Sejarah The Epoch Times Terukir Secara Permanen dalam Catatan Kongres AS

 oleh Ren Hao

Anggota Kongres AS Ralph Norman pada Kamis (13 Juli), membacakan sejarah berdirinya “The Epoch Times”, sebuah media independen yang berhasil menerobos penindasan PKT kemudian berkembang menjadi media terbesar ke-4 di Amerika Serikat. Sebuah rekor yang terukir secara permanen dalam catatan Kongres AS.

Anggota Kongres AS Ralph Norman mengatakan : “Dengan menjunjung tinggi ‘fakta dan tradisi’, media The Epoch Times yang mematuhi standar tertinggi industri berita, secara sungguh-sungguh mempraktikkannya (standar itu), dan berkomitmen tinggi untuk menginspirasi publik dengan menonjolkan sifat manusia yang paling indah. Saat ini, The Epoch Times diterbitkan dalam 22 bahasa dan beredar di 36 negara di seluruh dunia. Teman-teman, semua ini bermuara pada satu kata, yakni kebebasan.”

Perwakilan Ralph Norman (R-S.C.) berpose untuk berfoto di Aula Emansipasi di Gedung Kongres AS di Washington pada 22 Juni 2023. (Madalina Vasiliu / The Epoch Times)

Pada 13 Juli, Perwakilan AS Ralph Norman dari Carolina Selatan membacakan sejarah berdirinya The Epoch Times di ruang Dewan Perwakilan Rakyat. Setelah juru tulis merekam pidato lengkapnya, itu berarti peristiwa tersebut secara permanen terukir dalam Catatan Kongres dan dapat diikuti kembali kapan saja di masa mendatang. Pada saat yang sama, saluran siaran langsung Kongres juga menyiarkan pidato lengkap Ralph Norman ke seluruh negeri.

Ralph Norman mengatakan : “Pada tahun 1999, ketika Tang Zhong menerima gelar Ph.D. dalam bidang fisika di Institut Teknologi Georgia, dia tidak menyangka bahwa 20 tahun kemudian, dia akan memimpin surat kabar dengan pelanggan terbanyak keempat di Amerika Serikat”.

Norman menyebutkan dalam pidatonya bahwa di awal tahun berdirinya The Epoch Times, satu dari setiap 12 orang di Tiongkok percaya ajaran Falun Gong. Pada saat itu, untuk menghancurkan kepercayaan masyarakat, PKT menggunakan media nasional untuk melecehkan latihan spiritual yang damai ini. Melihat penganiayaan kejam terhadap teman-teman di Tiongkok, Tang Zhong mendirikan The Epoch Times di Kota Atlanta, dan segera menarik sejumlah besar elit Tiongkok di Amerika Serikat yang rela melepaskan pekerjaan bergaji tinggi untuk bergabung dan mengembangkan The Epoch Times.

Selama 20 tahun terakhir, meskipun penindasan terus berlanjut, termasuk memenjarakan jurnalis Tiongkok, memukuli insinyur Amerika lalu komputernya diambil oleh agen PKT, mengobrak-abrik percetakan Epoch Times di Hongkong dan sebagainya, tetapi laporan berita tanpa sensor dan benar dari Epoch Times telah menarik banyak orang setiap hari. Jutaan pembaca bahasa Mandarin, terutama di Tiongkok daratan, menelusuri berita The Epoch Times melalui perangkat lunak VPN. Pada saat yang sama, The Epoch Times juga menarik jutaan pembaca dalam bahasa Inggris dan bahasa-bahasa lainnya.

Yang Jiekai, editor senior di edisi bahasa Inggris The Epoch Times mengatakan : “Sebagai karyawan yang telah bekerja selama 19 tahun di Epoch Times, sungguh sangat bangga melihat sejarah berdirinya The Epoch Times tercatat dalam Catatan Kongres AS. Hal yang saya anggap paling penting adalah di antara media Independen ini, The Epoch Times yang merupakan salah satu media terbesar, kini telah menjadi sumber berita faktual bagi orang Amerika Serikat”.

Staf di percetakan yang mencetak The Epoch Times edisi Hong Kong bereaksi terhadap kebakaran yang dipicu oleh empat pria bermasker pada 19 November 2019.

Norman secara khusus memuji prakarsa “Quit CCP” yang diluncurkan oleh The Epoch Times, yang berhasil memotivasi lebih dari 410 juta warga negara Tiongkok untuk melepaskan keanggotaan PKT, serta semua organisasi afiliasinya.

Kepada NTDTV Ralph Norman mengatakan bahwa mendukung The Epoch Times berarti mendukung kebebasan dan demokrasi Amerika Serikat, dan mendukung rakyat Amerika Serikat.

“Jika kita tidak menceritakan kisah yang dialami The Epoch Times dalam perkembangannya, kita mungkin juga  menjadi Partai Komunis Tiongkok berikutnya. Berita yang dilaporkan oleh the Epoch Times, dan alasan kesuksesan mereka, semua itu karena penyajian ‘fakta’, bukan rekayasa,” kata Ralph Norman. (sin)