Nonton Bareng Film “Silver Screen Dreams” di Semarang

Film Berbahasa Mandarin Peraih 14 Penghargaan Internasional itu untuk Pertama Kalinya Tayang di Indonesia

The Epoch Times

Pada 2023 lalu, sejumlah bioskop di dunia memutar film “Silver Screen Dreams” produksi New Century Film tahun 2022. Pada 29 September 2023, film ini diputar di Munich, Jerman dan membuat beberapa penonton meneteskan air mata.

Film yang telah memenangkan 14 penghargaan di berbagai festival film internasional sebelum pemutaran perdana resminya itu mampu menyentuh hati penonton. Ada yang mengatakan bahwa film itu menyampaikan kepada umat manusia se- buah peringatan yang memungkinkan mereka untuk hidup bersama secara bijaksana.

Suasana nonton bareng film “Silver Screen Dreams” di Griya Kanaan Semarang.

Pada Minggu, 14 Januari 2024, film “Silver Screen Dreams” untuk pertama kalinya diputar di Indonesia, tepatnya di Kota Semarang, Jawa Tengah. Acara “nonton bareng” atau yang biasa disingkat nobar itu bertempat di Griya Kanaan Semarang dan dihadiri oleh 27 orang penonton. Para penonton tampak antusias mengikuti jalan cerita film berbahasa Mandarin dengan subtitle bahasa Indonesia tersebut.

“Banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil, di antaranya tentang sebuah kesabaran, bagaimana memaafkan diri kita dan orang lain di sekitar kita,” kata Dewi Ratnasari, salah satu peserta nobar yang berasal dari Kota Cepu, Jawa Tengah, kepada The Epoch Times ketika ditanya tentang kesan setelah menonton film Silver Screen Dreams.

“Dan ternyata penderitaan yang kita alami,seperti misalnya sakit atau mengalami musibah, bukan disebabkan dari orang lain, tapi dari diri kita sendiri,” tambahnya.

Sementara peserta nobar yang lain, Lukman, mengaku sangat puas setelah menonton Silver Screen Dreams: “Sa- ngat bagus. Sangat menyentuh. Film ini menampilkan contoh tentang bagaimana seseorang yang dalam keadaan ter- puruk tapi mampu tetap teguh terha- dap kepercayaan yang diyakininya dan akhirnya berbalik sukses.”

Kandasnya Impian Layar Perak

Di bawah sinar matahari yang hangat, di lereng bukit dengan kursi roda, seorang wanita sedang membaca — itu adalah gambaran awal dari “Silver Screen Dreams”. Pemandangannya murni dan indah, seperti puisi yang menggugah imajinasi. Tapi cerita macam apa itu? Apa yang dialami wanita berkursi roda tersebut?

Dewi Ratnasari (KIRI) dan Lukman (KANAN) membagikan kesan-kesan mereka kepada The Epoch Times seusai menonton film “Silver Screen Dreams”.


Karakter utama, Lin Mei Yue, seorang aktris papan atas, kehilangan perannya yang telah lama dipersiap- kan karena persekongkolan jahat yang menyebabkan dia terluka parah dalam sebuah kecelakaan. Akibatnya, Lin terjatuh dari puncak ke dasar hidupnya dalam semalam.
Jika tragedi itu tidak terjadi, Lin akan memiliki kehidupan yang sempurna: Seorang suami yang merupakan sutradara berbakat, seorang putri cantik, dan karier akting yang sukses. Namun sayangnya, hidup ini tak seindah yang kita inginkan.


Mimpinya kandas, dan hati Lin hancur. Kursi roda yang menemaninya setelah kecelakaan itu mengingatkan penonton akan rasa sakit dan keputusasaannya. Meski begitu, dia tetap berusaha melanjutkan hidupnya demi putri kesayangan dan keluarganya.
Film ini berlatarkan bisnis hiburan yang serba cepat dan glamor. Struktur narasi yang cerdik dan alur cerita yang seperti roller coaster memikat penon- ton dan menjaga minat mereka. Akhir film ini tidak terduga, dan penonton tidak bisa tidak merenungkannya dan terinspirasi.

Film “Silver Screen Dreams” telah memenangkan penghargaan Komposer Terbaik di American Golden Picture International Film Festival 2022 untuk lagu temanya. Film ini juga memenang- kan 14 penghargaan dan 12 nominasi festival film. Ini termasuk penghargaan Best Female Lead Honorable Mention dan penghargaan Aktris Terbaik dari American Golden Picture International Film Festival dan Canada Alternative Film Festival untuk pemeran utama wanita, Leah Feng dan Alyssa Zheng. (et)