Ekonomi Komunis Tiongkok Jatuh Menembus Batas Bawah, Ketiga Pilar Ekonominya Goyah

oleh Luo Tingting

Pertumbuhan PDB komunis Tiongkok kuartal ketiga tahun ini hanya mencapai angka di bawah 5. Menurut para ahli, pertumbuhan ekonomi komunis Tiongkok telah berada dalam kisaran tidak wajar.

Mengingat bahwa investasi real estat, konsumsi, dan ekspor yang merupakan tiga pilar utama ekonomi komunis Tiongkok sedang goyah, bila situasi ini tidak segera teratasi maka dipastikan akan semakin memburuk

Pada 18 Oktober, Biro Statistik Nasional komunis Tiongkok mengumumkan bahwa produk domestik bruto (PDB) kuartal ketiga menunjukkan angka 4,9% YoY, lebih rendah dari ekspektasi pasar. Bahkan jauh lebih rendah dari kuartal pertama yang 18,3%, dan kuartal kedua yang 7,9%.

“Pertumbuhan ekonomi yang melorot menembus kisaran wajar, 5 – 6% ini adalah tingkat pertumbuhan potensial,” kata Wang Jun, kepala ekonom Centaline Bank kepada Reuters. 

Wang Jun mengatakan : “Jadi operasi ekonomi pada kuartal keempat tahun ini dan 2 kuartal pertama tahun depan terancam tetap berada di bawah kisaran wajar”.

Sedangkan ANZ Bank memperkirakan bahwa penurunan ekonomi komunis Tiongkok “belum mencapai titik terendah”, masih berpotensi untuk turun menjadi 3,6% pada kuartal keempat tahun ini.

Mengenai alasan penurunan tajam ini, Wang Jun menjelaskan bahwa itu terutama diakibatkan oleh permintaan yang lemah dan pasokan yang buruk. Perekonomian Tiongkok terlalu bergantung pada ekspor, jika permintaan domestik dan eksternal secara bersamaan melemah di kemudian hari, maka tekanan ekonomi akan semakin besar.

Wall Street Journal melaporkan bahwa pembatasan dan pemadaman listrik, krisis utang real estate, pengiriman yang tidak lancar, dan gelombang baru epidemi virus komunis Tiongkok (COVID-19) telah menyebabkan ekonomi Tiongkok mengalami penurunan yang parah.

Agence France-Presse juga mengutip para ahli dari IHS Markit yang mengatakan bahwa, perlambatan pertumbuhan ekonomi komunis Tiongkok terkait erat dengan pemadaman listrik, kembali merebaknya epidemi di beberapa daerah, rantai pasokan yang tidak teratur, dan kebijakan pengetatan di pasar real estate.

Baru-baru ini, akibat China Evergrande gagal membayar utang dan menghadapi kebangkrutan telah ikut mendorong jatuhnya ekonomi real estat di daratan Tiongkok. Pada September, investasi real estate,  penjualan dan start-up proyek pembangunannya terus menurun tajam, dan tingkat penjualan perumahan di lebih dari 30 kota telah turun sebanyak 30%.

Keterangan Foto : Media AS baru-baru ini mengungkapkan bahwa pihak berwenang Beijing diam-diam telah memerintahkan pemerintah daerah untuk bersiap menghadapi “badai” yang dipicu oleh runtuhnya China Evergrande, dan mencegah terjadinya kerusuhan sosial. (STR/AFP/Getty Images)

Di sisi lain, lebih dari 20 provinsi dan kota di daratan Tiongkok membatasi produksi dan pasokan listrik, sehingga secara serius berpengaruh terhadap industri dan ekspor. Pertumbuhan industri pada September hanya meningkat 3,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan di Agustus.

Tang Jianwei, kepala peneliti di Pusat Penelitian Keuangan Bank of Communications mengatakan kepada Reuters, bahwa ekspor dan real estat pada awalnya merupakan kekuatan pendorong utama ekonomi Tiongkok, tetapi di kuartal keempat dan paruh pertama tahun depan nanti, keduanya dapat berubah menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi.

Dia memperkirakan bahwa potensi penurunan di real estat lebih besar, meskipun ekspor saat ini masih didukung oleh faktor harga, tetapi volume sudah mulai mengalami tren menurun. Diperkirakan bahwa pertumbuhan ekspor akan melambat di masa depan. Pada saat yang sama, sulit mengharapkan infrastruktur dan permintaan domestik untuk “membawa bendera”  pertumbuhan ekonomi Tiongkok.

Wang Jun, kepala ekonom dari Bank Centaline mengatakan bahwa, pihak berwenang perlu menaruh perhatian tinggi terhadap penurunan ekonomi yang tak wajar ini, dan mereka harus memperkenalkan langkah-langkah kebijakan yang lebih solid dan lebih aktif untuk menjaga roda ekonomi tetap berputar di kisaran yang wajar.

Wall Street melaporkan bahwa tiga pilar pertumbuhan ekonomi komunis Tiongkok yakni investasi real estat, konsumsi, dan ekspor sedang goyah. Jika pihak berwenang tidak segera memperkenalkan lebih banyak kebijakan pelonggaran, maka ketiga pilar tersebut dapat secara bersamaan jatuh ke dalam penurunan pada pertengahan tahun depan. (sin)