum “Jatuh temponya” (tahun 2023), satelit tiba-tiba menyimpang dari orbit dan berhenti beroperasi.

Pada 16 Maret malam, Long March 7 diubah menjadi roket pengangkut berukuran sedang. Saat menjalankan misi penerbangan pertamanya di Situs Peluncuran Luar Angkasa Wenchang, roket diketahui terbang tidak normal setelah lepas landas, sehingga misi peluncuran dianggap gagal.

Mengenai alasan seringnya terjadi ketidakberesan dalam peluncuran luar angkasa komunis Tiongkok, Li Zhengxiu, peneliti rekanan dan pakar militer dari National Policy Research Foundation of Taiwan mengatakan kepada media Taiwan, bahwa pengembangan roket komunis Tiongkok bergantung sekali terhadap chip yang diproduksi Amerika Serikat. Setelah pecahnya perang dagang Tiongkok – AS, Amerika Serikat membatasi ekspor chip ke Tiongkok yang memengaruhi perkembangan teknologi militer komunis Tiongkok, sehingga tingkat kegagalan peluncuran roket mereka melonjak.

Li Zhengxiu mengatakan bahwa, Amerika Serikat memiliki terlalu banyak teknologi-teknologi tinggi utama, tidak mudah bagi komunis Tiongkok untuk mengejar ketinggalan dan sulit pula bagi mereka untuk mengembangkan chip berkualitas tinggi. Jika komunis Tiongkok terus mencoba meluncurkan senjata militer seperti roket, maka mereka akan menghadapi  konsekuensi yang serius. Seperti akurasi peluncuran dan kemampuan dalam mengendalikan, akan berpengaruh di masa depan. (Sin/asr)

https://www.youtube.com/watch?v=Rvd89iP_DTo