Mimpi Terburuk Beijing, Jepang Menjadi Asisten Polisi Dunia

PINNACLE VIEW

Pada saat ini di dunia sedang berlangsung dua ajang perang antar negara, yang pertama adalah perang Rusia-Ukraina, serta yang kedua adalah perang Israel-Hamas, dan perang Israel-Hamas di Timur Tengah diharapkan tidak meningkat menjadi perang menyeluruh antara Israel dengan Iran. Dewasa ini seluruh dunia sedang berada dalam suatu era pergolakan baru, di era senjata nuklir dan teknologi AI ini, tidak ada yang mengetahui apa akibat yang akan timbul jika terjadi konfrontasi global. Maka sudahkah dunia bebas benar-benar telah bersiap? Akankah Pilpres AS pada tahun ini menimbulkan perpecahan di masyarakat AS? Apakah hasilnya nanti akan menimbulkan efek yang menentukan terhadap situasi dunia saat ini? PM Jepang Fumio Kishida dalam kunjungannya ke AS belum lama ini mengumumkan, akan bekerjasama penuh dengan AS untuk menjaga ketertiban dunia, semakin eratnya kerjasama antara AS dan Jepang akan menimbulkan pengaruh apakah terhadap strategi Asia Pasifik?

Masalah Baru Pada Tahun Pilpres AS, Perpecahan Masyarakat Semakin Parah

Komentator bernama Heng He menyatakan kepada “Pinnacle View”, situasi perpecahan di AS dalam masalah pilpres tahun ini bakal dapat lebih lebih parah lagi. Pilpres sebelumnya tidak begitu serius, tetapi kali ini masalah dalam hal ini akan jauh lebih serius. Sejak Trump mengumumkan pencalonan dirinya, gugatan hukum terhadap dirinya terus saja datang bertubi-tubi. Ada suatu kasus yang begitu dimulai sidang pada Senin lalu (15/04) di New York, dalam persidangan dikemukakan sejumlah tuntutan, yang di AS sendiri dinilai sangat absurd. Misalnya ditetapkan Trump harus melapor setiap hari, jika Trump satu hari saja tidak melapor, itu berarti meremehkan pengadilan, maka wisuda putranya pun tidak dapat ia hadiri, bagi para generasi tua di AS ini adalah hal yang absurd. Ini adalah salah satu aspek masalahnya.

Aspek lainnya adalah, atas dasar dua macam pertentangan yang sudah ada, pada tahun ini tertambahkan masalah baru yaitu masalah Palestina. Karena setelah meletus perang di Timur Tengah, sekarang AS menghadapi suatu masalah yang sangat sulit, yaitu berseterunya dua kelompok besar, yang satu adalah kelompok Yahudi, dan yang lain adalah kelompok pro-Palestina. Kelompok pendukung Palestina belakangan ini melakukan unjuk rasa memblokir jalan demi menentang Israel di berbagai kota utama di AS, pada Selasa lalu (16/04) di kota New York kembali diguncang keadaan yang sangat serius, dimana kelompok ini telah mengibarkan bendera Hezbollah, ini adalah hal yang luar biasa dimana sebelumnya belum pernah terjadi, sebab AS telah menetapkan Hezbollah sebagai organisasi teroris, pengunjuk rasa malahan mengibarkan benderanya.

Dimana letak kunci permasalahan kondisi ini? Kunci masalahnya adalah orang Yahudi di AS menguasai sumber dan kekuatan ekonomi yang sangat besar, pada dasarnya mereka adalah masyarakat kelas atas, mulai dari pejabat pemerintah, konsorsium besar atau dunia ilmu pengetahuan, sampai kalangan akademisi, mereka menguasai posisi yang sangat penting. Sedangkan kelompok lain adalah suara pemilih, karena kaum muda banyak yang mendukung Palestina. Kedua kelompok yang pecah ini tadinya berada di pihak yang sama di bidang politik AS, keduanya tergolong kaum sayap kiri. Masalah pelik yang dihadapi pemerintahan Biden adalah bagaimana mengatasi masalah kedua kelompok, setiap langkah dan tindakannya di Timur Tengah ada kemungkinan akan berpengaruh pada suara dari kelompok ini, inilah masalah baru yang dihadapi dalam Pilpres AS tahun ini. Jadi perpecahan masyarakat AS pada tahun ini adalah luar biasa serius, juga bertepatan dengan tahun pemilu.

Masih Bisakah Polisi Internasional Bertindak? Perang Rusia-Ukraina Masalah Sulit

Heng He menyatakan, belum lama ini Trump mengadakan pertemuan di Pennsylvania, yang banyak mengkritik pemerintahan Biden. Saya merasakan poin inti Trump sebenarnya tidak banyak berubah, tapi arah garis besarnya sebenarnya tetap mengedepankan Amerika, yaitu melakukan yang terbaik bagi kepentingan AS, dan sedapat mungkin mengurangi campur tangan pada urusan internasional, ini adalah prinsip dasarnya. Prinsip ini tidak terlalu banyak berubah dalam program kampanyenya tahun ini, salah satu isunya adalah Ukraina, menurut Trump setelah dirinya berkuasa ia akan dengan segera dapat menyelesaikan masalah perang di Ukraina, namun ia tidak pernah mengatakan bagaimana akan melakukannya. Jadi pernyataan yang beredar di luar sangat banyak, kata-kata yang tidak pernah diucapkan pun dijejalkan kepadanya, yang konon ia mengatakan Ukraina akan menyerahkan sebagian wilayahnya. Kebijakan ini menyangkut satu masalah, yakni selama ini AS selalu menjadi polisi internasional, dan sekarang pada level tertentu AS masih mampu mengemban misi sebagai polisi internasional, jadi Trump sebenarnya tidak pernah melepas tanggung jawab ini. 

Dalam beberapa dekade terakhir AS tidak pernah berhenti berperang, dalam artian ia betul-betul sebagai polisi internasional, ketika AS dapat mengendalikan situasi dengan baik maka dunia akan tenang, akan tetapi di saat tidak terkendali dengan baik maka dunia akan kacau. Sekarang ada beberapa masalah, pertama tingkat penarikan pasukan AS dari Afghanistan, penarikan pasukan dari Afghanistan sebenarnya telah sangat merendahkan kewibawaan AS, negara sekutunya pun mulai meragukan kemampuan AS dalam menangani masalah internasional. Karena betapa memalukannya penarikan pasukan AS dari Afghanistan, nyaris sama memalukannya dengan ketika AS mengevakuasi pasukannya dari Vietnam. Penarikan pasukan ini tidak dilakukan dengan baik, yang menimbulkan dampak cukup besar terhadap kekuatan militer, dan kemampuan memimpin, serta kemampuan perang seluruh pasukan, akan dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk memperbaikinya.

Yang kedua adalah soal invasi Rusia terhadap Ukraina, AS juga mengalami banyak masalah saat membantu Ukraina, memang terjadi kondisi kurang tegas, sehingga menyebabkan perang Rusia-Ukraina berlarut-larut hingga kini. Jika sejak awal AS telah bertekad kuat, tidak akan membuat perang itu berlanjut hingga kini. Tetapi ada satu hal yang sangat baik, yaitu soal menghadapi PKT, walaupun dari segi pernyataan sikap pemerintah Biden agak lemah, namun tindakan nyata telah mencekik leher PKT selangkah demi selangkah, tahap demi tahap.

Shi Shan, editor senior sekaligus penulis utama The Epoch Times, menyatakan, Biden sudah melihat masalah terbesar kemungkinan adalah PKT, beberapa tahun terakhir musuh utama AS pada dasarnya telah berubah, jadi rencana dan pengaturan untuk menghadapi musuh utama sudah sangat baik. Tapi banyak masalah di tempat lain, termasuk masalah Ukraina. Awalnya AS menilai Rusia akan sangat cepat memenangkan perang terhadap Ukraina, jadi AS tidak ingin campur tangan, bahkan berencana mengirim pesawat untuk membawa Zelensky mengungsi ke London atau ke negara Eropa lain, dan menghendaki Ukraina menjadi pemerintahan di pengasingan.

Setelah perang berlangsung cukup lama, AS baru mulai memberikan bantuan, dan setiap kali hanya sedikit, bermula dari bantuan senjata bagi tentara individu untuk menyerang tank, kemudian membantu rudal Stinger untuk menembak pesawat, lalu bantuan makin besar seperti meriam artileri dan tank, serta sekarang mulai memberikan bantuan pesawat, jadi sedikit demi sedikit dikucurkan, jelas tidak ada rencana yang menyeluruh, tidak ada visi jangka panjang terhadap masalah ini. Dan saat masalah ini baru muncul, memang terlihat agak kewalahan, sekarang soal bagaimana memperlakukan Ukraina, di dalam pemerintahan AS pun masih terdapat selisih pendapat.

Jepang Menjadi Pembantu Polisi Internasional adalah Mimpi Buruk Terbesar PKT

Guo Jun, pemimpin redaksi The Epoch Times menyatakan, konflik antar dua kubu besar dunia telah dimulai. Walaupun Iran belum tentu akan terlibat perang menyeluruh dengan Israel, tetapi sangat jelas, semacam perang dingin ini dan konfrontasi panas antar kedua kubu telah resmi dimulai, sementara itu anggota kedua kubu telah semakin jelas. Di satu sisi ada PKT, Rusia, dan Iran, juga Korea Utara, dan di sisi lain ada AS, Jepang, Inggris, Eropa, dan Kanada ditambah NATO, konfrontasi ini tidak hanya di bidang militer saja, juga di bidang politik, ekonomi, iptek, bahkan budaya, dan sekarang situasi seperti ini sudah sangat jelas.

Guo Jun mengatakan, peran Jepang sangat penting, kerjasama antara AS dan Jepang bagi Beijing adalah suatu mimpi buruk geopolitik terbesar baginya, akan tetapi mimpi buruk ini sebenarnya diciptakan sendiri oleh PKT. Belum lama ini PM Jepang Fumio Kishida saat berkunjung ke AS mendapat sambutan berskala sangat tinggi, Kishida juga berpidato di hadapan kongres AS, dan pidatonya dibawakan dalam bahasa Inggris, ini mungkin yang pertama kalinya bagi seorang PM Jepang. Media massa Jepang mengatakan, naskah pidato Kishida ini dikoreksi oleh pakar yang menulis naskah pidato bagi presiden AS, yang sepenuhnya disampaikan dengan gaya berpidato ala Amerika, dan bukan gaya berpidato ala Jepang. Para anggota kongres dari kedua partai AS berdiri memberi aplaus hingga lebih dari 40 kali, berdasarkan pengetahuan Guo Jun, selama ini hanya pidato Presiden Ukraina Zelensky dan PM Inggris Margaret Thatcher yang pernah mendapatkan perlakuan seperti itu. Atau jauh sebelumnya lagi semasa PD-II, pidato istri Chiang Kai-Shek yakni Soong Mei-Ling juga pernah mendapatkan kehormatan serupa.

Ada tiga hal penting dalam pidato Fumio Kishida. Pertama, ketertiban dunia saat ini dibentuk oleh Amerika, Jepang adalah negara yang kalah perang saat PD-II, negara kalah perang ini secara tulus mengungkapkan pernyatan ini, memang merupakan suatu kemenangan besar bagi nilai-nilai dan spirit Amerika Serikat, tentu saja orang Amerika berdiri dan memberi aplaus. Fokus kedua, sekarang ketertiban itu telah terancam, dan yang mengobarkan ancaman dan tantangan itu adalah PKT, ini juga hal yang ingin didengar orang Amerika, maka mereka berdiri dan bertepuk tangan lagi. Focus ketiga, Jepang memutuskan membantu AS untuk terus mewujudkan ketertiban dunia yang eksis saat ini, Jepang akan sepenuhnya bekerjasama dengan AS. Ketiga fokus ini persis yang diinginkan oleh AS, yang juga muncul akibat dipaksa keadaan internasional, juga dipaksakan oleh ulah PKT sendiri.

Jepang adalah negara yang paling sensitif terhadap PKT, orang Jepang sangat jarang membuat pernyataan publik. Dari sekian banyak orang asing yang dijumpai di Hong Kong, banyak yang bisa berbahasa Mandarin dengan baik, ada orang Jepang, Inggris, bahkan Afrika dan Korea Selatan pun banyak yang bisa berbahasa Mandari dengan baik, hanya orang Jepang yang tak hanya bisa berbicara Mandarin, juga bisa membaca aksara Mandarin. Kemampuan orang Jepang dalam membaca aksara Mandarin jauh lebih tinggi dari bangsa mana pun, jadi Jepang paling memahami Tiongkok. Selama beberapa tahun terakhir Beijing melakukan berbagai aksi menentang Jepang dan politik anti-Jepang dan lain-lain, bagaimana mungkin Jepang tidak mengetahuinya dan memahaminya? Anda jelas-jelas tahu tetangga membenci Anda, serta setiap hari mengasah pisau dan mengancam, apa yang akan Anda lakukan? Maka Fumio Kishida datang ke AS adalah tengah mencari solusinya.

Guo Jun mengatakan, kerjasama AS-Jepang sebenarnya telah berlangsung beberapa lama, seperti kerjasama di bidang AI, juga kerjasama di bidang teknologi luar angkasa, dan teknologi militer, serta kerjasama produksi senjata dan perlengkapan, semua sudah dilakukan. Kerjasama di bidang AI dan luar angkasa adalah kerjasama teknologi generasi berikutnya, manufaktur presisi Jepang ditambah inovasi teknologi AS, kekuatannya sangat besar. Sekarang Jepang telah mendobrak batasan anggaran militer 1% dari PDB, dalam 2 tahun akan mencapai 2%, seperti perusahaan manufaktur berat Mitsubishi dan Mitsui yang akan segera dimulai. Ada satu lagi fungsi Jepang yang akan sangat membantu strategi AS, yakni memainkan pengaruh Jepang di Asia Tenggara.

Banyak orang mengira pada masa PD-II Jepang telah menginvasi Asia Tenggara, itulah sebabnya negara-negara Asia Tenggara tidak menyukai Jepang. Sebenarnya kondisinya justru terbalik, yang tidak menyukai Jepang pada masa itu sebenarnya adalah negara besar Eropa, termasuk Inggris, Prancis, Belanda, dan AS, tentu saja termasuk Singapura karena warga Singapura didominasi etnis Tionghoa, sedangkan mayoritas negara Asia Tenggara lainnya masih menyambut dan mendukung Jepang, seperti Thailand yang merupakan negara sekutu Jepang, hanya saja kemudian Thailand menarik diri. Sedangkan Myanmar, Malaysia, dan Indonesia setelah merdeka kelompok jenderal pertama dan pemimpin negaranya sebenarnya adalah hasil binaan Jepang di masa PD-II, termasuk ayah Aung San Suu Kyi. Sekarang jika pergi ke negara Asia Tenggara sepenuhnya dapat terasa sambutan mereka terhadap orang Jepang, jauh melebihi sambutan mereka terhadap orang Tiongkok.

Jepang juga banyak berinvestasi di negara Asia Tenggara, yang meliputi pembangunan infrastruktur, dan banyak lagi bantuan ekonomi. Jadi Jepang memiliki pengaruh kuat di Asia Tenggara, pengaruh semacam ini akan berperan sangat penting untuk membantu AS di Asia Tenggara pada momentum yang sangat krusial. (sud)