Dukungan Internasional untuk Pasokan Medis Indonesia Hingga Tak Ada Penonton di Enam Tempat Olimpiade Tokyo

NTD

Pembukaan Olimpiade Tokyo sudah di ambang pintu. Pada Jumat (9/7/2021) panitia Penyelenggara Olimpiade Tokyo tiba-tiba mengubah keputusannya. Diputuskan pertandingan grup sepak bola putra dan putri di Sapporo Dome akan digelar tanpa penonton.

Dari pembukaan awal menjadi 10.000 orang untuk menonton pertandingan,  diubah menjadi permainan tertutup karena sulit untuk mencegah orang memasuki Tokyo yang dalam keadaan darurat dan wilayah metropolitan lainnya. Pada Sabtu 10 Juli, Prefektur Fukushima juga meminta agar penonton tidak diizinkan menonton pertandingan.

Akibatnya, Olimpiade Tokyo di enam prefektur Jepang tidak mengizinkan penonton memasuki arena. Hanya prefektur Miyagi dan Shizuoka yang tersisa, dan penonton masih terbuka untuk menonton pertandingan.

Indonesia  terpukul keras oleh epidemi, dan bantuan internasional berdatangan.

Pada Jumat, Singapura mengirim 200 ventilator, 250 tabung oksigen dan peralatan pelindung. Australia juga akan mengirimkan 1.000 ventilator.

Pada Jumat 9 Juli, secara kumulatif 38.124 kasus baru yang dikonfirmasi dan 871 kematian. Kemudian pada Selasa 13 Juli dengan kasus baru 40,427 kasus dan kematian 891 kasus. Sebanyak 2,4 juta kasus telah dikonfirmasi secara nasional, dan lebih 64.000 orang  meninggal dunia. Karena meledaknya epidemi, sistem medis Indonesia hampir runtuh dan pasokan oksigen terbatas.

Pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa Amerika Serikat mengirimkan tiga juta dosis vaksin Modena ke Indonesia, 1,5 juta dosis lainnya akan dikirim ke Nepal, dan 500.000 dosis akan dikirim ke Bhutan.

Sejumlah staf medis Indonesia yang  sepenuhnya menerima vaksin sinovac telah didiagnosis dan meninggal baru-baru ini. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan, bahwa pemerintah akan mengizinkan 1,47 juta staf medis di seluruh negeri dengan suntikan vaksin Moderna. 

Lembaga think tank Korea Selatan mengatakan bahwa Korea Utara menolak vaksin AstraZeneca dari pengiriman COVAX global karena kekhawatiran tentang efek samping.

Menurut laporan dari Institut Strategi Keamanan Nasional Korea Selatan, Korea Utara tertarik dengan vaksin buatan Rusia. Akan tetapi, berharap untuk mendapatkannya secara gratis. Laporan itu juga mengatakan, Korea Utara tidak tertarik dengan vaksin buatan Tiongkok, dan khawatir vaksin itu tidak cukup aman dan tidak cukup efektif.

Setelah wabah merebak, Korea Utara menerapkan pembatasan ketat, termasuk menutup perbatasan dengan Tiongkok dan membatasi perjalanan domestik. Korea Utara mengklaim bahwa tidak ada kasus yang dikonfirmasi, yang menimbulkan pertanyaan dari Luar negeri. (hui)