WHO Mendesak Tiongkok Memberikan Data Mentah Guna Menyelidiki Asal Usul COVID-19

oleh Li Zhaoxi

Untuk menyelidiki asal-usul COVID-19, pada Rabu (14 Desember), Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus kembali mendesak pihak pemerintah Tiongkok untuk berbagi data mentah tentang COVID-19.

Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dikutip pada jumpa pers dalam pernyataan di situs web WHO berkata :  “Kami terus mendesak Tiongkok untuk berbagi data yang kami minta guna melakukan penelitian terhadap asal-usul virus ini, seperti yang telah saya katakan berulang kali, bahwa semua hipotesis masih dalam diskusi.”

Tedros mengatakan WHO akan membentuk badan baru untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang asal mula SARS-CoV-2. Langkah tak terduga itu membuat beberapa ilmuwan khawatir. 

Marion Koopmans, seorang ahli virus dan dokter hewan dari Erasmus University Medical Center di Belanda, menyampaikan prihatin dengan keterlambatan ini, dan tentu saja ini agak aneh. Kami kehilangan waktu yang berharga. 

Bagaimana SARS-CoV-2 pertama kali muncul sebagai patogen pernapasan dengan penularan berkelanjutan dari manusia ke manusia 3 tahun setelah wabah pertama kali muncul di Kota Wuhan, Tiongkok tetap menjadi bahan perdebatan aktif.

Menurut para ahli, ada dua teori utama tentang asal usul SARS-CoV-2 : Teori pertama adalah bahwa SARS-CoV-2 adalah hasil dari penyebaran alami zoonosis. Teori kedua adalah bahwa virus yang menginfeksi manusia adalah hasil dari kecelakaan yang berhubungan dengan laboratorium.

Tedros, yang telah lama tunduk pada Beijing, menuduh Tiongkok karena tidak bersedia membagikan “data mentah” sejak awal pandemi, dan menyerukan WHO untuk melakukan peninjauan terhadap laboratorium dan lembaga penelitian terkait yang beroperasi di wilayah dimana kasus penularan terhadap manusia pertama kali terdeteksi pada bulan Desember 2019. Tedros juga mengharapkan penelitian lebih banyak tentang pasar hewan di dalam maupun sekitar Wuhan, termasuk hewan yang dijual di pasar grosir Huanan.

Para peneliti yang sebelumnya telah mengkritik penanganan WHO terhadap asal-usul virus, kini menyambut gembira nada Tedros yang lebih keras daripada terdahulu. 

“Ini adalah tanda bahwa WHO dapat melakukan penyelidikan yang lebih kredibel atau berimbang”, kata ahli biologi molekuler Alina Chan, peneliti terapi gen di Broad Institute, AS.

Pada 14 Mei, Zeng Yujia dan 17 orang ilmuwan lainnya secara bersama mengirim surat ke jurnal “Science” yang menunjukkan bahwa teori laboratorium perlu mendapatkan evaluasi yang lebih imbang. Tapi Zeng Yujia ragu apakah pihak Tiongkok bersedia menyetujui laboratoriumnya diperiksa. “Saat ini, kurangnya transparansi adalah sebuah keuntungan bagi Tiongkok”.

David Relman, seorang peneliti microbiome di Stanford University, berharap Tedros mengakui bahwa di waktu lalu WHO telah menggunakan “pendekatan yang salah”. “Saya berpikir dia tidak boleh begitu saja mengambil langkah berikutnya dengan tanpa mencemaskan apa yang telah terjadi sejauh ini”.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian membantah pernyataan Tedros pada konferensi pers 14 Desember. Ia menekankan bahwa laporan yang telah dihasilkan sebelumnya telah menarik sebuah kesimpulan penting, dan kembali menyinggung mengenai pernyataan bahwa SARS-CoV-2 mungkin saja sudah pernah muncul untuk pertama kalinya di negara lain, bahkan bisa jadi (virus) memasuki Tiongkok melalui makanan yang dibekukan. Dia juga menyindir Tedros agar tidak mempolitisasi masalah tersebut.

David Relman juga ingin tahu apakah WHO adalah organisasi terbaik dalam mengawasi penelitian tentang asal-usul SARS-CoV-2. “Karena mereka bukan lembaga independen”, katanya. Relman menyarankan untuk mengusut tentang asal usul patogen, sebaiknya Perserikatan Bangsa-Bangsa yang membentuk organisasi yang sama sekali baru menurut jalur pemikiran Badan Energi Atom Internasional.

Tapi Relman merasa gembira dengan adanya langkah baru WHO untuk menemukan jawaban tentang asal usul SARS-CoV-2. Relamn juga sangat berharap fungsi ilmu pengetahuan yang lebih mendominasi”. (sin)