Obat Pereda Demam Dilarang Dijual di Apotek Guangzhou, Vaksin Domestik Tak Bisa Mencegah Infeksi

 Zhang Zhongyuan 

Wabah epidemi di Guangzhou pada 21 Mei 2021, dilaporkan lebih dari 140 kasus yang dikonfirmasi pada gelombang ini. Proporsi pasien sakit parah dan kritis relatif tinggi, dan 80% pasien mengalami demam. Semua obat untuk menghilangkan panas, detoksifikasi, dan penurun demam di semua apotek di Guangzhou tidak boleh dijual. Di antara kasus yang dikonfirmasi di Guangzhou, banyak pasien terinfeksi setelah divaksin dengan buatan domestik. 

Seorang warga Tiongkok dengan nama samaran Yang Jin mengungkapkan tentang pelarangan penjualan obat pereda demam. Ia membuka apotek lokal di Guangzhou. Kepada reporter The Epoch Times, warga itu menuturkan, sekarang Food and Drug Administration memiliki persyaratan ketat di apotek. Sedangkan pelanggan harus memindai kode saat memasuki toko. Jika memiliki kode merah dan kuning, maka tidak boleh masuk toko. Hanya yang memiliki kode hijau bisa masuk ke toko.  

Selain itu, pengawasan obat-obatan semakin diperketat, seperti terhadap obat sakit kepala untuk menghilangkan rasa sakit, parasetamol, penurun panas dan detoksifikasi, atau apa pun yang memiliki kaitan efek penurun demam. 

Yang Jin membeberkan, kini ada banyak kasus orang tanpa gejala di Guangzhou. Mereka tak demam dan tidak dapat terdeteksi sama sekali. Oleh karena itu, Food and Drug Administration (FDA) setempat, sangat ketat dan memberi tahu semua obat yang berhubungan dengan demam harus diturunkan dari rak. Dilarang menjualnya. Sedangkan alkohol masih dijual. Akan tetapi, masker N95 sudah lama habis. Masker yang dikemas secara individual untuk perawatan medis dan bedah sekarang tersedia. 

Saat ini, di antara kasus yang dikonfirmasi di Guangzhou, 4 pasien masih terinfeksi setelah suntikan pertama vaksin Corona.

Shao Yiming, seorang peneliti di Pusat Pengendalian Penyakit Tiongkok dan konsultan Komite Litbang Vaksin Organisasi Kesehatan Dunia, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan media Tiongkok,  bahwa vaksin Corona  Tiongkok diposisikan untuk pencegahan sekunder, dan tingkat perlindungannya adalah untuk penyakit, bukan mencegah infeksi.  Jadi, beberapa orang  setelah divaksin mungkin terinfeksi. Dengan kata lain, vaksin yang dibuat di Tiongkok, “hanya mencegah penyakit tetapi tidak mencegah terinfeksi”.

Meskipun diketahui bahwa vaksin itu tak efektif, Yang Jin menilai masih bagus. Dikarenakan, kalau tidak divaksin, tak boleh mendatangi  banyak tempat. Misalnya di perusahaannya harus divaksin. Banyak perusahaan lainnya juga mewajibkan vaksinasi.  Yan Jin mengatakan, dirinya pada minggu depan sudah divaksin dengan dosis keduai.  Warga itu menuturkan, pada putaran wabah kali ini di Guangzhou, sudah muncul varian strain India yang berulang kali terjadi.

Zhang Zhongde, wakil direktur Rumah Sakit Pengobatan Tradisional Tiongkok Provinsi Guangdong, mengatakan bahwa dalam epidemi Guangzhou. Diungkapkan,  sekitar 80% pasien mengalami demam tinggi. Viral load pada pasien cukup tinggi dan penyakit berkembang menjadi pesat.  Jumlah pasien yang mengalami sakit parah dan kritis, masih relatif tinggi. Pada perkembangan selanjutnya,  beberapa pasien bertambah parah setelah hanya 3-4 hari jatuh sakit.

Chen Bin, wakil direktur Komisi Kesehatan Kota Guangzhou, mengumumkan : Pada pukul 24:00 11 Juni, 14,4 juta dosis dan 10,61 juta orang telah divaksin, di mana 3,8 juta di antaranya telah menyelesaikan dua dosis. Selain itu, pemerintah  menyetujui penggunaan  vaksin darurat yang tidak aktif untuk orang berusia 3 hingga 17 tahun.

Laporan pemerintah setempat hanya menyebutkan, dalam sehari 11 Juni, sebanyak 8 kasus baru dikonfirmasi di Guangzhou, yang tertua berusia 95 tahun dan yang termuda berusia 1 tahun.

Pada 12 Juni, di Provinsi Guangzhou  diklasifikasikan sebagai 2 area berisiko tinggi dan 14 area berisiko sedang.  (hui)