Amerika Berpotensi Perang Nuklir dengan Tiongkok dan Rusia

oleh Wu Wei

Komando Strategis Amerika Serikat  adalah departemen yang mengkhususkan diri dalam pengendalian rudal strategis Amerika  dan sistem pertahanan rudal. Komandan dari departemen tersebut, Laksamana Charles Richard  baru-baru ini menyatakan bahwa sementara Amerika Serikat berusaha untuk menahan Rusia dan komunis Tiongkok dari pengembangan senjata nuklir strategis, Amerika Serikat juga harus bersiap untuk menghadapi perang nuklir dengan komunis Tiongkok dan Rusia.

Pada Kamis (4/2/2021)  Laksamana Charles Richard memperingatkan bahwa komunis Tiongkok dan Rusia telah mulai secara aktif menantang norma-norma internasional. Ini merupakan hal yang belum pernah terjadi sejak pecahnya Perang Dingin.

‘Washington Times’ melaporkan bahwa menurut   Richard  kemungkinan konflik regional dengan komunis Tiongkok dan Rusia adalah nyata. Jika komunis Tiongkok dan Rusia menganggap kerugian yang ditimbulkan akibat perang konvensional akan mengancam rezim mereka, maka konflik besar kemungkinannya terjadi dan dengan cepat akan meningkat menjadi sebuah perang nuklir.

 Richard dalam artikelnya yang dirilis majalah ‘US Naval Institute’ pada edisi bulan Februari ini menyebutkan bahwa militer Amerika Serikat harus mengubah asumsi utama dari ‘tidak mungkin menggunakan senjata nuklir’ menjadi ‘sangat mungkin menggunakan senjata nuklir’ dan mengambil tindakan untuk menghadapi kemungkinan ini.

“Kita tidak bisa melihat pencegahan nuklir dengan pandangan lama kita. Tetapi harus menyesuaikan dan mengembangkan dalam menanggapi lingkungan dinamis yang kita hadapi,” tulisnya.

Menurut Richard,  Komando Strategis Amerika Serikat harus membentuk suatu departemen khusus untuk menangani ancaman dari Rusia dan komunis Tiongkok. Pada saat yang sama, harus memahami perbedaan dari kedua pencegah yang berbeda dan memasukkan konsep ini ke dalam pendidikan militer profesional sesegera mungkin.

Richard menambahkan bahwa Moskow dan Beijing dalam beberapa tahun terakhir ini telah berinvestasi secara besar-besaran dalam kemampuan menangkal nuklir, yang bertujuan untuk membatasi dan melawan Amerika Serikat, dan bahkan berkhayal untuk melampaui kemampuan penangkalan nuklir Amerika.

Menurut Richard  Beijing terus bertahan untuk memperkuat cadangan nuklir, hal ini menandakan bahwa komitmen komunis Tiongkok “tidak mendahului penggunaan senjata nuklir,” mungkin saja akan berubah.

Komunis Tiongkok merupakan ancaman strategis

Laksamana Charles Richard menyebutkan bahwa kemampuan penangkalan nuklir Beijing tidak boleh diabaikan. Seperti juga Rusia, komunis Tiongkok telah secara aktif bertindak untuk menantang nilai-nilai demokrasi dan menciptakan tatanan ekonomi global dan lingkungan yang mendukungnya.

Komunis Tiongkok terus menemukan teknologi di hampir setiap bidang. Richard memperingatkan bahwa dalam sistem persenjataan konvensional, komunis Tiongkok terus menginvestasikan banyak sumber daya dalam sistem rudal hipersonik dan canggih, serta meningkatkan kemampuan penangkalan serangan dari antariksa.。

Artikel itu menyebutkan bahwa sistem luar angkasa komunis Tiongkok sekarang memberikan intelijen yang lebih baik tentang sistem komando dan kontrol pasukan militer di seluruh dunia. Mereka juga telah menempatkan sejumlah sistem persenjataan di pulau-pulau yang disengketakan di Laut Tiongkok Selatan.

“Sama seperti orang Rusia, angkatan udara dan angkatan laut komunis Tiongkok juga mengganggu pesawat dan pasukan Amerika Serikat dan sekutunya yang beroperasi di wilayah udara dan perairan internasional,” tulis artikel itu.

Komunis Tiongkok sedang berupaya meningkatkan kemampuan penangkalan senjata nuklirnya. Seiring dengan selesainya pengembangan pesawat pembom berjarak jauh baru dalam waktu dekat, komunis Tiongkok akan segera memiliki 3 macam kemampuan. Kemampuan itu, baik dalam penangkalan maupun penyerangan nuklir, yaitu rudal balistik antar benua berbasis darat dan rudal balistik antar benua yang diluncurkan oleh kapal selam.

Pasukan strategis komunis Tiongkok tidak hanya meningkatkan kemampuan kesiapan tempur mereka, tetapi juga membangun kemampuan peringatan dini, sistem komando dan kontrol yang baru. 

Menurut Richard, jumlah persediaan senjata nuklir komunis Tiongkok juga meningkat mencapai mungkin lebih dari dua kali ukuran yang diperkirakan baru-baru ini.

Jumlah persediaan senjata nuklir komunis Tiongkok diperkirakan akan meningkat 2 kali lipat dalam sepuluh tahun ke depan, dan mungkin saja 3 atau 4 kali lipat.  

Komunis Tiongkok selalu menggunakan tipu muslihat untuk menyembunyikan maksud sebenarnya

Marshall Billingslea, utusan kendali senjata di era pemerintahan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump bersama pejabat lainnya pada awal tahun ini menulis sebuah artikel berjudul “Pembangunan Senjata Nuklir Komunis Tiongkok Seharusnya Membuat Barat Khawatir” yang dipublikasikan ‘Newsweek’. 

Artikel tersebut menyebutkan bahwa pertumbuhan jumlah senjata nuklir komunis Tiongkok merupakan yang paling cepat di dunia, tetapi tidak transparan. Penulis artikel mendesak negara sekutu untuk bersuara, juga mendesak Beijing untuk meningkatkan transparansi.

Rezim Beijing menolak untuk mengungkapkan berapa banyak senjata nuklir yang mereka miliki, berapa banyak senjata nuklir yang akan dikembangkannya, atau bagaimana rencananya untuk menggunakan senjata nuklir.

Kedua pejabat penulis artikel tersebut berpendapat bahwa komunis Tiongkok adalah yang paling tidak transparan di antara 5 anggota tetap Dewan Keamanan PBB.

“Komunis Tiongkok selalu menggunakan tipu daya untuk menyembunyikan maksud sebenarnya. Karena itu mengharuskan kita di Amerika Serikat untuk lebih memperhatikan tindakan daripada kebijakan yang diumumkan rezim Beijing,” tulis Richard.

Lebih jauh Richard menuliskan, “Kecuali jika Kementerian Pertahanan kita dapat memahami dan mengenali apa yang kita hadapi dan apa yang harus kita lakukan. Jika tidak, sangat mungkin kita akan mengembangkan rencana strategis yang tidak tepat karena kita belum menyiapkan strategi yang cukup dalam kemampuan pencegahan untuk mencapai yang diinginkan tujuan strategis.” 

Richard percaya, “Jika kita tidak mengubah strategi kita, maka kita akan mengikuti rutinitas lama untuk menangani konflik yang kita bayangkan, tetapi kita tidak dapat menghadapi potensi perang yang sangat mungkin nyata.”

Kepada ‘Washington Times’ Richard mengatakan : “Kita telah berasumsi bahwa keunggulan kemampuan pencegahan nuklir strategis kita akan tetap dipertahankan hingga masa depan, tetapi dengan perubahan faktor ancaman dan lingkungan, situasi masa depan mungkin tidak sesederhana yang kita bayangkan.”

Richard menilai,” Perlu secara komprehensif memikirkan tentang strategi pencegahan abad ke-21, untuk memastikan bahwa kita memiliki kemampuan untuk menghadapi ancaman strategis yang ditimbulkan oleh faktor lintas regional untuk memastikan keamanan negara kita dan sekutu kita”.

Pengembangan senjata nuklir komunis Tiongkok tidak dibatasi oleh perjanjian transnasional atau internasional

Pada 4 Februari, Amerika Serikat dan Rusia mengumumkan perpanjangnya perjanjian START Baru atau New START  selama lima tahun. New START adalah perjanjian perlucutan senjata nuklir antara Amerika Serikat dan Rusia. 

Kesepakatan telah berhasil mempertahankan batas atas penyebaran yang ditetapkan oleh 2 negara senjata nuklir strategis utama di dunia yang dibuat dalam perjanjian lama.

Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo dan Marshall Billingslea menunjukkan bahwa perjanjian ‘New START’ saat ini membatasi pengembangan jenis senjata tertentu oleh Amerika Serikat dan Rusia. Akan  tetapi memungkinkan komunis Tiongkok untuk terus mengembangkan jenis senjata dengan bebas tanpa ada batasan. 

Mereka menulis : “Setiap pembaruan baru perjanjian ‘New START’ harus melibatkan komunis Tiongkok. Amerika Serikat telah memberikan kontribusinya sendiri untuk mengurangi bahaya nuklir. Sekaranglah waktunya bagi komunis Tiongkok untuk mulai mengambil tanggung jawab.”

Robert Wood, duta besar Amerika Serikat untuk PBB  di Wina juga menyatakan bahwa Amerika Serikat juga meminta Beijing untuk bergabung dalam barisan pengawas senjata nuklir dan mengurangi risiko.

Mantan Presiden Trump pernah menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak akan berusaha memperpanjang perjanjian tersebut, dan dia menyinggung soal Rusia di waktu lalu juga pernah tidak mematuhi perjanjian tersebut.

Mike Pompeo mengatakan dalam sebuah wawancara yang disiarkan di bulan ini  bahwa ketika pemerintahan Biden membujuk Rusia untuk memperpanjang ‘New START’, ia kehilangan pengaruh untuk membujuk Rusia agar menarik masuk komunis Tiongkok ke dalam perjanjian kendali jumlah senjata nuklir.

“Meskipun menurut saya perjanjian senjata itu bagus, tetapi satu kesalahan – pemerintahan Biden –  yang dibuat adalah bahwa akan menjadi hal yang baik jika perjanjian senjata strategis dapat dilaksanakan sepenuhnya, tetapi mereka telah melupakan kekuatan nuklir baru yang paling penting. Komunis Tiongkok sekarang memiliki sistem senjata dan sedang menguji rudal dengan kecepatan yang mengkhawatirkan,” kata Pompeo.

Menurut Pompeo,  orang Rusia juga percaya, bahwa “modal” Rusia untuk membujuk komunis Tiongkok bergabung dalam perjanjian sudah tidak ada lagi.

Sebagai tanggapan atas keprihatinan pemerintahan Biden terhadap cadangan nuklir Beijing, pada Jumat (5/2/2021) komunis Tiongkok berdalih bahwa kekhawatiran Washington itu tidak berdasar. (sin)

Keterangan Foto : Nuklir (Fotolia)