Perusahaan Besar Shanghai yang Miliki 70.000 Karyawan Alami Infeksi Massal, Berita Disembunyikan Otoritas

Pihak berwenang Shanghai masih gagal dalam upayanya untuk menghentikan penyebaran epidemi COVID-19 di Shanghai, terbukti jumlah kasus masih terus melonjak. Menurut laporan resmi pada 17 April, bahwa jumlah kasus infeksi baru mencapai 24.820 kasus. Tampaknya epidemi belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Celakanya, sejumlah besar warga Shanghai berada dalam situasi krisis bahan pangan dan obat-obatan akibat lockdown ketat yang diterapkan otoritas

NTDTV.com

Menurut laporan media ‘Epoch Times’, bahwa sebuah perusahaan terkenal di Area Baru Pudong Shanghai bernama Pegatron Technology Shanghai Co., Ltd. yang memiliki 70.000 lebih karyawan, sebagian besar dari mereka telah terinfeksi COVID-19, tetapi beritanya tidak disebarkan secara resmi.

Menurut ungkapan dari karyawan perusahaan tersebut, bahwa sejak bulan lalu sudah ada karyawan yang terinfeksi, namun bagaimana mencegah penyebaran virus jika puluhan ribu orang karyawan harus bekerja di bawah satu atap pabrik, dan tidak ada jaga jarak. Apalagi saat antri berbaris untuk makan siang atau menjalani tes asam nukleat. Semua karyawan yang jumlahnya puluhan ribu berkumpul tanpa bisa diatur distancing-nya. Sehingga tak terhindarkan infeksi silang terjadi, semakin banyak orang yang terdiagnosis.

Seorang karyawan pria mengatakan kepada reporter bahwa di pabrik sudah ada 20.000 lebih karyawan yang terinfeksi, tetapi baik karyawan yang positif maupun yang negatif semua berada dalam ruang kerja yang sama, kecuali beberapa orang karyawan yang kondisinya lebih parah baru dibawa ke tempat isolasi. Dan, pihak pabrik tidak mengeluarkan pengumuman apa pun.

‘Reuters’ : Pemerintah pusat menetapkan 20 April sebagai batas waktu realisasi ‘Nol kasus infeksi di tingkat masyarakat’ bagi otoritas Shanghai

Meskipun epidemi di Shanghai tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, tetapi pemerintah pusat telah secara resmi menetapkan tanggal batas buat merealisasikan ‘Nol kasus infeksi di tingkat masyarakat’.

 ‘Reuters’ yang mengutip informasi dari 2 orang yang mengetahui masalah tersebut melaporkan bahwa, pejabat berwenang Shanghai telah menetapkan 20 April sebagai batas waktu pencapaian target “tidak ada lagi kasus penyebaran virus di luar area karantina” yang putusannya telah disampaikan kepada pejabat komite partai di semua tingkatan di Kota Shanghai, termasuk sekolahan, dan organisasi lainnya untuk dijalankan.

‘Reuters’ yang sempat melihat salinan isi pidato sekretaris partai Baoshan Shanghai, Chen Jie pada 16 April menyebutkan bahwa mengingat kecemasan masyarakat dan tekanan terhadap pasokan makanan yang terus meningkat. Situasi di Shanghai sudah semakin kritis. Karena itu, kelompok kerja Dewan Negara Partai Komunis Tiongkok, bersama Komite Partai Kota Shanghai dan pemerintah Kota Shanghai sepakat untuk menetapkan 17 April sebagai batas waktu mulai  munculnya titik balik situasi epidemi, dan 20 April sebagai batas waktu tercapainya “Nol kasus infeksi” di Kota Shanghai.

Sekjen Partai Kota Shanghai Chen Jie bahkan menekankan : “Ini adalah perintah militer. Tidak ada ruang untuk tawar-menawar. Kita hanya bisa menggertakkan gigi dan berjuang mati-matian untuk mencapai kemenangan”. 

Menurut instruksi pemerintah pusat di Beijing bahwa, “Nol kasus infeksi di tingkat masyarakat” merupakan salah satu syarat yang diperlukan bagi kota-kota untuk membuka blokir, bebas dari lockdown yang ketat. Namun, laporan ‘Reuters’ tidak menyinggung soal kapan Shanghai akan bebas lockdown.

Dengan sinis seorang netizen daratan Tiongkok menyebutkan, semoga saja virus yang sedang menyebar di Kota Shanghai mau mematuhi perintah Partai Komunis Tiongkok dan menghilang pada waktu yang sudah ditetapkan itu.

‘Reuters’ menyebutkan bahwa baik pemerintah Kota Shanghai maupun Dewan Negara Tiongkok di Beijing tidak menanggapi permintaan komentar pihaknya. Pada Minggu 17 April, wartawan Reuters juga tidak dapat menghubungi pemerintah Distrik Baoshan melalui sambungan telepon di luar jam kerja. (sin)