Sistem Kremasi di Banyak Tempat Tiongkok Lumpuh Akibat Membludaknya Jumlah Jenazah

oleh Zhao Fenghua dan Hong Ning

Gelombang baru COVID-19 sedang melanda daratan Tiongkok, dan sistem pemakaman dan kremasi di Beijing, Hebei, dan tempat lain sudah kewalahan untuk menghadapi membludaknya kiriman jenazah. Seseorang yang mengetahui masalah tersebut mengungkapkan kepada reporter Epoch Times, bahwa pencabutan kebijakan Nol Kasus pemerintah Tiongkok itu merupakan akibat dari kegagalan total mereka dalam mencegah penyebaran epidemi. 

Menurut video yang diambil oleh seorang netizen beberapa hari yang lalu, di Rumah Sakit Chuiyangliu, Beijing, banyak jenazah di atas pembaringan yang ditutupi kain putih sedang menanti untuk dibawa ke tempat kremasi, tetapi tidak bisa dibawa pergi tepat waktu karena keterbatasan mobil jenazah dan antrean panjang yang menunggu kremasi di krematorium.

Dokter Beijing : Kebijakan Nol Kasus Justru Menghambat Pengobatan terhadap Epidemi yang Sebelumnya Sudah Mengganas

Dr. Zhang dari sebuah rumah sakit di Beijing baru-baru ini mengungkapkan kepada reporter Epoch Times, bahwa sebelum pihak berwenang mengumumkan pelonggaran pencegahan epidemi, penyebaran epidemi di Beijing telah meluas, tetapi pihak berwenang melempar kesalahan kepada Gerakan Kertas Putih. 

“Pembebasan blokir itu bukan karena protes Gerakan Kertas Putih, tetapi justru otoritas memanfaatkan Gerakan Kertas Putih (untuk menutupi kegagalan kebijakan). Saat itu, jumlah kasus infeksi sudah sangat tinggi, banyak warga lansia dan orang sakit yang tertular di rumah sakit. Namun karena persyaratan dari kebijakan Nol Kasus, perawatan untuk COVID-19 tidak dapat dilakukan, sehingga terjadi penundaan perawatan. Oleh karena itu, pada hari pembebasan blokir, jumlah kematian langsung melonjak. Orang-orang ini meninggal sebenarnya karena keterlambatan pengobatan, bukan karena virus partai komunis Tiongkok (COVID-19)”, kata Dr. Zhang.

Pada 14 Desember, Mike Ryan, Direktur Eksekutif Rencana Darurat Kesehatan Masyarakat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), secara terbuka mengatakan kepada media bahwa jumlah kasus COVID-19 di Tiongkok telah memuncak sebelum otoritas Beijing mencabut langkah-langkah pencegahan epidemi yang ketat.

Perusahaan Pemakaman / Kremasi di Beijing : Layanan Satu Atap Ditiadakan

Karena wabah yang mengamuk, sistem pemakaman maupun kremasi di Beijing menghadapi kelebihan beban operasi. Seorang operator wanita di Lingyuan.com mengatakan kepada Epoch Times pada 19 Desember, bahwa perusahaan saat ini telah meniadakan pelayanan satu atap baik untuk pemakaman maupun kremasi jenazah.

“(Layanan satu atap) kami sementara dihentikan, rumah duka penuh. Sekarang jika Anda ingin melakukan (pemakaman / kremasi jenazah), Anda harus menemukan rumah duka yang berlokasi di wilayah dekat tempat tinggal Anda. Itu adalah aturan pemerintah yang berlaku di seluruh kota. Coba saja tanyakan kepada perusahaan lain, itu sama. Soal sampai kapan itu berlaku ? Kita sedang menunggu pengumuman lebih lanjut”, kata operator wanita tersebut.

Warga Kota Shijiazhuang : Jumlah kasus COVID-19 Sudah Membumbung Tinggi Sebelum Pembebasan Lockdown

Mr. Liu, warga Kota Shijiazhuang, Provinsi Hebei mengatakan kepada reporter Epoch Times pada 17 Desember, bahwa sejak akhir November, penyebaran epidemi telah gagal dikendalikan otoritas.

Mr. Liu mengatakan : “Sekarang ada antrean panjang di depan pintu toko obat di Shijiazhuang, karena jumlah infeksinya sangat tinggi. Lebih-lebih setelah memasuki bulan Desember. Bahkan, dalam beberapa hari terakhir menjelang lockdown dibuka, jumlah kasusnya sudah membludak, jika lockdown terus dipertahankan, maka jumlah kasusnya akan terus meningkat, dan tampak jelas kebijakan Nol Kasus gagal total”.

Mr. Liu mengatakan bahwa karena peningkatan tajam kasus infeksi, operasi normal dari instansi pemerintah jadi terpengaruh.

“Sejak Desember, instansi pemerintah seperti biro keamanan publik, biro-biro penegak hukum, dan lain-lain mengalami hal-hal yang tidak normal selama dua minggu terakhir. Nyaris tidak ada pegawai yang masuk kerja. Kebanyakan dari mereka terinfeksi, dan yang tidak terinfeksi juga memilih tinggal dalam rumah. Orang-orang di sekitar saya juga banyak yang terinfeksi, begitu pula diri saya”, katanya.

“Dalam dua minggu terakhir, saya tidak bisa membeli obat (di) berbagai toko obat, dan antriannya sangat panjang. 2 kali saya mencoba untuk membeli obat yang saya butuhkan, saya ikut mengantri. Sampai di rumah obat saya minum sedikit, sisanya saya simpan buat jaga-jaga saat perlu, Jadi saya bertahan dengan cara banyak minum air. Bersyukur sekarang sudah hampir sembuh”.

Mr. Liu juga mengatakan : “Shijiazhuang sekarang sedang berada di puncak infeksi, warga tidak berani keluar rumah. Hanya ada sedikit kendaraan dan pejalan kaki terlihat di jalanan, dan banyak toko tidak buka. Meskipun operasi bus di pusat perbelanjaan berjalan normal, tetapi tidak ada penumpang. Jumlah kendaraan di jalan jauh lebih sedikit daripada saat ada blokade ketat”.

Krematorium di Shijiazhuang : Kremasi Butuh Waktu Menunggu Selama 3 hari 

Pada 19 Desember, reporter Epoch Times yang mengutip informasi dari staf krematorium di Kota Shijiazhuang memberitakan bahwa meskipun tungku kremasi sekarang beroperasi 24 jam sehari, tetapi masih butuh waktu menunggu yang panjang untuk mengkremasi jenazah anggota keluarga.

Ms. Lin, yang bekerja di perusahaan kremasi mengatakan kepada reporter : “Di sini kami tidak memberlakukan upacara perpisahan jenazah, dan kami juga tidak menerima order pesanan (kremasi) sebagaimana sebelum wabah. Sekarang kremasi berjalan 24 jam sehari. Kalaupun jenazah sudah tiba di sini, kita juga tidak mungkin bisa langsung mengkremasinya, harus menunggu antrean. Misalnya (jenazah) datang besok (20 Desember) masih harus tunggu sampai tanggal 22 Desember atau lebih baru bisa dikremasi”.

“Pada hari kremasi, telepon saja (ke rumah duka), dan ada mobil ambulan yang pergi untuk menjemput (jenazah). Hanya sopir dan mobil yang diberangkatkan, tidak ada petugas yang mengangkat jenazah, jadi layanan satu atap ditiadakan. Misalnya Anda menelepon pada 20 Desember, jenazah yang diangkut pada hari yang sama tetapi tidak dapat langsung mengkremasinya. Itu akan ditunda selama dua hari dan Anda akan disuruh pergi langsung ke rumah duka Shijiazhuang untuk mengambil abu jenazahnya. Sebelum dikremasi, anggota keluarga tidak akan diberitahu untuk upacara perpisahan jenazah, kecuali usai kremasi keluarga diberitahu untuk mengambil abu jenazah”.

“Jenazah yang mau dikremasi banyak, karena situasi epidemi saat ini, krematorium kami terpaksa beroperasi selama 24 jam sehari”.

Perusahaan Kremasi di Kota Shenyang : Butuh Waktu Antre Selama 3 Hari untuk Kremasi

Di Kota Shenyang, Provinsi Liaoning, seorang staf perusahaan kremasi mengatakan kepada reporter Epoch Times pada 19 Desember bahwa kremasi jenazah juga memerlukan antrean panjang.

Ketika reporter Epoch Times bertanya : “Ada jenazah di kamar mayat rumah sakit, bisakah perusahaan Anda membawanya ke krematorium ?”

Staf menjawab : “Layanan satu atap berharga RMB. 1.500,- kemudian kami uruskan nomor antrean (untuk kremasi). Tetapi tidak dapat jaminan bahwa (jenazah) akan segera dibawa pergi, mungkin perlu menunggu 3 sampai 5 jam, lalu setibanya di krematorium juga harus menunggu 3 hari kemudian baru dapat dikremasi. Sekarng ini jangankan untuk menghubungi perusahaan kremasi, untuk mendapat nomor antrean saja sudah sulit”.

Seorang karyawan dari perusahaan kremasi lain di Kota Shenyang mengatakan kepada reporter : “Sulit menghubungi telepon (krematorium) kami pun tidak dapat berbuat banyak, coba saja terus menerus, hanya itu. Krematorium sudah beroperasi selama 24 jam sehari sekarang. Sekarang panggil mobil ambulan jenazah pun tidak bisa langsung pergi mengangkat, bisa menunggu sampai keesokan harinya. Karena kami juga butuh koneksi. Cara lain yaitu bawa ke tempat lain untuk dikremasi, misalnya dibawa ke krematorium Faku, di sana biaya kremasinya RMB. 5.000,-, ditambah lagi dengan biaya di sini, jadi total kira-kira hampir RMB. 10.000,- . Kremasi di luar kota tentu lebih mahal, tetapi di sana ada penitipan abu jenazah”.

Seorang staf perusahaan kremasi yang menerima layanan satu atap di Distrik Huanggu, Kota Shenyang mengatakan kepada reporter Epoch Times, bahwa saat ini anggota keluarga yang berduka harus mencari perusahaan layanan pemakaman untuk membuat janji kremasi.

“(Anggota keluarga) tidak bisa membuat janji sendiri sekarang. Kami harus membuat janji dengan krematorium. Butuh waktu dua sampai tiga hari untuk dikremasi, karena (jenazah) yang menunggu dikremasi terlalu banyak”. (sin)