Dampak Diet Yo-Yo Terhadap Jantung Wanita

EtIndonesia. Sebuah studi cross-sectional terhadap 485 wanita yang dilakukan oleh American Heart Association mengungkapkan bahwa wanita yang menjalani diet yo-yo berisiko merusak kesehatan jantungnya.

Menurunkan berat badan adalah tujuan umum di kalangan wanita di seluruh dunia. Penulis senior studi tersebut dan asisten profesor ilmu kedokteran di New York, dr. Brooke Aggarwal, mengatakan dalam wawancara dengan Newsweek bahwa wanita rentan mengalami perubahan berat badan secara drastis karena mereka mengalami kehamilan dan menopause.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengungkap dampak diet yo-yo terhadap kesehatan jantung wanita dan apakah kehamilan dan menopause dapat berdampak negatif.

Diet yo-yo berarti menurunkan berat badan secara cepat dan menambah berat badan yang terjadi secara berulang. Peserta menjalani tes sederhana untuk mengetahui kesehatan jantung mereka: BMI, kadar glukosa dan kolesterol, kebiasaan merokok, pola makan, dan olahraga. Para wanita dikelompokkan berdasarkan seberapa baik kinerja mereka dalam tes.

Meskipun beberapa wanita menjalnkan diet yoyo setidaknya satu kali, ada pula yang melakukannya sebanyak 20 kali. Lima puluh satu persen wanita yang melakukan diet yo-yo dikaitkan dengan hasil kesehatan yang lebih buruk. Delapan puluh dua persen dari mereka juga tidak memiliki BMI ideal. Yang mendapat skor terburuk adalah wanita yang belum hamil.

Penurunan berat badan yang cepat dapat menyebabkan penurunan massa otot secara besar-besaran, tidak seperti penambahan berat badan yang dapat mengembangkan jaringan adiposa. Perubahan komposisi tubuh yang tiba-tiba membuat jantung manusia, khususnya wanita, berada dalam kondisi rentan menurut Aggarwal. Namun, kelebihan berat badan atau obesitas tetap memiliki risiko yang lebih besar jika dibandingkan dengan diet yo-yo.

Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk mematahkan semangat siapa pun untuk mencoba mencapai berat badan yang lebih sehat, namun penurunan berat badan secara bertahap adalah pilihan terbaik bagi semua orang. Orang-orang juga lebih cenderung mempertahankan berat badan yang diinginkan melalui diet berkelanjutan dibandingkan melakukan diet cepat.

Victoria Taylor adalah ahli diet senior di badan amal British Heart Foundation; dia juga terlibat dalam penelitian tersebut. Taylor menyoroti bahwa obesitas merupakan kontributor signifikan terhadap penyakit peredaran darah dan jantung dan menunjukkan persetujuannya terhadap olahraga dan diet. Namun, dia menambahkan bahwa perubahan yang harus dilakukan masyarakat dalam pola makannya harus sesuai dengan gaya hidup mereka untuk memastikan kesuksesan jangka panjang.

Mengurangi kemungkinan penyakit peredaran darah dan jantung bukan hanya tentang makan lebih sedikit. Ini tentang makan makanan seimbang dengan banyak buah-buahan dan sayuran, ikan, dan biji-bijian. Tentu saja, hal ini juga harus disertai dengan peningkatan aktivitas fisik, dan pengurangan asupan nikotin dan alkohol. Kesimpulannya, amati cara menurunkan berat badan secara bertahap agar menjadi permanen. Ingat, diet yo-yo lebih buruk daripada tidak diet sama sekali. (yn)

Sumber: science-a2z