IHME Berspekulasi tentang “Tsunami” COVID-19 di Tiongkok : Sekitar Sepertiga Penduduk Terinfeksi

oleh Xu Jian

Menurut prediksi terbaru yang dibuat oleh Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan (Institute for Health Metrics and Evaluation. IHME) Amerika Serikat, bahwa sepertiga populasi Tiongkok berpotensi terinfeksi COVID-19 akibat pemerintah Tiongkok tiba-tiba mengubah kebijakan epideminya tanpa sedikit pun persiapan. Pakar kesehatan masyarakat memperingatkan bahwa wabah yang melanda daratan Tiongkok saat ini bagaikan gelombang “tsunami”.

“Sekarang Barulah Awal dari Tsunami Epidemi”

Selama pandemi melanda dunia, pemodelan IHME telah diandalkan oleh berbagai pemerintah dan perusahaan untuk mengevaluasi dampak. Menurut proyeksi lembaga tersebut, kasus di daratan Tiongkok saat ini akan mencapai puncaknya sekitar 1 April 2023, ketika jumlah kematian mencapai 322.000 orang. Christopher Murray, Direktur IHME mengatakan bahwa sekitar sepertiga dari populasi Tiongkok akan terinfeksi.

Pada 15 Desember, Jennifer Bouey, Direktur Riset Kebijakan Tiongkok di RAND Corporation mengatakan kepada Voice of America dalam sebuah diskusi online, bahwa banyak model epidemiologi menunjukkan bahwa putaran epidemi di Tiongkok saat ini akan melanda bagaikan gelombang tsunami. 

“Saat ini baru awal tsunaminya epidemi. Saya perkirakan hal itu akan berlangsung selama beberapa bulan, tergantung pada kondisi sistem medis di Tiongkok”, katanya.

Sejak Xi Jinping tiba-tiba membatalkan pelaksanaan kebijakan Nol Kasus, dan sejak 3 Desember, departemen kesehatan nasional Tiongkok tidak lagi melaporkan data kematian resmi akibat epidemi. 

Saat ini, banyak kota terbesar di Tiongkok telah mengalami lonjakan kasus, di tengah kekhawatiran bahwa wabah tersebut dapat melanda populasi 1,4 miliar penduduk ketika banyak orang berkumpul untuk merayakan tahun Baru Imlek bulan Januari tahun depan.

Pada  Jumat (16 Desember), ketika prediksi IHME diposting online, Christopher Murray mengatakan bahwa transmisibilitas yang tinggi dari varian Omicron membuat kebijakan Nol Kasus berantakan tidak berkelanjutan.

Pemodelan yang digunakan oleh institut tersebut didasarkan pada informasi tentang wabah Omicron di Hongkong, informasi tentang tingkat vaksinasi yang diberikan oleh pemerintah Tiongkok, dan asumsi tentang bagaimana provinsi akan merespons ketika tingkat infeksi meningkat.

“Sejak wabah mulai menyebar dari Kota Wuhan, otoritas Tiongkok hampir tidak melaporkan jumlah kasus kematiannya. Itu sebabnya kami ingin melihat tingkat kematian infeksi melalui Hongkong”, kata Murray.

Model Lainnya yang Dipakai untuk Mengevaluasi Dampak dan Perkiraan Pakar

Pada 15 Desember, “The Economist” merilis sebuah model yang memprediksi bahwa jika virus dibiarkan menyebar, maka diperkirakan akan ada 1,5 juta penduduk Tiongkok yang akan meninggal dunia. Skenario paling mengerikan adalah : Sekitar 96% populasi akan terinfeksi dalam tiga bulan ke depan, permintaan akan ranjang di ruang ICU akan segera melebihi pasokan, dan penduduk lansia di atas 60 tahun akan menduduki 90% kematian akibat terinfeksi.

Rabu pekan lalu (14 Desember), sebuah makalah yang diterbitkan di server pracetak Medrxiv menyatakan bahwa menurut prediksi pemodel penyakit di Universitas Hongkong, selama periode dari Desember 2022 hingga Januari 2023, kebijakan berulang otoritas Tiongkok  tentang epidemi akan menyebabkan 684 dari setiap 1 juta penduduk meninggal dunia. Makalah ini belum ditinjau oleh rekan sejawat.

Huang Yanzhong, peneliti senior untuk kesehatan global di Dewan Hubungan Luar Negeri AS mengatakan, bahwa 164 juta orang warga Tiongkok mengidap penyakit diabetes, dan 8 juta orang warga lansia di atas 80 tahun yang belum pernah divaksinasi COVID-19.

Banyak ahli epidemiologi domestik di Tiongkok juga percaya bahwa putaran epidemi saat ini akan mencapai puncaknya dalam satu atau dua bulan ke depan. Misalnya, Zhang Wenhong, Direktur Departemen Penyakit Menular di Rumah Sakit Huashan yang Berafiliasi dengan Universitas Fudan di Shanghai, baru-baru ini memperkirakan hal itu. puncak putaran epidemi saat ini di Shanghai akan tiba dalam waktu satu bulan mendatang. Butuh waktu tiga hingga enam bulan untuk melewati epidemi ini secara keseluruhan.

Zhang Boli, seorang akademisi dari Akademi Teknik Tiongkok mengatakan pada 16 Desember, bahwa setelah tiba puncaknya pada  Januari dan Februari tahun depan, epidemi diperkirakan akan memasuki keadaan normal pada musim semi mendatang. Li Lanjuan, Direktur Laboratorium Utama Diagnosis dan Perawatan Penyakit Menular Negara Tiongkok mengatakan pada 12 Desember, bahwa epidemi dapat mencapai puncaknya dalam waktu sekitar satu bulan mendatang. (sin)