Tiga Serangan Terjadi di Pangkalan Militer Timur Tengah,  AS Tembak Jatuh Rudal Houthi

Komando Pusat AS pada Rabu (31 Januari),  menyatakan bahwa mereka menghancurkan rudal permukaan-ke-udara yang disiapkan untuk diluncurkan oleh teroris Houthi di Yaman. Pentagon mengkonfirmasi sehari sebelumnya bahwa setelah tiga tentara AS terbunuh, pangkalan militer AS di Timur Tengah mengalami dua kali serangan

Yu Liang – NTD

Komando Pusat AS oada Rabu (31 Januari) mengatakan bahwa mereka telah menghancurkan sebuah rudal permukaan-ke-udara yang sedang dipersiapkan untuk ditembakkan oleh teroris Houthi di Yaman. Sehari sebelumnya, Pentagon mengonfirmasi bahwa setelah kematian tiga tentara AS, pangkalan AS di Timur Tengah dihantam dua lagi serangan. 

Juru Bicara Pentagon Mayor Jenderal Pat Ryder mengatakan  : “Ada tiga serangan sejak 28 Januari.”

Pada  Rabu, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika, John Kirby, menegaskan kembali bahwa Amerika Serikat akan meminta pertanggungjawaban mereka  atas insiden tersebut dengan cara Amerika serta pada waktu tertentu.

John Kirby mengatakan: “Serangan Yordania direncanakan, didanai, dan difasilitasi oleh organisasi payung yang disebut Perlawanan Islam Irak, yang mencakup sejumlah kelompok, termasuk Kataeb Hizbullah. Mereka bukan satu-satunya organisasi yang menyerang kami.”

Pada hari yang sama, Iran menyatakan bahwa mereka tidak ingin berperang dengan Amerika Serikat, namun akan secara aktif menanggapi pembalasan militer AS.

Jenderal Ryder berkata: “Kami telah meminta proksi Iran untuk menghentikan serangan mereka. Mereka belum melakukannya. Jadi kami akan merespons dengan cara kami sendiri.”

Pada Rabu, Komando Pusat AS mengatakan pihaknya menghancurkan rudal permukaan-ke-udara yang siap diluncurkan oleh teroris bersenjata Houthi di Yaman.

Sehari sebelumnya, militer AS juga menembak jatuh rudal jelajah anti kapal yang diluncurkan angkatan bersenjata Houthi di Yaman terhadap kapal perang AS USS Gravely di Laut Merah.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell,  pada  Rabu mengatakan bahwa ia berharap memiliki lebih banyak kapal perang yang mengawal kapal dagang di Laut Merah dalam waktu tiga minggu untuk memastikan keamanan rantai pasokan.

Borrell mengatakan: “Banyak perusahaan Eropa meminta  melakukan hal ini. Model bisnis mereka sangat terpengaruh oleh kenaikan tajam biaya (transportasi). Kapal-kapal sekarang harus berkeliling Afrika Selatan untuk sampai ke Eropa.” (Hui)