Era Emas Tiba! Harga Emas dan Perak akan Naik 10 Kali Lipat?

PINNACLE VIEW

Harga emas internasional terus melonjak dalam minggu ini (medio Maret 2024), dan telah memecahkan rekor tertingginya sepanjang sejarah. Sebagai sejenis sarana lindung nilai investasi, meroketnya harga emas semakin menonjolkan kekhawatiran para investor terhadap semakin meningkatnya risiko lingkungan ekonomi dan politik global. 

Penerbitan Uang Berlebihan Selama Pandemi Memicu Inflasi, Demam Emas Bangkit

Pakar ekonomi keuangan bernama Li Zirong dalam acara “Pinnacle View” menyatakan, penerbitan mata uang secara berlebihan adalah suatu masalah serius. Sejak pandemi lalu AS telah mencetak sekitar 8 triliun dolar AS (125.786 triliun rupiah, kurs per 18/03) atau setara dengan meningkatkan jumlah uang dolar AS yang beredar di seluruh dunia sekitar 40%, jadi ini adalah sebuah angka yang teramat besar, maka efek yang paling signifikan adalah uang menjadi tidak bernilai lagi. Uang sebanyak 8 trilyun dolar AS ini jika harus diserap oleh pasar, maka akan membutuhkan proses yang sangat lama, dan tidak mungkin akan segera berakhir dengan cepat, hal ini pun pasti memicu meningkatnya harga emas secara terus menerus.

Li Zirong mengatakan, dirinya masih bersikap agak pesimis terhadap perekonomian AS, walaupun tidak terjadi inflasi berlebihan, tetapi jika dolar AS terus dicetak dan diedarkan tanpa batas dalam jumlah besar seperti ini, maka benar-benar akan menimbulkan risiko inflasi luar biasa, hal ini sangat mengerikan bagi setiap orang.

Li merasa kadang kala sejarah akan terulang kembali, kondisi saat ini sangat menyerupai inflasi yang dulu terjadi di akhir era 1970-an awal era 1980-an, waktu itu untuk menekan inflasi, suku bunga tertinggi bahkan sempat mencapai 20%, segala daya upaya telah dilakukan untuk menekan inflasi tersebut. Namun sekarang akan sangat sulit, karena waktu itu hutang negara AS kurang dari satu triliun, sekarang hutang AS mencapai 34 trilyun, Setiap tahun hanya untuk membayar bunganya saja sudah hampir satu trilyun, ini tidak bisa dibiarkan berlanjut. Jika sistem dolar AS mengalami masalah, maka satu-satunya yang tersisa di seluruh dunia, alat moneter yang dapat menghindari risiko, dan yang paling aman adalah emas.

Produser televisi independen yakni Li Jun menyatakan pada “Pinnacle View”, perekonomian AS sejak pandemi lalu sampai sekarang memang telah mengalami masalah besar, tiga kereta penggerak perekonomian Tiongkok yang kita ketahui yakni investasi, ekspor, dan konsumsi, namun perekonomian AS hanya memiliki satu pendorong, yaitu konsumsi, yang menyumbang 70% PDB. Setelah epidemi melanda, beberapa orang kehilangan pekerjaan dan tidak bisa keluar rumah, sehingga konsumsi pasti turun tajam.

Dalam hal ini, kebijakan respons pemerintahan Biden adalah mencetak uang dalam jumlah besar. Pencetakan uang di Amerika Serikat adalah berbeda dengan pencetakan uang di Tiongkok. Karena setelah Amerika mencetak uang, langsung dibagikan kepada Masyarakat, Tiongkok juga telah mencetak banyak uang, tapi uang yang dicetak Tiongkok tidak diedarkan ke rakyat, melainkan masuk ke pasar lain, jadi rakyat tidak mendapatkan manfaatnya. AS berupaya mengatasi masalah pendapatan warganya, mengatasi masalah pengangguran, juga masalah konsumsi, sehingga mencetak banyak uang yang digunakan untuk konsumsi.

Sekarang pandemi telah berlalu, banyak ekonom AS mengkhawatirkan, karena setelah mencetak begitu banyak uang, dipastikan akan inflasi, tapi uang ini tidak bisa terus menerus dicetak, jika pendapatan warga tidak bisa mengimbanginya, konsumsi warga pun tidak akan bisa mengimbanginya, maka perekonomian AS akan mengalami bencana. Maka dari itu The Fed perlu mati-matian menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi. Tahun lalu perekonomian AS berhasil bertahan, dengan data yang cukup cantik, tapi mampukah ekonomi negeri Paman Sam itu berlanjut pada 2024? Semua orang tidak yakin, jadi timbullah fenomena banyak orang membeli emas. Jika ekonomi AS bermasalah, hanya emas yang mampu melindungi nilai uang, demam emas ini ada kaitannya dengan kondisi ekonomi AS sekarang.

Beli Emas di Masa Sulit, Krisis Geopolitik Perburuk Demam Emas

Editor senior sekaligus penulis utama The Epoch Times yakni Shi Shan menyatakan, tren pergerakan nilai dolar AS adalah berlawanan dengan harga emas, di saat dolar AS semakin menguat, maka harga emas akan semakin melemah, sekarang indeks dolar AS adalah yang terkuat dalam sepuluh tahun terakhir, lalu apakah masih akan terus menguat atau akan berbalik arah melemah di masa mendatang, ini akan sangat penting. Jadi orang-orang pun mempertimbangkan masalah ini, kita melihat inflasi pada Februari lalu tidak terus menurun, melainkan justru semakin naik, maka timbul pertanyaan, tren Februari akan terus berlanjut, apakah sampai semester pertama tahun ini atau sepanjang tahun? Atau bagaimanakah? Suku bunga dolar AS apakah akan diturunkan mulai semester kedua seperti yang diprediksi banyak orang, atau akan terus dinaikkan untuk menekan inflasi, siapa pun tidak bisa menjawab.

Dan, jangan lupa tahun ini adalah tahun pemilu, pemerintah AS harus memberikan banyak tekanan agar suku bunga tetap rendah, sehingga rapor di bidang ekonomi akan tampak bagus, jadi tahun pemilu juga menjadi suatu faktor referensi yang sangat penting. Masalahnya adalah sekarang saya melihat sejumlah berita, bank sentral banyak negara masih terus membeli emas. Salah satu bank di Swiss pernah memprediksi pada Februari hingga Maret tahun ini, harga emas akan naik hingga 2.200 dolar per troy ounce, prediksi ini begitu tepat saat ini. Lonjakan harga emas bukan tidak pernah terjadi sebelumnya, di era 1970-an hingga era 1980-an abad lalu, selama kurun waktu satu dekade harga emas telah melonjak dari 35 dolar AS hingga 700-800 dolar AS. 

Li Zirong menyatakan, prediksi terhadap harga emas terdapat beberapa macam versi yang berbeda, ada pula yang memprediksi hingga 3.000 dolar, 5.000 dolar, bahkan 8.000 dolar. Ada pula yang sampai 20.000 dolar, dalam dua tiga tahun mendatang, semua perkiraan tersebut masing-masing memiliki alasan masuk akalnya sendiri. Saat ini tren membeli emas oleh bank sentral berbagai negara tidak juga melambat. Seperti diketahui, 2022 adalah tahun pemecahan rekor, bank sentral berbagai negara telah membeli sebanyak 1.082 ton emas, dan tahun lalu hanya 45 ton lebih sedikit dibandingkan 2022, bisa dilihat tren pembelian emas ini masih mempertahankan tren yang kuat.

Pemimpin redaksi The Epoch Times yakni Guo Jun menyatakan, sebenarnya mata uang hanya merupakan semacam metode untuk menimbang nilai, ia mewakili kekayaan, jika di balik mata uang tersebut tidak terdapat nilai kekayaan yang nyata, maka nilanya akan melemah. Selama dua tahun terakhir semua negara melakukan pelonggaran kuantitatif, di AS sendiri hutang negaranya mencapai lebih dari 30 trilyun dolar AS (471.631 triliun rupiah, kurs per 18/03), uang beredar M2 sekitar 21 trilyun (330.142 triliun rupiah), sedangkan RRT lebih banyak lagi, ia memiliki 290 trilyun yuan RMB, atau setara dengan 40 trilyun dolar AS (628.888 triliun rupiah), ditambah dengan kelebihan peredaran mata uang di setiap negara, sehingga membentuk semacam suasana pelemahan mata uang, inilah alasan fundamental melonjaknya harga emas.

Guo Jun menyatakan, selain bahaya dalam bidang ekonomi, risiko geopolitik juga berpengaruh sangat besar pada demam emas. Yang disebut membeli emas di masa sulit, dua hari lalu seorang teman melihat berita bahwa Presiden Prancis Macron berwacana hendak mengirim pasukannya ke Ukraina, hal pertama yang dilakukan teman saya itu adalah membeli emas. Jika Rusia dan Prancis berperang di Ukraina, itu berarti untuk pertama kalinya dalam sejarah dua negara yang memiliki senjata nuklir resmi berperang. Prancis terjun ke medan perang, berarti NATO juga akan terjun ke medan perang, meluasnya perang apakah akan berubah menjadi perang nuklir, tak seorang pun yang tahu. Sebenarnya krisis geopolitik serupa belakangan ini sering mengalami perubahan drastis, ada kemungkinan akan terjadi di Timur Tengah, antara Iran dengan Israel, keduanya adalah negara yang diduga memiliki senjata nuklir, juga melibatkan konfrontasi antara dua kubu besar dunia.

Tentu saja konflik terbesar lainnya masih ada Selat Taiwan, Laut Tiongkok Selatan, serta Semenanjung Korea, semuanya melibatkan negara yang bersenjata nuklir, dan merupakan konfrontasi dua kubu besar.  Dulu begitu terjadi krisis geopolitik, semua dana dari seluruh dunia akan membanjiri AS, semua negara akan membeli dolar AS untuk menghindari risiko. Tetapi sekarang masa depan perekonomian AS penuh ketidak-pastian, dolar AS sekarang di posisi tinggi, apakah kondisi seperti ini mampu terus dipertahankan masih menjadi tanda tanya besar, jadi emas menjadi pilihan yang diprioritaskan dalam kondisi seperti ini.

Emas dan Perak Sangat Berharga, Pasokan Perak Menipis, Kelak Harga akan Melonjak

Guo Jun menyatakan, sebenarnya jumlah emas yang telah ditambang oleh manusia hingga kini adalah sekitar 200.000 ton, yang mayoritas ditambang setelah era 1950-an abad lalu. Bagaimana konsep emas sebanyak 200.000 ton itu? Massa jenis relatif emas adalah 19,32 yang artinya setiap 1 meter kubik emas setara dengan 19,32 ton, maka 200.000 ton emas adalah sekitar lebih dari 10.000 meter kubik, dengan kata lain jumlah emas yang ada saat ini akan cukup dimuat ke dalam sebuah lapangan sepak bola yang tebalnya 1 meter. Menurut harga emas sekarang maka nilainya adalah sekitar 13 trilyun dolar AS (204.371 triliun rupiah).

Guo Jun menyatakan, bank sentral RRT sekarang memiliki cadangan emas sekitar 2.000 ton, menduduki posisi keenam dunia, emas milik Tiongkok pada dasarnya dikuasai oleh pemerintah, emas di kalangan warga sangat sedikit. Akhir tahun 1949 tak lama setelah PKT berkuasa, rakyat diperintahkan untuk menyerahkan semua emas yang dimiliki, setiap warga Tiongkok tidak boleh memiliki emas lebih dari 100 gram, selebihnya harus dijual dengan harga rendah kepada pemerintah, harga yang ditetapkan adalah 70% dari harga pasar, kebijakan yang bersifat memaksa ini sebenarnya sama saja dengan perampokan besar-besaran. Waktu itu individu yang menyimpan emas adalah kejahatan, saat kecil kita semua tahu, emas merupakan benda strategis, bila kedapatan, tidak hanya emas itu akan disita, harta benda lainnya juga akan disita, dan akan dijatuhi hukuman berat. Emas di Tiongkok dimonopoli, penambangan emas dulu selain penambangan berskala kecil, pada dasarnya ditambang oleh negara, dan ada polisi khusus yang mengawasinya, dulu disebut unit emas polisi bersenjata. Emas di kalangan rakyat di Tiongkok sangat sedikit, di negara lain warga yang memiliki emas lebih banyak, seperti bank sentral India hanya memiliki 600 ton emas, tapi masyarakat India memiliki emas lebih dari 15.000 ton, kondisi ini sangat berbeda dengan Tiongkok.

Li Zirong menyatakan, membeli emas di masa sulit, sebenarnya juga berlaku untuk perak, ketika harga emas melambung sampai taraf tertentu dan tidak ada lagi emas bisa dibeli atau saat rakyat sudah tidak mampu membeli emas, maka dengan sendirinya akan mencari perak. Harga perak dalam dua atau tiga tahun ke depan atau suatu kurun waktu tertentu pasti akan mengalami peningkatan yang cukup besar, bisa dilihat dari sejumlah aspek. Pertama, hubungan pasokan dan permintaan, selain itu adalah adanya kebutuhan mengamankan aset di kalangan masyarakat. Misalnya emas dan perak ada suatu rasio, saat ini 1 ons emas setara dengan 88 ons perak, rasio ini cukup tinggi, dengan kata lain perak lebih murah, dan emas lebih tinggi. Ditilik dari sejarah, saat ini rasio ini di posisi yang agak tinggi, jadi ketika harga emas naik, orang-orang pasti akan mengejar perak.

Kita bahas lagi hubungan pasokan dan permintaan, kebutuhan perak di masa mendatang juga akan meningkat, karena sumber energi baru sekarang sangat diminati, baterai, baterai tenaga surya, termasuk panel surya, membutuhkan banyak perak, ini ada kaitannya dengan sifat perak. Perak memiliki daya konduksi listrik yang sangat bagus, yang sulit digantikan oleh logam lain, dan seiring dengan perkembangan baterai sumber energi terbarukan, kebutuhan perak pun ikut melonjak.

Ada spekulasi yang mengatakan, berdasarkan kecepatan produksi baterai dan panel tenaga surya sekarang ini, hingga 2026 nanti 80% cadangan perak akan habis dikonsumsi. Perak juga memiliki semacam keunikan, mayoritas perak adalah semacam produk sampingan, jadi sangat jarang ada tambang khusus perak. Lebih dari 70% saat orang menambang logam lain seperti tambang tembaga, tambang seng, atau tambang emas, akan menghasilkan produk sampingan berupa perak. Tambang perak yang murni perak hanya kurang dari 30%. Saat ini negara penghasil perak terbesar adalah Meksiko, dengan kapasitas perak mencapai 120%. Tetapi karena Meksiko menghasilkan perak dalam jumlah sangat besar, diperkirakan hingga akhir 2025, cadangan perak Meksiko akan habis, ini adalah waktu yang sangat cepat, jika pasokan perak dunia sebesar 20% itu habis, maka pasokan perak akan menurun drastis. Jadi dari sisi pemasok, Li merasa perak juga akan mengalami lonjakan tinggi. 

Ada satu aspek lagi, yaitu perak lebih cocok bagi rakyat luas, karena harganya lebih murah, sekarang hanya 25 dolar AS per troy ounce, sepanjang sejarah harganya sangat tidak stabil, misalnya di tahun 2011 atau sekitar belasan tahun lalu harga perak sempat mencapai 35 dolar per troy ounce, tapi sekarang turun hingga 25 dolar saja, apakah ini masuk akal? Dewasa ini harga apa yang tidak naik? Uang pun tidak bernilai lagi, tapi harga perak masih begitu rendah, menurut Anda, apakah ini masuk akal? Jadi, Zirong merasakan hal ini adalah ketidak-stabilan yang bersejarah, itu sebabnya di kemudian hari juga akan diselaraskan kembali. Jadi dari beberapa aspek ini, Zirong merasa harga perak akan ikut naik juga. (sud/whs)