Kerusuhan Meletus di Papua Nugini Dikabarkan Menyebabkan 15 Orang Tewas

The Associated Press

Pemerintah Papua Nugini berupaya memulihkan ketertiban pada Kamis setelah sedikitnya 15 orang dilaporkan tewas dalam kerusuhan dan penjarahan yang menyebabkan dua kota terbesar di negara itu terbakar.

Kerusuhan dimulai di ibu kota, Port Moresby, pada Rabu 10 Januari setelah ratusan petugas polisi, tentara, staf penjara, dan pegawai negeri mengundurkan diri dari pekerjaan mereka sebagai aksi protes atas perselisihan gaji.

Pemerintah Papua Nugini mengaitkan pemotongan gaji tersebut dengan kesalahan administratif.

Kerusuhan serupa juga menimbulkan kerusakan di Lae, kota terbesar kedua di negara Pasifik barat daya. Australian Broadcasting Corporation melaporkan sedikitnya 15 orang tewas di Port Moresby dan Lae.

Sebanyak 180 personel pertahanan tambahan terbang ke Port Moresby pada  Kamis.

Ketegangan di negara ini meningkat di tengah tingginya pengangguran dan meningkatnya biaya hidup.

Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengatakan Port Moresby “di bawah tekanan dan desakan” namun kekerasan telah mereda.

“Polisi tidak bekerja kemarin di kota ini dan orang-orang melakukan pelanggaran hukum—tidak semua orang, tapi di beberapa bagian kota kami,” kata Marape dalam konferensi pers pada hari Kamis. 

“Laporan situasi hingga pagi ini menunjukkan ketegangan di kota telah mereda.”

Banyak toko dan layanan perbankan tutup pada hari Kamis karena pemilik bisnis memperbaiki kerusakan.

Papua Nugini adalah negara berkembang dan beragam yang sebagian besar penduduknya adalah petani subsisten dan memiliki sekitar 800 bahasa yang digunakan. Letaknya di bagian penting yang strategis di Pasifik Selatan. Dengan penduduk 10 juta jiwa, negara ini merupakan negara terpadat di Pasifik Selatan setelah Australia, yang merupakan rumah bagi 26 juta jiwa.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengimbau agar tetap tenang. Dia mengatakan pemerintahnya belum menerima permintaan bantuan apa pun dari tetangga terdekatnya.

Papua Nugini dan Australia bulan lalu menandatangani pakta keamanan bilateral.

“Komisi tinggi kami di Port Moresby terus memantau dengan cermat apa yang terjadi di sana, memastikan warga Australia mendapat perhatian,” kata Albanese kepada wartawan, Kamis.

Papua Nugini berjibaku membendung meningkatnya kekerasan suku dan kerusuhan sipil di daerah-daerah terpencil dan memiliki tujuan jangka panjang untuk meningkatkan jumlah polisi dari 6.000 petugas menjadi 26.000 personil. (asr)