Warga Hong Kong Tolak Larangan Aparat, Gelar Protes di 1 Oktober – Hari Peringatan Partai Komunis Tiongkok Mengambilalih Tiongkok

Frank Fang

Setidaknya 86 orang ditangkap oleh aparat di Hong Kong, ketika polisi setempat membubarkan protes yang tersebar pada 1 Oktober 2020, bertepatan dengan peringatan 71 tahun Partai Komunis Tiongkok mengambil alih Tiongkok.

Polisi setempat mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Kamis malam, bahwa sedikitnya 86 orang ditangkap dari lokasi aksi protes di sekitar kota, dengan tuduhan seperti berpartisipasi dalam “pertemuan tidak sah”, “memiliki senjata ofensif,” dan tuduhan lainnya.

Di antara mereka yang ditangkap adalah empat anggota dewan distrik. The Epoch Times edisi Hong Kong mengidentifikasi dua di antaranya bernama Lee Yue-shun dan Fergus Leung.

Distrik Causeway Bay, di mana 74 orang ditangkap, adalah titik awal yang diusulkan dari pawai terencana yang diselenggarakan oleh kelompok pro-demokrasi, Civil Human Rights Front – CHRF. 

Polisi melarang pawai tersebut, dengan alasan bahwa pertemuan massal orang-orang selama pandemi dapat menimbulkan “ancaman besar” bagi kesehatan masyarakat.

Tercatat, Hong Kong memiliki total 5.088 kasus COVID-19 pada 30 September. Kota ini telah mengalami penurunan kasus infeksi yang stabil sejak awal September, mencatat 65 kasus antara tanggal 17 dan 23 September 2020, dan 38 kasus dari 24 hingga 30 September 2020. 

COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Komunis Tiongkok, yang biasa dikenal dengan novel coronavirus.

CHRF awalnya mengatur pawai untuk menyerukan pembebasan 12 warga Hong Kong yang saat ini ditahan di kota Shenzhen, Tiongkok selatan. 

Saat bepergian dengan perahu, mereka dicegat dan ditangkap oleh otoritas Komunis Tiongkok di lepas pantai Provinsi Guangdong Tiongkok selatan. 

Media Hong Kong melaporkan bahwa mereka berlayar ke Taiwan dalam upaya untuk mendapatkan suaka politik di sana.

Aksi kali ini adalah tradisi tahunan bagi warga Hongkong untuk memprotes pemerintahan Beijing pada 1 Oktober, dengan para aktivis mencatat bahwa “hari nasional” Tiongkok bukanlah hari perayaan, tetapi waktu untuk merenungkan peristiwa tragis yang telah terjadi sejak Partai Komunis berkuasa di daratan pada tahun 1949, seperti pembantaian mahasiswa di Lapangan Tiananmen pada tahun 1989.

Pada Kamis pagi 1 Oktober, empat anggota partai Liga Sosial Demokrat lokal berbaris ke Sai Ying Pun memegang spanduk bertuliskan, “Tidak ada perayaan hari nasional, hanya berkabung nasional” dan “Akhiri kediktatoran satu partai.”

Sejumlah besar petugas polisi mulai berkumpul di Causeway Bay sebelum jam 2 siang waktu setempat, yang merupakan waktu mulai yang diusulkan untuk pawai CRHF.

Polisi menggeledah pejalan kaki, mendorong jurnalis yang meliput protes, dan membubarkan massa, sambil berulang kali mengibarkan bendera yang memperingatkan orang-orang bahwa mereka dapat ditangkap karena pertemuan ilegal atau melanggar undang-undang keamanan nasional yang baru diberlakukan.

Hukum keamanan nasional Beijing menghukum kejahatan yang didefinisikan secara samar-samar, seperti pemisahan diri dan subversi dengan hukuman maksimum penjara seumur hidup. 

Undang-undang tersebut mulai berlaku pada tanggal 30 Juni 2020, meskipun ada kekhawatiran internasional bahwa undang-undang tersebut akan menghancurkan kebebasan dasar di Hong Kong.

Terlepas dari banyaknya kehadiran polisi, pengunjuk rasa meneriakkan slogan populer di Hong Kong seperti “Lima Tuntutan, Bukan Kurang Satu,” dan “Bebaskan Hong Kong, Revolusi Waktu Kita.”

Pada 2 Juli 2020, pemerintah Hong Kong melarang slogan protes terakhir, dengan mengatakan itu melanggar undang-undang keamanan karena konotasinya “kemerdekaan Hong Kong,” atau Hong Kong yang terpisah dari daratan Tiongkok.

Hong Kong, bekas koloni Inggris, kembali ke pemerintahan Komunis Tiongkok pada tahun 1997. Beijing berjanji untuk mempertahankan otonomi dan kebebasan kota, tetapi kritikus internasional dan penduduk setempat mengatakan undang-undang keamanan telah mengakhiri kebebasan Hong Kong.

Seseorang yang berpakaian seperti pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, sambil memegang balon berbentuk rudal, muncul di Causeway Bay untuk menunjukkan dukungan kepada pengunjuk rasa. 

Balon tersebut dihiasi dengan selembar kertas yang bertuliskan, “[Expletive] the Communist Party.” 

Kehadirannya mengundang tepuk tangan dari para pengunjuk rasa.

Kamis dini hari 1 Oktober, beberapa pengunjuk rasa mendaki gunung Lion Rock dan menyorotkan lampu dengan pesan protes. Polisi kemudian mulai membatasi orang-orang untuk mengakses daerah tersebut.

Hong Kong sudah menjadi saksi aksi protes terhadap Beijing sejak jutaan orang turun ke jalan pada Juni tahun lalu untuk menentang RUU ekstradisi yang sejak itu dibatalkan. Tetapi pandemi, ditambah dengan ketakutan akan penangkapan berdasarkan undang-undang keamanan, telah mengurangi kehadiran pengunjuk rasa.

Pada 29 September, polisi Hong Kong mengumumkan di halaman Facebook-nya sebanyak 10.022 orang ditangkap dari lokasi protes dari 9 Juni 2019 hingga 15 September tahun ini. 

Di antara mereka yang ditangkap, 2.227 telah didakwa, karena tuduhan kejahatan seperti “kerusuhan” dan “pertemuan ilegal”.

Sekian berita ET News hari ini. Terima kasih telah menonton, dan silakan subscribe channel ini dan bagikan ke teman-teman Anda. Jika Anda memiliki opini, silakan beri komentar di bawah ini. Sampai jumpa. (asr)

Ikuti Frank di Twitter: @HwaiDer

Keterangan Foto : Sekelompok warga Hongkong ditangkap oleh polisi setempat di Causeway Bay, Hong Kong, pada 1 Oktober 2020. (Song Bilung / The Epoch Times)

https://www.youtube.com/watch?v=tQ-6THIBfck