Pakar: Dua Peraturan Baru Tiongkok Dapat Meningkatkan Kepanikan Pasar Saham

Mary Hong

Beijing meluncurkan dua peraturan di pasar saham: menghentikan pengungkapan volume perdagangan real-time dan menerapkan kontrol yang lebih ketat terhadap prosedur penghapusan pencatatan saham (delisting). Para ahli percaya bahwa langkah untuk membatasi short selling ini hanya akan merusak transparansi dan kemampuan berinvestasi di pasar perdagangan Tiongkok dan mengurangi kepercayaan investor, yang selanjutnya memicu kepanikan pasar dan arus keluar modal.

Baru-baru ini, Bursa Shanghai, Shenzhen, dan Hong Kong  mengumumkan mekanisme keterbukaan informasi baru untuk program Shanghai-Hong Kong dan Shenzhen-Hong Kong Stock Connect. Pasar saham Shanghai dan Shenzhen akan berhenti mengungkapkan volume perdagangan real-time pada pertengahan Mei, dan pasar saham Hong Kong akan menyusul tiga bulan kemudian.

Menurut pengumuman  12 April, data real-time mengenai volume pembelian, penjualan, dan perdagangan keseluruhan untuk investor luar negeri di pasar saham Shanghai dan Shenzhen tidak akan tersedia lagi. Saldo short-selling real-time hanya akan ditampilkan jika volume perdagangan satu saham turun di bawah 300.000 saham. Demikian pula, saldo kuota real-time hanya akan ditampilkan ketika saldo kuota harian turun di bawah 30 persen, sementara di waktu lain akan diberi label “tersedia”.

Kuo-hsiang Sun, seorang profesor di Departemen Urusan Internasional dan Bisnis di Universitas Nanhua di Taiwan, mengatakan bahwa perubahan ini hanya akan “mengurangi transparansi data kepada para investor,” yang akan “mengurangi kepercayaan diri para investor, dan pada akhirnya akan mengurangi likuiditas pasar dan aktivitas perdagangan.”

Ia percaya bahwa perubahan ini berpotensi berdampak pada “kemampuan investasi pasar crowdfunding di Tiongkok, … serta status Hong Kong sebagai pintu gerbang ke pasar saham.

Ekonom makro ekonomi Taiwan Wu Chia-lung menjelaskan kepada The Epoch Times edisi bahasa Mandarin bahwa data real-time lebih berarti bagi para manajer investasi daripada investor biasa. Banyak manajer investasi dan lembaga investasi cenderung condong ke arah short selling ketika pasar menurun.

Ia percaya bahwa Beijing berharap pembatasan data akan “membatasi short selling, dan dengan demikian menstabilkan pasar.

Pembatasan Mendorong Investor Pergi

Namun, ia mengatakan bahwa peraturan baru ini sebenarnya dapat menimbulkan kepanikan di antara para investor karena mereka tidak yakin akan ada langkah baru lainnya yang akan diambil, terutama ketika pasar sedang menurun.

Ia menjelaskan mengapa ia tidak yakin bahwa hal tersebut akan meningkatkan kinerja pasar saham. Wu mengatakan, “Menerapkan pembatasan teknis dalam perdagangan sering kali membuat investor merasa semakin dibatasi dalam kemampuan mereka untuk masuk dan keluar dengan bebas.

Wu menilai : “Membatasi informasi dan memaksakan aturan trading dapat menjadi bumerang. Semakin Anda membatasi, semakin tidak ada lagi kepercayaan diri para investor.”

Wu memprediksi bahwa pasar Tiongkok pada akhirnya akan jatuh karena beberapa investor melakukan aksi jual, yang mendorong investor lain untuk melakukan hal yang sama. “Ini adalah kasus klasik dari perilaku kawanan – ketika pemimpinnya lari, kawanan lainnya mengikuti.”

Dewan Negara juga mengumumkan langkah-langkah reformasi pasar modal yang baru pada 12 April. Namun, saham-saham Tiongkok bereaksi dengan aksi jual besar-besaran pada saham-saham berkapitalisasi kecil selama dua hari.

Pada  16 April, Shanghai Composite Tiongkok turun 1,65% menjadi 3007,07 poin, dan Hang Seng turun 2,12% menjadi 16.248,97 poin.

Wu mengatakan bahwa Beijing mengabaikan fakta bahwa menstabilkan pasar saham tidak diragukan lagi membutuhkan pemulihan kepercayaan.

Ia mengatakan, “Sumber fundamental dari kepercayaan terletak pada kebijakan-kebijakan yang stabil, prospek ekonomi yang menjanjikan, dan menghindari fluktuasi yang konstan.”

Namun, masalahnya terletak pada budaya Partai Komunis Tiongkok (PKT), jelasnya. “Budaya PKT menekankan pada kepemimpinan Partai, yang selalu menggunakan cara-cara baru untuk memperkenalkan peraturan baru.”

Intervensi Partai yang Bermasalah

Sun mengatakan bahwa rezim tersebut mengklaim bahwa peraturan baru ini adalah sarana untuk memperkuat pengawasan dan pencegahan risiko, meningkatkan sistem distribusi dividen bagi perusahaan yang terdaftar, serta mempromosikan pemikiran sistemik dan panduan yang komprehensif.

Namun, di balik pemberlakuan tindakan ini terdapat manifestasi kekuatan politik Partai Komunis Tiongkok. Dia berkata, “Jangkauannya ke dalam mekanisme seluruh pasar telah diperdalam, memberikan Pengaruh yang lebih mendalam pada pembangunan pasar modal. Hal ini melibatkan isu-isu inti seperti penerimaan pencatatan saham, regulasi perusahaan yang terdaftar, pengawasan penghapusan pencatatan saham, dan pengawasan perdagangan.”

Pada akhirnya, politik Beijing akan mempengaruhi reformasi struktural dan institusional ekonomi Tiongkok.

Wu juga mengindikasikan bahwa Xi Jinping telah memperluas kontrol Partai Komunis Tiongkok atas berbagai sektor dalam beberapa tahun terakhir, termasuk regulasi industri, tata kelola sosial, dan regulasi pasar modal, dengan dalih menjaga stabilitas.

Wu menilai : “Konsepnya sekarang berkisar pada menanamkan kepercayaan diri dan rasa aman melalui regulasi yang luas di setiap domain, dari industri, masyarakat, hingga pasar modal.”

Cheng Jing dan Yi Ru berkontribusi dalam laporan ini