Ungkapan Ma Ying-jeou “Harus Mempercayai Xi Jinping” Jelang Pemilu Memicu Kemarahan Publik Taiwan

 oleh Luo Tingting

Jelang pemilihan umum Taiwan, mantan Presiden Ma Ying-jeou secara terbuka menyatakan  bahwa dalam hubungan lintas selat, Anda harus mempercayai Xi Jinping. Ungkapannya ini menyebabkan kemarahan publik. Ho Yu-ih, capres dari Partai KMT (Kuomintang) buru-buru menyatakan perbedaan pemahaman dengannya. Para komentator mengkritik Ma Ying-jeou karena pernyataan tersebut mencerminkan ia mendukung Partai Komunis Tiongkok untuk mengancam pemilu Taiwan.

Dalam wawancaranya dengan media Jerman “Deutche Welle” pada 8 Januari, Ma Ying-jeou mengatakan bahwa dirinya tidak berpikir bahwa Xi Jinping mempromosikan reunifikasi. “Sejauh menyangkut hubungan lintas selat, Anda harus mempercayainya”. Inilah statement yang membuat onar.

Ma Ying-jeou mengatakan : “Reunifikasi adalah apa yang digariskan dalam konstitusi. Awalnya itu dapat diterima oleh Taiwan, tapi harus diselesaikan secara damai melalui prosedur demokratis. Jika ini bisa tercapai, rakyat Taiwan mungkin tertarik untuk menerimanya.”

Dia juga menekankan kembali tentang “Konsensus 1992” dan mengatakan bahwa sebagian besar kebijakan lintas selat usungan capres dari KMT Hou Yu-ih saat ini adalah lanjutan dari pendekatan yang telah Ma lakukan di masa lalu.

Menanggapi upaya Taiwan dalam memperkuat kemampuan pertahanan militernya demi melawan provokasi militer Tiongkok, Ma Ying-jeou mengatakan : “Tidak peduli bagaimana Taiwan berupaya untuk mempertahankan diri, Taiwan tidak akan pernah mampu menahan bahkan memenangkan perang dengan Tiongkok daratan. Mereka terlalu besar dan jauh lebih kuat dari kita. Oleh karena itu kita tidak boleh menggunakan kekerasan untuk meredakan ketegangan.”

Ketika reporter media Jerman itu bertanya perihal Gerakan Mahasiswa Bunga Matahari di era Ma, yang mendorong generasi muda Taiwan turun ke jalan untuk memprotes kedekatan pemerintahan Ma dengan Partai Komunis Tiongkok. Setelah itu DPP yang memenangkan dua pemilihan umum berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa rakyat Taiwan menolak kebijakan lintas selat yang diusung KMT.

Jawaban Ma Ying-jeou : “Baiklah, jika ini adalah pilihan mereka, tetapi perlu diingat bahwa mereka harus bersiap menghadapi suatu tindakan dari Tiongkok daratan. Pokoknya, kami telah memperingatkan, jika capres dari DPP yang terpilih, bakal ada masalah yang timbul”.

Pada Sabtu (13 Januari), Republik Tiongkok menyelenggarakan pemilihan presiden. Partai berwarna biru (KMT) yang telah gagal dalam 2 kali pemilu, terus berusaha untuk bangkit kembali untuk menggapai kekuasaan. Pada momen sensitif seperti saat ini, Ma Ying-jeou mengatakan bahwa “Anda harus mempercayai Xi Jinping” dan menerima gagasan reunifikasi lintas selat, jelas memicu keributan di kalangan publik.

Agar tidak kehilangan suara pendukung, capres KMT Ho Yu-ih segera menyampaikan bahwa dirinya berbeda pemahaman dengan Ma Ying-jeou. Ho mengaku bahwa ia selalu menganjurkan strategi 3D, termasuk melakukan pencegahan, memperkuat persenjataan pertahanan negara, meningkatkan kemampuan pertahanan diri serta memperbanyak dialog. Secara khusus, Ho memang tidak pernah memiliki gagasan yang tidak realistis mengenai niat PKT.

Ho Yu-ih menekankan bahwa dalam hubungan lintas Selat, PKT harus bersedia mematuhi sistem demokrasi dan kebebasan Taiwan. Taiwan menolak “Satu Negara Dua Sistem”, selain juga menuntut PKT memberikan perlindungan cara hidup masyarakat Taiwan.

Cawapres dari KMT Chao Shao-kang menekankan bahwa pernyataan Ma Ying-jeou tidak berlaku untuk Ho Yu-ih, dan diskusi lintas selat harus didasarkan pada pernyataan Ho Yu-ih. Ia menilai bahwa masih terlalu dini untuk membicarakan soal reunifikasi.

Kolumnis “Upmedia” Li Haozhong menulis sebuah artikel yang menunjukkan bahwa Ma Ying-jeou mendukung Partai Komunis Tiongkok untuk mengancam pemilu Taiwan.

“Saat ini, tidak ada negara atau partai mana pun di dunia ini yang memperingatkan rakyat Taiwan bahwa jika mereka tidak memilih capres dari KMT, hal itu akan merugikan Taiwan. Kecuali PKT yang akan mengancam pemilih Taiwan agar mereka tidak memilih kandidat dari Partai Progresif Demokratik. Tapi apakah Ma Ying-jeou tidak pernah berpikir bahwa ancaman ekonomi dan militer Tiongkok akan cukup untuk menghancurkan demokrasi Taiwan ?” tulis Li Haozhong. 

Li menyebutkan bahwa bukankah pernyataan Ma Ying-jeou jelang pemilu itu bermaksud memperingatkan rakyat Taiwan bahwa PKT akan melakukan “suatu tindakan”, jika tidak menuruti keinginannya guna memaksa rakyat Taiwan untuk tidak dengan bebas memilih kandidat yang mereka dukung.

Li Haozhong percaya bahwa “wawancara eksklusif ini telah mengungkapkan jati diri seorang Ma Ying-jeou, sekaligus membuktikan bahwa demokrasi dan kebebasan tidak pernah menjadi nilai-nilai dirinya”.

Di platform sosial “X” banyak komentar sinis yang ditujukan kepada Ma Ying-jeou, antara lain berbunyi : “Ma Ying-jeou adalah kuda Troya yang dibudidayakan oleh Partai Komunis Tiongkok di Taiwan. Masyarakat Taiwan harus tetap membuka mata, jika tidak, orang yang membuka pintu untuk menyambut para bandit adalah politisi korup seperti Kuomintang”.

“Tendangan di menit-menit terakhir Ma Ying-jeou sangat bagus. Dia langsung menendang para pemilih ke Partai Progresif Demokratik”. “Bantuan serangan Ma Ying-jeou membuat (Wiliam) Lai tertawa lega.”

“Sebaiknya memindahkan seluruh keluarga ke Beijing,” kata netizen lain kepada Ma jika ia yakin terhadap Xi Jinping.

William Lai, capres dari DPP pada 10 Januari mengatakan dalam acara kampanyenya, bahwa Ma Ying-jeou selain menghendaki rakyat Taiwan mempercayai Xi Jinping, ia juga terus menekankan perlunya hubungan lintas selat kembali ke dasar-dasar yang tertera dalam “Konsensus 1992”.

Ia percaya bahwa pemilu Taiwan bukan hanya sebuah pilihan antara “mempercayai Taiwan” atau “mempercayai Xi Jinping”, namun juga sebuah pilihan antara “menerima satu Tiongkok” atau “bergerak menuju dunia yang demokratis.” (sin)