Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Anjlok, 2 WN Tiongkok Tewas dan 4 Terluka

Rel kereta kecepatan tinggi Jakarta-Bandung dengan total panjang 142,3 kilometer  diproduksi oleh teknologi Tiongkok. Proyek ini merupakan bagian “Belt and Road Initiative” Tiongkok di Indonesia. Beberapa hari lalu, sebuah kereta teknik tergelincir saat pembangunan kereta  cepat Jakarta-Bandung (KCJB), menewaskan 2 pekerja Tiongkok dan melukai 4 lainnya.

Pihak berwenang memerintahkan penghentian sementara pekerjaan untuk menyelidiki penyebab kecelakaan.

Anggota DPR RI meminta pemerintah mengkaji ulang rencana tersebut dikarenakan  kereta api cepat Jakarta-Bandung banyak mengalami kecelakaan.

NTD

Kereta api cepat Jakarta-Bandung yang menghubungkan dua kota besar Jakarta dan Bandung,  merupakan kereta api cepat pertama di Asia Tenggara. Walaupun demikian, kereta cepat ini tak sampai ke wilayah Kota Bandung. Kereta ini direncanakan memiliki empat titik pemberhentian, yaitu Stasiun Halim (Jakarta), Karawang, Padalarang (Bandung Barat)  dan Tegalluar (Kabupaten Bandung). 

Kantor Berita Central News Agency melaporkan bahwa PT Kereta Cepat Indonesia Cina atau KCIC selaku perusahaan yang bertanggung jawab atas pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung, mengkonfirmasi terjadi kecelakaan. Kepada media pada 19 Desember disebutkan bahwa kereta yang tergelincir  pada Minggu 18 Desember 2022 pukul 16.00, mengakibatkan kematian dua pekerja asing.

KCIC mengatakan kepada Jakarta Post dalam sebuah pernyataan: “KCIC telah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menangani insiden ini, dan telah bekerja sama dengan penyelidikan pihak berwenang atas insiden tersebut.” 

Adita Irawati, Juru Bicara Kementerian Perhubungan RI, dalam siaran persnya mengatakan, kecelakaan tersebut menyebabkan total enam orang korban jiwa, rinciannya dua meninggal dunia, 2 luka berat dan 2 luka ringan.   Insiden kecelakaan terjadi di daerah Cempaka Mekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. 

Surat kabar Tempo melaporkan bahwa Ketua Pelaksana KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan bahwa keenam orang itu semuanya berkewarganegaraan Tiongkok dan yang terluka parah masih dirawat di rumah sakit.

Menyusul insiden tersebut, Kementerian Perhubungan memerintahkan penghentian sementara pekerjaan proyek kereta cepat.  Setelah investigasi selesai, sebuah proposal akan disusun untuk memandu bagaimana meningkatkan keselamatan proyek. 

Menanggapi kecelakaan tersebut, anggota parlemen dan para ahli telah meminta pemerintah Indonesia untuk memeriksa kembali keamanan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. 

Suryadi Jaya Purnama, anggota DPR RI dari Partai Keadilan dan Sejahtera (PKS), mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Central News Agency, “Pemerintah Indonesia harus meninjau ulang proyek kereta api Jakarta-Bandung dan menegosiasikannya kembali.

Suryadi mengatakan sebelumnya, pipa gas milik Pertamina juga rusak dan meledak. Selain itu, juga terjadi kecelakaan seperti tiang jembatan roboh saat proses pemindahan dan dua excavator roboh. Ia meminta pihak kepolisian menyelidiki penyebab kecelakaan secara detail, dan KCIC harus bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut, serta menerapkan aturan keselamatan dalam setiap pekerjaan selanjutnya.

Pengamat Asosiasi Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana mencontohkan, dalam hal ini, batas waktu penyelesaian harus diperpanjang. Dia percaya kecelakaan dikarenakan KCIC  terburu-buru untuk menyelesaikan proyek tersebut sebelum batas waktu Juni 2023.

Insiden ini juga merupakan kemunduran lain bagi proyek ‘One Belt, One Road’ Tiongkok di Indonesia.  Sebelumnya, penyelesaian kereta cepat Jakarta-Bandung juga terus tertunda, yang semula dijadwalkan selesai pada 2019, tetapi ditunda hingga 2023 karena masalah seperti wabah dan pembebasan lahan. Bahkan, pembengkakan biaya menjadi  kontroversial.

Tiongkok  awalnya mengusulkan kereta api cepat Jakarta-Bandung dengan biaya US$5,5 miliar, yang dijamin tidak memerlukan dana atau jaminan dari pemerintah Indonesia.  Kemudian meningkat menjadi sekitar US$6 miliar, dengan pinjaman dari China Development Bank 75%, periode pembayaran 40 tahun.

Namun, karena proyek tersebut tertunda, pemerintah Indonesia akhirnya terpaksa berinvestasi dengan menggelontorkan anggaran yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara  (APBN). Menurut laporan, saat ini biaya proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung membengkak hingga 7,5 miliar dolar AS. (hui)