Analisis : Taliban Mencoba Menggunakan Senjata AS untuk Memperbesar Kekuatannya

oleh Chen Ting

Sejumlah besar peralatan militer AS yang tidak dapat dibawa, bersama berakhirnya penarikan pasukan telah dirusak sebelum ditinggalkan di bandara Kabul, Afghanistan. Peralatan militer itu termasuk hampir mencapai 100 buah kendaraan tempur dan perlengkapan tempur lainnya. Namun demikian, para ahli senjata khawatir bahwa setelah Taliban memperoleh sejumlah besar persenjataan buatan AS dari pasukan pemerintah Afghanistan, mereka mungkin akan menjual senjata rampasan tersebut kepada penyelundup atau menggunakan persenjataan ini untuk memperbesar kekuatan pengaruh mereka

‘Oryx’ adalah blog ( https://www.oryxspioenkop.com/2021/08/the-taliban-air-force-inventory.html ) yang menggunakan foto dan video untuk memverifikasi aliran peralatan militer. Mereka membenarkan bahwa Taliban telah berhasil menyita 38 helikopter, 13 pesawat tempur dan 7 kendaraan udara tak berawak (Unmanned Aerial Vehicles).

‘Oryx’ menunjukkan bahwa karena yang terdaftar hanya mencakup peralatan tempur dengan bukti foto dan video, sehingga diyakini bahwa jumlah peralatan tempur yang mereka peroleh bisa lebih dari yang terdaftar. Selain itu, pesawat sipil tidak termasuk dalam daftar.

‘Wall Street Journal’ menyebutkan bahwa jumlah persenjataan yang diperoleh Taliban jelas jauh lebih banyak dari yang diperkirakan. ( https://www.wsj.com/articles/taliban-seeking-to-expand-capabilities-with-u-s-weaponry-11630501707 )

Menurut ‘Wall Street Journal’ bahwa Taliban mewarisi ribuan senjata tempur yang disediakan oleh Amerika Serikat. Dalam kendaraan yang dihancurkan pun berisi peralatan seperti artileri dan kacamata penglihatan malam.

Awal pekan ini, media resmi Taliban ‘Talib Times’ menerbitkan sebuah video di Twitter yang menunjukkan bahwa, sebelum penarikan pasukan AS pejuang Taliban sudah dapat menerbangkan helikopter UH-60 Black Hawk untuk melakukan patroli Kota Kandahar yang berada di bagian selatan Afghanistan.

Judul video tersebut : Angkatan Udara kita ! Ini adalah helikopter Imarah Islam Afghanistan (Islamic Emirate of Afghanistan) yang sedang terbang di udara kota Kandahar untuk berpatroli di daerah perkotaan.

Imarah Islam Afghanistan adalah negara yang dideklarasikan oleh militan Taliban setelah mereka berhasil menguasai istana presiden di Kabul.

Saat ini tidak ada media berita yang dapat secara independen memverifikasi keaslian video ini, juga tidak dapat menentukan apakah helikopter dan pilotnya benar-benar milik Taliban. Namun, video atau foto serupa terus muncul di Internet, yang menunjukkan bahwa militan Taliban mungkin telah memperoleh helm, kacamata penglihatan malam, senapan mesin, dan senapan sniper yang ditinggalkan oleh militer AS sebelum penarikan.

Menurut sebuah video ( https://twitter.com/AFP/status/1433229819831984131 ) yang dibagikan oleh AFP di Twitter, terlihat barisan kendaraan hijau dengan bendera Taliban di jalan raya di pinggiran Kandahar, kota terbesar kedua di Afghanistan pada hari Rabu, beberapa media menggambarkan bahwa ini sebagai parade yang menunjukkan peralatan militer AS yang mereka peroleh.

Pada 1 September 2021, para pejuang Taliban yang sedang merayakan penarikan semua pasukan asing dari Afghanistan. (Javed Tanveer/AFP/Getty Images)

‘Newsweek’ juga melaporkan bahwa dalam 20 tahun terakhir, pasokan senjata dari militer militer AS untuk pasukan Afghanistan bernilai sekitar 85 miliar dolar as. ( https://www.newsweek.com/us-military-says-equipment-left-afghanistan-may-beneficial-taliban-1624678 )

Para pejabat AS menyatakan bahwa, mereka belum membuat catatan yang dapat dipercaya tentang jumlah senjata AS yang dikuasai oleh Taliban. Namun, Pentagon menekankan bahwa peralatan yang ditinggalkan itu tidak akan menimbulkan ancaman bagi militer AS dan sekutunya.

Juru bicara Pentagon, Eric Pahon mengatakan kepada ‘Newsweek’ : “Kami tahu bahwa mungkin ada sejumlah besar peralatan yang diberikan kepada pasukan Afghanistan, kini jatuh ke tangan Taliban”.

Eric Pahon mengatakan bahwa, Pentagon tidak khawatir dengan hilangnya kemampuan teknis atau sensitif utama, karena pasukan pertahanan dan keamanan Afghanistan belum menguasai kemampuan tersebut.

“Meskipun menyita peralatan tempur ini mungkin bermanfaat bagi Taliban, tetapi tidak berarti bahwa hal itu akan menimbulkan ancaman bagi Amerika Serikat, sekutu atau mitra AS”, kata Eric.

Pada 1 September 2021, para pejuang Taliban mengendarai kendaraan lapis baja yang mereka rampas untuk berparade. (Javed Tanveer/AFP/Getty Images)

Seorang pensiunan sersan mayor yang pernah menjadi anggota Delta Force mengatakan kepada ‘Newsweek’ bahwa ini bukan kerugian strategis.

Dia mencontohkan, peralatan seperti helikopter Black Hawk cukup rumit dan membutuhkan perawatan dan pembaruan perangkat lunak. Taliban tidak dapat mengunduh pembaruan perangkat lunak. Bahkan jika tersedia suku cadang selama sekitar 6 bulan, dalam situasi tidak ada teknisi yang mampu menangani perawatan atau kerusakan. Tidak akan ada ancaman yang signifikan.

Sersan mayor tersebut percaya bahwa, Taliban menunjukkan kekuatannya dengan memamerkan persenjataan rumit Amerika yang mereka kuasai hanya akan berfungsi sebagai propaganda atas kemenangan besar mereka. Namun, peralatan berteknologi tinggi pada akhirnya dapat dibuang di pinggir jalan seperti peralatan Uni Soviet yang ditinggalkan di masa lalu. Namun, dia juga mengatakan bahwa perlu untuk diperhatikan apakah Taliban bisa mendapatkan suku cadang atau menggantinya dengan peralatan yang dibeli dari komunis Tiongkok atau Rusia.

Namun, analis senjata mengatakan bahwa senjata dan peralatan yang diperoleh Taliban dapat dijual oleh mereka, kemudian mengalir ke pasar penyelundupan senjata.

Pada 2 September 2021, konvoi pejuang Taliban berpatroli di sebuah jalan di Kabul. (Aamir Qureshi/AFP/Getty Images)

‘Wall Street Journal’ mengutip sebuah studi internasional tahun 2012 memberitakan bahwa rute penyelundupan senjata jangka panjang sudah lama ada antara Taliban dan militan Iran, Pakistan dan Tajikistan.

Lauren Woods adalah kepala program Security Assistance Monitoring (SAM) dari Center for International Policy (CIP), sebuah wadah pemikir (think tank) di AS.

Dia mengatakan kepada ‘Wall Street Journal’ : “Senjata yang baru saja diperoleh ini dapat diangkut ke dalam dan ke luar Afghanistan melalui rute yang sudah ada”.

Woods menyatakan bahwa pengawasan aliran senjata saat ini, tidak cukup untuk mencegah mereka dipindahkan atau disalahgunakan.

Perwakilan AS Michael Waltz, yang bertugas di Baret Hijau (Pasukan Khusus Angkatan Darat AS) mengatakan bahwa, sebagian besar dari persenjataan ini cukup untuk memenuhi kebutuhan keseluruhan Taliban dalam waktu dekat. (sin)