Peringatan Internal Partai kepada Xi Jinping: Jangan Anggap Amerika Serikat Pecundang

oleh Wen Lan

Selama 2 tahun terakhir, serangkaian kesalahan dalam menentukan kebijakan dari pemerintahan Tiongkok pimpinan Xi Jinping telah menyebabkan epidemi mengamuk dari dalam negeri sampai ke dunia, kelesuan ekonomi, kegagalan diplomatik, serta memburuknya hubungan dengan Amerika Serikat. Reputasi Xi Jinping di dalam partai juga menurun tajam. 

Kesalahan-kesalahan yang dibuat pemerintahan Tiongkok, pimpinan  Xi Jinping membuat selain epidemi virus Komunis Tiongkok/ covid 19 berkecamuk dari dalam negeri sampai ke dunia, ekonomi Tiongkok hancur. Juga kegagalan total dalam bidang diplomasi dan hubungan Amerika Serikat  dengan Tiongkok memburuk dengan tajam. Akibatnya Xi Jinping mendapat kritikan dari internal partai. 

Yuan Nansheng, seorang mantan sekretaris Komite Partai Kota Shenzhen baru-baru ini menerbitkan artikel yang berisikan peringatan kepada rezim yang berkuasa. Peringatan itu berbunyi antara lain bahwa dalam konflik Tiongkok dengan Amerika Serikat, Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah membuat kesalahan dengan memilih berhaluan kiri. Sedangkan mantan diplomat komunis Tiongkok itu juga mengingatkan bahwa waspadalah dengan strategi diplomasi serigala perang. Jangan anggap Amerika Serikat adalah pecundang.

Partai Komunis Tiongkok akan mengadakan Sidang Paripurna Kelima Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok ke-19 pada akhir bulan Oktober ini. Dalam kondisi dimana seluruh kebijakan pemerintahan Xi Jinping terbenam dalam budaya “serigala perang” dan beraliran kiri, Yuan Nansheng yang saat ini bekerja di Institut Studi Internasional Tiongkok menerbitkan sebuah artikel yang berbunyi seperti diatas. Tulisan tersebut bermaksud untuk memperingatkan kepada rezim Xi Jinping bahwa jangan mengira saat ini merupakan kesempatan bersejarah bagi Partai Komunis Tiongkok untuk bersaing dengan Amerika Serikat dalam memperebutkan hegemoni.

Artikel analisis tersebut menjelaskan bahwa saat ini Tiongkok sedang menghadapi situasi internasional yang berada di bawah premis memburuknya hubungan diplomatik Tiongkok dengan Amerika Serikat yang tidak mungkin bisa dipulihkan ke situasi yang lalu. Karena itu Tiongkok harus mencegah terjadinya kesalahan penilaian strategis, terutama kesalahan dalam menilai Amerika Serikat. Jangan dikira Amerika Serikat sudah berhasil dijadikan pecundang, dan berpikir bahwa epidemi telah membantu Partai Komunis Tiongkok membuka peluang bersejarah untuk bersaing dengan Amerika Serikat dalam memperebutkan hegemoni.

Artikel juga menyebutkan bahwa hubungan Tiongkok – Amerika Serikat telah memburuk sedemikian rupa. Sedangkan dalam komunikasi diplomatik Partai Komunis Tiongkok mengubah dialog menjadi sumpah serapah, menganggap Amerika Serikat sebagai pecundang. Partai Komunis Tiongkok  dalam berpropaganda menggambarkan seakan-akan dirinya yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, tinggal tunggu waktu untuk menggantikan kedudukan Amerika Serikat. Membangkitkan patriotisme dan menghasut rakyat untuk tidak takut berperang.

Artikel tersebut menyebutkan “Jangan para petinggi Tiongkok menjadi katak dalam tempurung dan dimabukkan oleh apa yang disebut ekonomi terbesar kedua di dunia.”

Faktanya, ketika Aliansi Delapan Negara menyerbu daratan Tiongkok pada tahun 1900, product domestic bruto/ PDB Tiongkok sudah menempati peringkat kedua di dunia. Selama Era Panglima Perang pada tahun 1927, kekayaan Tiongkok berada di peringkat ketiga dunia. Baru turun ke posisi keempat pada tahun 1949 sebelum Republik Tiongkok dijatuhkan oleh  Partai Komunis Tiongkok dan diganti menjadi Republik Rakyat Tiongkok.

Artikel Yuan Nansheng diyakini sebagai seruan yang ditujukan kepada Xi Jinping untuk mengingatkan bahwa diplomasi “serigala perang” yang ia jalankan itu tidak akan berhasil. Sebelum Yuan Nansheng, Li Youwei, mantan Sekretaris Komite Partai Kota Shenzhen juga menerbitkan sebuah artikel yang berjudul ‘Di Mana Jalannya.’ Artikel membahas masa depan Tiongkok dari perspektif ekonomi.

Artikel tersebut antara lain berisi bahwa di bawah latar belakang sentimen publik yang tidak stabil, konflik antara Tiongkok dengan Amerika Serikat, terutama ketidakamanan usaha  swasta, dilema kelangsungan hidup masyarakat dan kemunculan kembali gagasan untuk bermitra antara perusahaan BUMN dengan swasta, kesalahan dalam mengikuti garis aliran kiri adalah ancaman yang paling berbahaya bagi pembangunan Tiongkok.

Artikel juga menyimpulkan bahwa rezim  Partai Komunis Tiongkok telah menyebabkan perusahaan swasta Tiongkok sulit untuk bertahan hidup dan rasa tidak aman. Hal terpenting di saat genting adalah menciptakan suasana yang stabilitas demi menghindari gejolak masyarakat, terutama para pengusaha swasta. Menciptakan suasana agar mereka merasa bahwa keselamatan pribadi dan keamanan properti mereka dijamin oleh undang-undang pemerintah.

Dalam menghadapi konfrontasi dengan Amerika Serikat, beberapa orang mengatakan bahwa Amerika Serikat sedang menunggu  Partai Komunis Tiongkok membuat kesalahan-kesalahan di bawah tekanan eksternal sehingga runtuh dengan sendirinya.

Sejak memasuki tahun 2020,  Partai Komunis Tiongkok telah menyembunyikan fakta tentang epidemi virus Komunis Tiongkok dan menerapkan strategi serigala perang sebagai tanggapan diplomatik. 

Secara berturut-turut telah membuat keputusan yang salah dalam menyelesaikan isu besar seperti Hongkong, Taiwan, Xinjiang, India, dan Laut Tiongkok Selatan. Hal ini telah menyebabkan runtuhnya hubungan Tiongkok dengan Amerika Serikat, juga menarik perhatian internasional. Dan yang lebih parah adalah mengundang Aliansi Internasional untuk mengepung dan menekan  Partai Komunis Tiongkok.

Akibat epidemi di dalam negeri yang belum bisa diatasi, krisis ekonomi bertambah parah. Konflik antara berbagai faksi dalam partai yang sudah terakumulasi dalam jangka waktu lama menjadi semakin meningkat. Gelombang anti-Xi Jinping hingga menggulingkan rezim pun terus terus bergulir, dari masyarakat hingga kaum liberal. Para elit yang tergolong sebagai generasi kedua merah, satu demi satu menyatakan ketidakpuasan terhadap rezim yang dipimpin Xi Jinping. Hal tersebut menunjukkan sebuah konsensus bahwa kepemimpinan  Partai Komunis Tiongkok sudah berada di ujung tanduk. (sin)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=QGisBYjVyuk