Rudal S-300 Iran Kurang Digdaya, Beijing Hadapi Masalah Serupa

Shen Zhou

Setelah serangan udara terbatas Israel terhadap Iran pada 18 April lalu, saat ini kedua belah pihak belum terlihat tanda-tanda akan melakukan serangan balasan lebih lanjut. Menurut informasi, Israel telah menghancurkan setidaknya radar sistem rudal darat ke udara S-300 dekat instalasi nuklir Iran, hal ini mengisyaratkan bahwa Israel mampu menyerang instalasi nuklir Iran. 

Pihak Iran berusaha menutupi, dengan menyatakan tidak akan membalas. Mungkin Iran menyadari kemampuan pertahanan udara dan serangannya tidak sekuat Israel, mau tidak mau harus berhenti. Rudal anti udara Iran tidak berguna, sistem serupa milik Tiongkok juga menghadapi masalah yang sama, begitu perang dimulai, dikhawatirkan tidak akan mampu menahan serangan AS atau sekutunya.

Iran Tak Mampu Bendung Serangan Udara Israel

Pada 13 April lalu, Iran melakukan serangan kombinasi drone dan rudal berskala besar sebanyak lebih dari 300 unit terhadap Israel, namun 99% di antaranya berhasil dihadang oleh Israel dan sekutunya. Disusul pada 18 April Israel melakukan serangan udara balasan yang relatif terkendali.

Ada media massa yang memberitakan, pesawat tempur Israel menembakkan setidaknya 3 rudal udara ke darat dari wilayah di luar perbatasan Iran yang tidak disebutkan nama tempatnya, sasarannya adalah pangkalan AU Iran. Menurut analisa foto satelit, Iran menempatkan satu kompi rudal darat ke udara S-300PMU2, dan serangan udara Israel ini kemungkinan telah merusak radar pertempuran pada sistem rudal darat ke udara S-300PMU2 tersebut.

Kompi rudal anti udara tersebut terletak di wilayah tengah Iran yang bernama Isfahan, dan merupakan bagian dari sistem pertahanan udara instalasi nuklir di sana, tempat itu merupakan fasilitas pengayaan uranium utama milik Iran. International Atomic Energy Agency (IAEA) dan media massa Barat maupun Iran telah membenarkan, Israel tidak menyerang fasilitas nuklir milik Iran.

Israel mampu menghancurkan radar dari sistem rudal pertahanan udara terbaik milik Iran, tentu saja Israel juga mampu menghancurkan fasilitas nuklir Iran. Seharusnya ini adalah peringatan Israel terhadap Iran, jika berani gegabah, maka fasilitas nuklir Iran akan terancam. Berkat himbauan dari AS dan Barat, akhirnya Israel memutuskan melakukan serangan udara terbatas sebagai respon terhadap serangan kombinasi berskala besar Iran terhadap Israel. Dengan demikian, kedua belah pihak tidak perlu meningkatkan konfrontasi tersebut, sesuai dengan kepentingan kedua negara dan berbagai pihak lain.

Iran menyangkal hasil serangan udara Israel tersebut, tapi banyak orang mendengar setidaknya tiga kali suara ledakan. Iran menyebutkan, sistem pertahanan udara telah menembak jatuh drone ukuran kecil di udara Isfahan, dan bukannya rudal, yang telah menimbulkan ledakan di udara. Iran bahkan tidak mengakui ada serangan apapun dari luar, hanya mengakui adanya penyusupan internal.

Sangat kecil kemungkinan Israel meluncurkan drone ukuran kecil untuk menyerang Iran dari udara, mengingat jarak kedua negara lebih dari 900 km. Pesawat tempur siluman Israel dan rudal udara ke darat Israel sangat mampu menyusup mendekati sistem pertahanan udara Iran, tanpa harus mengirimkan drone berkecepatan rendah untuk membuka jalan atau mengecoh musuh. AU Israel seharusnya tidak akan melakukannya, karena itu sama saja telah lebih dulu mengungkapkan sendiri operasi serangan udara tersebut, sehingga akan kehilangan momentum serangan mendadak dan kerahasiaan serangan tersebut.

Iran terus mengembangkan senjata nuklir, ini mengkhawatirkan AS dan Barat, dan yang paling sulit menerimanya adalah Israel, senjata nuklir Iran untuk sementara ini belum bisa menjangkau AS, tapi bisa menyerang Israel. Sejak awal Israel berusaha menghalangi proyek senjata nuklir Iran, dalam serangan udara kali ini Israel memilih untuk menghancurkan radar pada sistem rudal pertahanan udara di dekat instalasi nuklir Iran, hal ini bertujuan membuktikan kepada Iran bahwa Israel sangat mampu menghancurkan fasilitas nuklir milik Iran.

Pejabat AS mengungkapkan, sebelum kejadian pihaknya telah menerima pemberitahuan dari Israel, dan memastikan sasaran serangan udara itu bukan fasilitas nuklir. Iran telah kehilangan satu sistem pertahanan udara untuk sementara waktu, tapi fasilitas nuklirnya tidak rusak, dan untuk menjaga pamornya, Iran menutupi fakta ini. Terhadap hal ini Israel mengatakan “tidak ada komentar”, setelah kedua belah pihak kontak senjata, seharusnya menarik pasukannya untuk sementara waktu.

Rudal Anti Udara S-300 Iran Tidak Berfungsi

Sangat jelas terlihat perbedaan kekuatan kedua pihak dalam konfrontasi kali ini, drone dalam skala besar dan serangan rudal udara Iran sangat sulit menembus jaring pertahanan udara milik sekutu dan Israel; serangan udara terbatas Israel justru membuat Iran tak berkutik, rudal anti udara S-300 yang terbaik itu tidak berfungsi, radarnya justru dihancurkan, sungguh tragis. S-300 adalah serangkaian rudal darat ke udara jarak jauh yang dikembangkan oleh Uni Soviet, yang kemudian terus di-upgrade oleh Rusia, dan telah diekspor ke banyak negara, antara lain: Aljazair, Armenia, Azerbaijan, Belarusia, Bulgaria, Mesir, Yunani, Iran, Kazakhstan, Korea Utara, Suriah, Venezuela, dan Vietnam.

Beijing adalah negara pembeli terbesar sistem S-300 ini, sejak era 1990-an RRT telah mengimpor S-300PMU tipe standar sebanyak 2 batalyon, S-300PMU1 sebanyak 8 batalyon, dan S-300PUM2 sebanyak 15 batalyon, dengan jumlah sekitar 2.500 rudal; setiap batalyon rudal anti udara S-300 mencakup 4 perangkat satuan peluncur, dan 16 unit kendaraan peluncur. RRT membayar dengan harga mahal, dikabarkan transaksi terakhir nilainya mencapai 4 milyar dolar AS.

Tahun 2016 Iran memperoleh perlengkapan 4 kompi rudal S-300PMU2, setiap kompi rudal sudah termasuk 1 radar penangkap sasaran, 1 radar pertempuran, dan 4 unit alat peluncur. Iran juga memiliki sistem rudal pertahanan udara produksi sendiri, namun relatif tertinggal, S-300 adalah rudal anti udara terbaik yang dimiliki Iran saat ini. Israel telah menghancurkan radar pertempuran S-300, yang berarti telah membuat 1 kompi rudal tersebut kehilangan kemampuan tempurnya.

Sudah bukan pertama kalinya rudal anti udara S-300 itu bermasalah. Tahun 2020, militer Suriah menyatakan kemampuan deteksi radar sistem pertahanan udara S-300 sangat terbatas, sulit menghadang serangan udara Israel. Pada 17 Mei 2022, Israel menyerang Suriah dari udara, rudal S-300 yang dioperasikan oleh militer Rusia menembakkan 1 rudal ke arah pesawat tempur F-16 Israel, tembakan itu dianggap sebagai catatan perang nyata S-300 yang pertama kalinya. Ada pula media yang menyebutkan, Rusia telah menembakkan sebanyak 13 rudal anti udara, tapi tidak ada satu pun pesawat tertembak. Kemudian Israel membenarkan militer Rusia telah menembakkan 1 rudal S-300, tapi tidak menjadi ancaman bagi pesawat tempur Israel, dan menyatakan bahwa pesawat tempur Israel bahkan tidak berada di tempat tersebut.

Setelah Perang Rusia-Ukraina meletus pada 2022 lalu, rudal S-300 Rusia hampir tidak ada kinerja sama sekali, versi upgrade S-300 yakni S-400 pada dasarnya juga bungkam. Pada 13 April 2022, kapal komando Armada Laut Hitam Rusia yakni kapal jelajah Moskva ditenggelamkan oleh rudal anti kapal Ukraina, rudal anti udara S-300 di atas kapal tersebut juga tidak berfungsi. Seluruh pasukan Rusia telah diganti dengan rudal anti udara S-400, dan rudal S-300 sudah ketinggalan zaman, pasukan Rusia masih sering menggunakan S-300 sebagai rudal darat ke darat untuk menyerang fasilitas infrastruktur sipil Ukraina.

Militer Iran telah membantu Rusia, dan Rusia berjanji akan memasok rudal anti udara S-400 serta pesawat tempur Su-35 kepada Iran, tapi untuk sementara belum bisa diserahkan. Kemampuan pertahanan udara Iran agak lemah, dan tidak mampu menghadang serangan udara Israel, demi melindungi fasilitas nuklirnya, Iran tidak bisa meningkatkan konflik dengan Israel, hanya bisa menahan diri sambil berbohong. (sud)