Mengapa Partai Komunis Tiongkok Khawatir dengan Keberhasilan Starlink Membantu Ukraina Melawan Rusia ?

oleh Zhang Ting

Bantuan satelit Starlink milik Elon Musk ke Ukraina telah menjadi bagian penting dari negara tersebut dalam pertempuran melawan invasi Rusia, sebuah langkah yang dipuji oleh negara-negara Barat, tetapi Bagi pemerintah komunis Tiongkok, ini jelas mendatangkan kekhawatiran.

Setelah Putin memerintahkan pasukan Rusia untuk menyerang Ukraina, pejabat Ukraina khawatir bahwa Rusia akan memutus akses Internet tradisional, dan Elon Musk memutuskan untuk mendukung Kyiv.

Kurang dari 48 jam setelah Musk mengumumkan dukungannya untuk Ukraina, perusahaan roket dan satelit komersialnya SpaceX langsung mengirim sejumlah setelan satelit Starlink ke udara Ukraina, tujuannya untuk membantu Kyiv memperkuat jaringan internet negara itu dalam melawan militer Rusia.

Financial Times mengutip ucapan Blaine Curcio, pendiri Orbital Gateway, sebuah kelompok penelitian teknologi ruang angkasa profesional melaporkan bahwa hal ini telah menyebabkan kekhawatiran besar bagi Tiongkok, karena SpaceX dan Starlink dianggap sebagai bagian dari “Kompleks industri militer ruang angkasa AS”. 

“Starlink” adalah rencana layanan broadband satelit SpaceX, yang menyebarkan susunan jaringan satelit raksasa yang terdiri dari 12.000 satelit di orbit yang telah ditentukan di atas bumi, termasuk satelit yang ditempatkan di orbit rendah Bumi (low-earth orbit) untuk membangun jaringan layanan Internet global. Pekerjaan ini dijadwalkan akan selesai antara 2019 hingga 2024, dengan layanan yang sudah mulai digunakan di beberapa daerah pada tahun 2020.

Starlink memiliki lebih dari 2.000 satelit di orbit rendah Bumi, dan Musk berencana untuk meluncurkan beberapa ribu lagi. Dengan meluasnya skala dan perlombaan di bidang kedirgantaraan antara AS dengan Tiongkok yang semakin cepat, para pakar memperingatkan bahwa Musk akan kesulitan dalam menghadapi masalah menyeimbangkan kepentingan berkompetisi dari pihak negara besar pesaing. 

Kekhawatiran komunis Tiongkok

The Financial Times melaporkan bahwa para perencana militer di Beijing khawatir ribuan satelit Musk dapat digunakan untuk memata-matai kegiatan di daratan Tiongkok dan, yang lebih sensitif adalah, bahkan untuk mendukung kepentingan Taiwan.

Dengan mengutip ucapan Dexter Roberts, seorang ahli masalah AS – Tiongkok dan seorang rekan senior di Dewan Atlantik, Financial Times melaporkan bahwa para peneliti militer yang terkait dengan pemerintah sangat menyadari bahwa proyek Starlink menjadi ancaman bagi komunis Tiongkok.

“Hampir dapat dipastikan bahwa pemerintah dan militer Tiongkok memiliki kekhawatiran yang sama”, katanya.

Drew Thompson, mantan pejabat pertahanan AS mengatakan, sumbangan Elon Musk atas satelit Starlink ke Ukraina setelah invasi Rusia jelas telah membuat komunis Tiongkok lebih sadar bahwa satelit orbit rendah Bumi dapat secara efektif digunakan selama masa perang. dan ia akan memainkan peran yang tidak sedikit dalam membantu memperkuat sistem komunikasi.

Invasi Rusia ke Ukraina telah meningkatkan kekhawatiran masyarakat internasional akan komunis Tiongkok juga mengambil tindakan serupa untuk menyerang Taiwan. Keberhasilan proyek Starlink di Ukraina juga menarik perhatian Taiwan. Menteri Sains dan Teknologi Taiwan Tsung-Tsong Wu pada bulan Maret tahun ini mengatakan bahwa dari perspektif perang Rusia-Ukraina, proyek Starlink telah banyak membantu, dan ini juga dapat direalisasikan di Taiwan. Taiwan akan bekerja sama dengan Sistem Satelit Internasional.

Tesla, SpaceX dan Elon Musk tidak menanggapi permintaan komentar dari Financial Times.

Li Linyi, komentator politik kepada Epoch Times mengatakan bahwa Starlink telah terbukti memainkan peran besar di Ukraina. Efek ini tercermin dalam dua aspek. Salah satunya adalah bahwa Starlink menyediakan akses Internet. Dapat dilihat bahwa Starlink menyediakan layanan komunikasi untuk kota-kota yang mengalami gangguan listrik dan Internet. Peran lain yang lebih mencolok adalah bahwa pasukan khusus Ukraina Aerorozvidka (Pengintaian Udara) juga menggunakan satelit Starlink untuk mengumpulkan intelijen dan meluncurkan serangan udara terhadap pasukan Rusia.

 Li Linyi mengatakan, jika ada perang di Selat Taiwan dan Musk ikut mendukung Taiwan, itu akan menjadi ancaman bagi PKT. Oleh karena itu, para cendekiawan Tiongkok juga menyuarakan perlunya mereka menembak jatuh satelit Starlink milik Musk. 

Menurut pandangan Li Linyi, sekarang PKT tidak akan bertindak, tetapi dalam waktu pendek mungkin akan memberikan kepada Musk berbagai tindakan preferensial, sampai saat Tesla menjadi semakin bergantung kepada Tiongkok, bisnisnya semakin berkembang besar, maka Tiongkok baru menggunakan  ini sebagai alat tawar menawar untuk memeras Musk. Memang sejak dulu inilah tindakan yang lazim dilakukan PKT, untuk menarik investasi, memberikan keuntungan kepada Anda, lalu memaksa Anda untuk melobi Kongres negara Anda. 

Program acara Militer PKT : Ancaman Starlink jangan dianggap enteng

Kekhawatiran Tiongkok terhadap Starlink juga tercermin dalam program militernya. Sebuah artikel dalam program militer online “Crazy Warfare-Show” yang diproduksi oleh Perusahaan Teknologi Senjata Militer Beijing (China’s Beijing Junwu Technology Co., Ltd.) menyebutkan bahwa, sistem Starlink telah memberikan sejumlah besar dukungan teknis kepada tentara Ukraina sejak awal perang. Dengan puluhan ribu peralatan terminal, tentara Ukraina menjadi lebih unggul dalam tingkat kesadaran situasional dan komando serangan di medan perang dibandingkan dengan pasukan Rusia.

Dapat dilihat bahwa Musk, kerja sama dalam teknologi luar angkasa antara CEO SpaceX dengan manajemen militer AS tingkat tinggi sudah terjadi sebelumnya, sehingga secara tidak langsung membuat tentara Rusia menderita kerugian besar. Artikel itu menyebutkan : Pertempuran paling kritis yang akan dihadapi Tiongkok di masa depan jauh lebih sulit daripada perang Rusia – Ukraina. Dengan demikian ancaman Starlink lebih-lebih tidak dapat dianggap enteng.

Selain efisiensi tinggi dan komunikasi yang komprehensif, Starlink akan menggunakan efek Doppler yang disebabkan oleh ketinggian tanah untuk mendapatkan kemampuan navigasi global, yang akan digunakan sebagai suplemen ketika sistem GPS dihancurkan. 

Starlink sendiri memiliki potensi peningkatan yang besar, dan dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan untuk mendapatkan kemampuan pengintaian dan navigasi presisi tinggi dari berbagai departemen militer AS. Serta membuatnya tahan terhadap segala cuaca.

Di era perang informasi, jika Starlink sudah matang, ia juga dapat membuat bingung musuh di medan perang, sehingga sulit bagi musuh untuk secara akurat mengontrol node informasi terminal. Jika Starlink ditingkatkan lebih lanjut, ia bahkan mungkin dilengkapi dengan peralatan tempur tak awak, yang selain dapat memberikan dukungan bagi militer AS di medan perang, tetapi juga menghancurkan pesawat ruang angkasa milik negara musuh.

SpaceX menjadi salah satu target komunis Tiongkok

Perlombaan di bidang teknologi luar angkasa antara Tiongkok dengan AS, telah menjadikan SpaceX milik Musk sebagai salah satu target keluhan / komplain Tiongkok.

Pada Desember tahun lalu, pemerintah Tiongkok mengajukan laporan ke PBB yang mengeluhkan bahwa satelit Starlink yang diluncurkan oleh SpaceX berada berdekatan dengan stasiun luar angkasa Tiongkok, menyebabkan stasiun luar angkasa Tiongkok melakukan penghindaran darurat. Keluhan tersebut mendorong para Little Pink memarahi Musk di media sosial.

Dalam sebuah wawancara dengan Financial Times pada saat itu, Elon Musk menanggapinya dengan mengatakan : “Ruang angkasa sangat luas dan satelitnya sangat kecil … Kami tidak menghambat siapa pun untuk melakukan apa pun, dan kami tidak mengharapkannya”.

Setelah Rusia menginvasi Ukraina, kritikan Tiongkok terhadap Starlink SpaceX semakin intensif. Secara khusus, sebuah artikel yang dimuat di China Military Online, sebuah situs berita resmi militer Tiongkok pada bulan lalu telah mengkritik hubungan mendalam SpaceX dengan militer AS (termasuk kontrak komersial dengan militer AS) dan mengkritik Starlink karena meningkatkan kemampuan tempur militer AS.

Analis dari Institut Pelacakan dan Telekomunikasi Beijing (Beijing Institute of Tracking and Telecommunications), yang berafiliasi dengan militer Tiongkok, bahkan meminta para perencana pertahanan Tiongkok menggunakan “kombinasi metode soft kill dan hard kill” untuk melumpuhkan fungsi beberapa satelit, agar sistem operasi rangkaian Starlink tidak berfungsi.

Sementara itu, perusahaan rintisan swasta Tiongkok dan kelompok milik negara seperti GalaxySpace dan China Aerospace Science and Technology Corporation sedang meningkatkan penyebaran susunan satelit mereka sendiri di orbit rendah Bumi untuk bersaing dengan Starlink.

Musk : Tidak mudah bagi Tiongkok maupun Rusia untuk menghancurkan Starlink

Meskipun Rusia berusaha untuk memutus komunikasi, tentara Ukraina tetap dapat menggunakan layanan Starlink SpaceX untuk melakukan koordinasi operasi militer dengan komando pusat, dan tetap bisa berhubungan dengan keluarga mereka. Sistem satelit Starlink juga membantu pasukan drone elit Ukraina menghancurkan senjata Rusia. Sistem memastikan bahwa tim drone dapat berfungsi bahkan jika terjadi pemadaman listrik internet.

Selain itu, terlepas dari pemboman besar-besaran oleh pasukan Rusia terhadap infrastruktur Ukraina, Starlink dapat membantu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkomunikasi langsung dengan rekan senegaranya dan membuat pidato Zelensky terdengar di seluruh dunia.

Situs web Politico pada 10 Juni melaporkan, bahwa Brigadir Jenderal AS Steven Butow mengatakan : “Dampak strategis (Starlink) adalah bahwa ia (Starlink) benar-benar telah menghancurkan kegiatan propaganda Putin”.  “Bahkan sampai hari ini, dia tidak bisa membungkam mulut Zelensky”, kata Steven Butow.

Dalam wawancara dengan Mathias Döpfner, CEO Axel Springer Group, perusahaan induk Business Insider, Musk ditanya apakah ada potensi ancaman jika satelit Starlink menjadi target serangan Tiongkok dan Rusia ? Musk menjawab bahwa menghancurkan satelit Starlink akan menjadi tantangan. “Jika Anda mencoba menghancurkan Starlink, itu tidak mudah karena ada 2.000 satelit”, katanya.

Kemudian ia menambahkan : “Itu berarti membutuhkan banyak rudal anti-satelit. Saya harap kita tidak perlu menguji hal ini, tapi saya pikir kita meluncurkan satelit lebih cepat daripada yang mereka (Tiongkok dan Rusia) bisa luncurkan rudal anti-satelit”. (sin)