Seorang Ibu di Guangzhou, Tiongkok Memeluk Balitanya yang Menderita Demam, Lalu Bertanya Kepada Staf Pencegahan Epidemi : Apa yang Harus Saya Lakukan?

Luo Tingting

Distrik Haizhu, Guangzhou, Tiongkok ditutup. Seorang anak yang menderita demam 39 derajat tidak dapat diobati. Ibu muda itu melintasi perbatasan dengan anaknya dan bertanya kepada staf pencegahan epidemi : Haruskah saya melompat dari gedung atau mengambil pisau? Apa yang harus saya lakukan?

Sebuah video yang diposting di Twitter menunjukkan bahwa di Desa Kangle, Distrik Haizhu, seorang ibu muda membawa anaknya melewati penghalang dan berkata kepada petugas anti-epidemi yang menghentikannya, “Saya ingin membawa putri saya ke rumah sakit. Dia demam tinggi 39 derajat celcius.”

“Saya tidak punya obat penurun demam, saya tidak punya apa-apa. Apa yang Anda ingin saya lakukan? Mereka semua menyuruh saya keluar dengan pisau dapur. Apakah Anda ingin saya mengambil pisau dapur? Atau Anda mau saya untuk melompat dari gedung? Katakan kepada saya?” Suara ibu muda itu menangis, dan emosinya tampak sedikit pecah.

Seorang pekerja anti-epidemi dengan pakaian pelindung datang kepadanya dan berkata, “Jika kami membiarkan Anda lewat di sini, dapatkah Anda melewati daerah (tertutup) di luar?”

Ibu muda itu menjawab: “Kalau begitu selangkah demi selangkah saya melewatinya!”

Video lain menunjukkan seorang ibu muda di Desa Lujiang, Distrik Haizhu, menggendong bayinya yang berusia 9 bulan dan menangis, “Anak ini demam 39 derajat. Apakah akan membiarkannya panas hingga 40 derajat dan menjadi bodoh? Tidak ada yang peduli.Aku benar-benar tidak mengerti.”

Di Desa Shangchong, Distrik Haizhu, seorang anak juga mengalami demam. Sang ibu menggendong anaknya dan berlutut di persimpangan yang diblokir. Seorang pria paruh baya berlutut dan memohon kepada petugas pencegahan epidemi untuk mengirim anak itu ke rumah sakit untuk perawatan medis .

Para penonton menjadi marah besar dan meminta semua orang memanggil polisi serta membantu anak-anak dan keluarga mereka. Belakangan, sebuah video menunjukkan bahwa karena masalah itu sudah lama tidak diselesaikan, orang-orang yang marah mendobrak tenda personel pencegahan epidemi untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka.

Distrik Haizhu di Guangzhou telah di-lockdown selama berhari-hari,  makanan serta obat-obatan menjadi langka. Banyak video telah diunggah di internet, menunjukkan anak-anak yang demam dan orang tua memohon tanpa daya kepada personel pencegahan epidemi.

Ada video yang menunjukkan seorang ibu muda memberitahukan staf anti-epidemi di lantai atas bahwa semua orang di keluarganya positif COVID-19, dan tidak ada yang peduli dengan anaknya yang demam selama tiga atau empat hari. Sang ibu akhirnya berlutut  dan memohon.  Orang-orang di dekatnya dengan marah menuduh petugas pencegahan epidemi yang masih berdiri di lantai atas, “Ibu ini telah berlutut memohon, kalian tidak melakukan apa-apa.”

Seorang ibu muda di Guangzhou berlutut di gerbang sebuah komunitas dengan anaknya yang demam di lengannya, memohon perawatan medis.Tidak ada yang peduli dengan dia yang berlutut sepanjang malam. Warga dengan marah menuduh petugas pencegahan epidemi, “Apakah Anda masih memiliki hati nurani?”

Dalam video lain, di Desa Kanglu, Distrik Haizhu, seorang anak berusia 8 tahun mengalami demam tinggi dan menelepon polisi untuk meminta bantuan, tetapi tidak ada yang peduli, akhirnya ibu ini dengan berlutut memohon kepada petugas pencegah epidemi, dan lelaki di sampingnya berkata : “anak ini sakit parah. apakah tidak ada yang peduli mengontrol.”

Seorang netizen di Guangzhou mengatakan: “Tragedi di Haizhu terjadi setiap hari. Hei,  anak-anak sakit dan tidak ada yang peduli dengan mereka. Baru saja ada seorang wanita di kelompok saya yang tinggal di gang sebelah saya. Ia mengalami demam dan sakit tenggorokan. Ia mengatakan dia akan segera mati. Ia meminta bantuan orang-orang di grup untuk menghubungi hotline 120, tetapi ada banyak obrolan di sana, dan mereka datang hanya ketika mereka mengatakannya serius. Sekarang tidak masalah jika mereka positif. Hotline 120 hanya akan datang ketika ada yang sekarat. Guangzhou benar-benar mengecewakan.” (hui)