Protes Berskala Besar Terjadi di Lhasa Tibet Usai Kongres Nasional ke-20

oleh Li Enzhen 

Protes berskala besar terjadi di Kota Lhasa, Tibet usai Kongres Nasional ke-20. Sejumlah besar warga sipil yang marah turun ke jalan untuk menuntut otoritas segera membebaskan lockdown yang telah berlangsung selama 2.5 bulan.

Dilaporkan oleh “Radio Free Asia” bahwa, pada 26 Oktober malam, beberapa warga sipil etnis Tibet di Lhasa turun ke jalan untuk memprotes penguncian paksa epidemi. Tak lama kemudian  sejumlah besar polisi didatangkan untuk pengamanan. Penduduk setempat yang sudah tidak sabar karena telah dikurung selama dua setengah bulan, jadi ikut turun ke jalan untuk memprotes dan berdebat keras dengan para petugas keamanan yang menggunakan alat pelindung diri berwarna putih-putih.

RFA mengutip sumber yang merupakan saksi mata melaporkan bahwa, karena warga sipil yang memprotes sangat banyak, mungkin saja terjadi bentrokan dengan polisi, yang dapat membahayakan situasi seperti penembakan.

Sumber menyebutkan, alasan utama protes adalah karena mereka tidak diizinkan keluar rumah untuk membeli makanan dan kebutuhan hidup lainnya. 

Hingga berita ini diturunkan, belum ada bentrokan besar antara polisi dengan masyarakat sipil. Namun, beberapa warga Tibet mengancam akan membakar diri jika penguncian tidak dilonggarkan.

Setelah unjuk rasa itu terjadi komentar netizen daratan Tiongkok kembali ramai, mereka antara lain menulis : “Kacau ! yang saya dengar”. “Tak disangka Lhasa malam ini (26 Oktober)  menghiasi situasi Tiongkok hari ini”. “Ulah perbuatan orang-orang etnis Han”. “Cuma orang-orang yang wajar minta pulang berhadapan dengan petugas pengawas”. “Semoga kejadian malam ini mendorong terkabulnya pembebasan lockdown”. “Akibat dari psikis dikekang, fisik dikurung adalah : Keluhan yang meledak-ledak”. 

Ada juga orang yang mengatakan : “Kapan giliran warga sipil Xinjiang ‘bangkit’ ?” “Akhirnya …. Semangat ! Buat teman-teman di Lhasa. Cahaya kemenangan mulai tampak terang, nasib kalian ada di tangan kalian. Tetap perlu jaga diri baik-baik”. 

2 postingan rekaman video di bawah ini menunjukkan, pada 26 Oktober siang, warga sipil Lhasa membentangkan spanduk protes di jalan. 

Pejabat lokal memberikan pengarahan namun tampaknya bertentangan dengan keinginan warga, sehingga situasi menjadi panas. Rekaman video lainnya memperlihatkan warga protes berteriak : “Kita mau makan, kita mau hidup !”

Tibet sudah dikunci sejak bulan Agustus tahun ini dan belum terlihat ada gejala mau dilonggarkan oleh pihak berwenang. Masyarakat Lhasa sudah sangat mengeluh dan tidak tahan. (sin)