Tari Klasik Tiongkok: Proses Peningkatan Diri untuk Mencapai Kecantikan Batin

Annie Wu

Dalam usia pertumbuhan, Sunni Zhou sering menonton  pertunjukan tari dengan orang tuanya, yang membawanya menyaksikan pertunjukan balet, hip hop, dan gaya tarian lainnya.

Tetapi ketika dia menghadiri pertunjukan Shen Yun Performing Arts, perusahaan tari klasik Tiongkok terkemuka di dunia, dia langsung terpesona.

Dancer Sunni Zhou. (Edward Dye)

Perusahaan seni yang berbasis di New York, memiliki misi untuk menghidupkan kembali 5.000 tahun peradaban Tiongkok melalui tarian dan musik. Tarian klasik Tiongkok khususnya memiliki sejarah yang kaya, kembali ke istana kekaisaran dan drama kuno Tiongkok.

“Saya merasa tarian mereka sangat berbeda [dari jenis tarian lainnya]. Saya tergerak oleh mereka, dan ingin lebih memahami apa itu tarian klasik Tiongkok,” ujar Sunni dalam sebuah wawancara.

Ketika berusia 8 tahun, orangtua Sunni mendaftarkannya ke kelas tari amatir. Pada usia 15 tahun, ia diterima di Fei Tian Academy of the Arts di bagian utara New York untuk berlatih dengan artis tari papan atas di bidangnya. Setelah sekitar dua tahun, Sunni Zhou mulai tampil di panggung dunia bersama Shen Yun.

Dancer Sunni Zhou. (Edward Dye)

Sunni pernah menguji kemampuannya di Kompetisi Tarian Tiongkok Klasik Internasional NTD ke-9, di mana dia menampilkan sebuah karya yang dia katakan akan menyampaikan kepolosan dan feminitas seorang gadis muda. Dia akan memerankan seorang gadis yang menyelinap keluar untuk bermain di taman bunga selama puncak musim semi.

Menurut   Sunni   tantangannya   terletak pada mengekspresikan sentimen batin seorang karakter.

“Awalnya saya  pikir  asalkan  tekniknya dilakukan dengan baik, maka itu bagus. Tapi itu tidak cukup,” katanya.

“Anda harus  mewujudkan karakter yang Anda gambarkan. Anda harus membayangkan bahwa Anda adalah dia.”

Ia menjelaskan bahwa keindahan tari klasik Tiongkok terletak pada proses pengungkapan perasaan tersebut melalui transisi antar gerakan. Tetapi mengasah keterampilan itu membutuhkan kesabaran dan mengangkat diri secara rohani.

“Anda harus benar-benar menggunakan hati Anda  untuk  menemukannya. Itu bukan sesuatu yang bisa Anda lakukan dengan paksa. Itu bukan sesuatu yang dapat Anda lakukan dengan waktu tertentu … Anda harus terus-menerus memikirkannya,” katanya.

Sunni menjelaskan bahwa sebelum belajar tarian klasik Tiongkok, dia menganggap dirinya orang yang egois, dan dia suka memerintah pada adik laki-lakinya. Namun setelah menekuni keahliannya ini, ia menyadari bahwa menari bukanlah tentang mengutamakan diri sendiri, tetapi bekerja sama dengan sesama penari untuk menampilkan sesuatu yang indah di atas panggung.

Dancer Sunni Zhou. (Edward Dye)

“Pada akhirnya, itu membuat Anda menjadi orang yang lebih tidak mementingkan diri sendiri dan Anda menyadari banyak hal yang Anda lakukan adalah untuk orang lain. Bukan apa yang Anda lakukan untuk diri sendiri… begitu Anda membawa hati dan moralitas seperti itu, semua yang Anda lakukan tampaknya memiliki tujuan,” katanya, menambahkan bahwa dengan meningkatkan karakternya, ia dapat meningkatkan keterampilannya.

Bagi Zhou, bagian yang paling berharga dari menari  adalah  mampu  menggerakkan penonton, seperti pertunjukan  Shen Yun yang menggerakkan dirinya saat masih seorang anak.

“Setelah   seluruh   pertunjukan   selesai, Anda memberi tahu penonton semua yang ingin Anda katakan, Anda menunjukkan kepada mereka apa yang ingin Anda tunjukkan, semua keindahan di balik tarian, dan kemudian Anda melihat wajah mereka yang tersenyum. Dan terkadang ada air mata, dan Anda benar-benar merasa apa yang Anda lakukan sangat berarti dan sangat kuat,” katanya.

The Epoch Times dengan bangga menjadi media sponsor Shen Yun Performing Arts. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi ShenYunPerformingArts.org