Dia Mengumpulkan Uang Rp 1,2 Miliar untuk Membeli Bus Jumbo, Merombaknya Menjadi “Bus Tidur” untuk Para Tunawisma

ETIndonesia-Pria ini adalah Simon Rowe, dan yang akan dibicarakan tentang dirinya adalah sepak terjangnya di masa lalu.

Pria Australia itu memiliki karier dan keluarga yang stabil, namun baru-baru ini dia melakukan satu hal yang mengagumkan, membeli bis untuk kaum tunawisma.

Beberapa tahun lalu, Simon melihat seorang gelandangan tidur di jalanan yang ramai dengan orang-orang yang lalu-lalang, saat itu dia merasa miris melihat pemandangan itu.

Meski saat ini ia menjalani hidup yang nyaman, namun dia juga pernah mengalami pahitnya jadi gelandangan saat berusia 19 tahun. Ia bisa merasakan dan tahu persis hidup seperti itu. .

Karena pernah mengalami pahitnya menjadi tunawisma di Australia puluhan tahun silam, membuat Simon Rowe terpanggil untuk menyelamatkan para gelandangan.

Sesampainya di rumah, dia pun merenung apa yang sebaiknya dilakukan untuk kaum tunawisma setempat. Kemudian, sebuah gagasan muncul dalam pikirannya.

Dia pun meluncurkan kampanye penggalangan dana secara online, dengan menyebutkan rencananya, dia ingin membeli bus dan merombaknya menjadi tempat tidur untuk para tunawisma.

Saat itu dia mencetuskan ide “bus tidur”untuk para gelandangan.

Dalam mewujudkan misi sosialnya tersebut, Simon mendapat sumbangan untuk bisa membeli 300 armada bus yang akan diubah jadi panti sosial berjalan

Akhirnya, idenya secara tak terduga mendapat dukungan dari banyak netizen, dia berhasil mengumpulkan 95.000 dollar atau sekitar 1,2 miliar yang cukup untuk membeli bus dan memodifikasinya.

Gambar yang Anda saksikan adalah bus yang dibelinya ketika itu. Tampak foto Simon dan kedua putranya berdiri di samping “Bus Tidur”.

Bus yang dibeli Simon kemudian dirombak dengan melepaskan seluruh bangku yang ada di dalamnya.

Lalu ia membeli beberapa papan kayu untuk menutupi lantai bis yang diberi nama “Sleep bus” tersebut agar jauh lebih hangat ketika ditiduri oleh para gelandangan.

Ini adalah salah satu tempat tidur yang dirancang untuk para tunawisma.

Tiga kompartemen tidur yang disusun menyatu.

Suasana tidur di dalam.

Meski ruang kompartemen tidurnya sempit, tapi sudah ada perbaikan yang sangat baik pada bus hangat ini dibandingkan dengan bahaya dan ketidakstabilan yang ada di jalanan…

Selain itu, jangan melihat tempat tidur kecil ini, karena sangat fungsional …

Kami akan berusaha menyediakan tempat tidur yang nyaman dan berkualitas, membiarkan mereka untuk merenungkan langkah-langkah apa yang mesti mereka tempuh agar tidak lagi hidup di jalanan seperti ini.

“Kami percaya bahwa dengan tidur nyenyak, maka kaum tunawisma ini bisa sedikit melihat titik terang untuk mengubah jalan hidupnya,”ungkap Simon

Rencananya, badan amal terdaftar di Australia ini akan memenuhi kebutuhan tidur para tuna wisma dalam waktu enam tahun ke depan.

Selain dilengkapi dengan televisi, setiap pod juga akan dilengkapi dengan pintu magnetik dan kamera pemantau yang terhubung langsung ke ruang kontrol, agar para donatur yang turut serta dalam program amal ini dapat melihat aliran dana yang mereka sumbangkan.

Setiap ruangan memiliki perlengkapan tidur seperti bantal, guling dan selimut, setiap kamar juga memiliki pintu yang bisa ditarik dan dikunci.

Bagaimanapun, semua orang ingin memiliki privasi mereka sendiri.

Ada lampu di dinding juga tempat untuk mengisi baterai ponsel.

Berikut mengenai desainnya secara keseluruhan…

Ada 22 tempat tidur di dalamnya, dua toilet dan bahkan tempat untuk menaruh barang-barang pribadi yang bisa dikunci. .

Dan Simon juga tak lupa mempertimbangkan hewan peliharaan untuk orang-orang ini.

Seperti yang kita ketahui, banyak tunawisma di luar negeri biasanya memiliki anjing sebagai teman setia mereka.

Dengan pertimbangan itu, dia tidak lupa merancang tempat bagasi di bagian bawah bus untuk menampung anjing-anjing milik para tunawisma.

Namun bukan berarti para kaum tunawisma ini bisa berlaku seenaknya di dalam bus, mereka harus mentaati peraturan yang ditetapkan.

“Bus ini akan ditutup pada jam tertentu, ketika ada seorang yang hendak keluar di atas jam yang ditetapkan, mereka bisa saja melakukannya, namun tidak bisa kembali lagi ke dalam rangkaian bus.

“Begitu pun jika ada yang mabuk, kami tidak terlalu mempermasalahkannya, selama ia masih bisa menghargai sesama dengan tidak membuat onar,”

ujar Simon.(jhn/yant)

Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.