Serangan Narkoba Diluncurkan oleh Beijing, Washington Keluarkan Jurus Pamungkas

PINNACLE VIEW

Narkoba jenis baru Fentanyl, telah menewaskan hampir seratus ribu jiwa warga AS setiap tahunnya, jumlah ini jauh melampaui jumlah korban akibat sejumlah perang yang telah terjadi. 

Kongres AS pada 17 April lalu menggelar forum dengar pendapat, dan menyoroti peran Beijing dalam serangan narkoba ini. Sebenarnya apakah PKT (Partai Komunis Tiongkok) kurang berhati-hati sehingga mengakibatkan narkoba dalam jumlah besar mengalir masuk ke AS (Amerika Serikat), ataukah mereka sengaja membiarkannya? Apakah langkah-langkah AS di masa mendatang untuk menghadapi serangan tersebut?

PKT Menyerang AS dengan Narkoba, AS Menangkap Bukti Kuat

Li Jun, produser televisi independen menyatakan kepada “Pinnacle View”, forum dengar pendapat kongres AS pada 17 April lalu, bertujuan melindungi AS dari pengaruh perang politik PKT, forum kali ini hanya bagian ke satu, mungkin akan dilakukan beberapa kali. Perang politik adalah perang yang sedang dikobarkan PKT sekarang ini terhadap AS, tapi bukan secara militer. 

Sehari sebelum forum tersebut digelar, kongres AS bersama Komite Terpilih Strategi Kompetisi AS-PKT mengeluarkan sebuah laporan, yang isinya menjelaskan peran yang dimainkan oleh PKT di balik merajalelanya peredaran narkoba jenis Fentayil di AS, dan tentang penilaian saat ini terhadap PKT yang tengah menyerang dengan narkoba terhadap AS. Walaupun termasuk Xi Jinping sendiri telah menyatakan sikap terkait Fentanyl, namun faktanya masalah ini bukan hanya tidak terselesaikan, pada banyak tempat justru semakin merajalela. Saat ini AS telah memperoleh sejumlah bukti.

Bukti pertama ditemukan lewat investigasi, sekarang PKT memberikan subsidi bagi produsen yang mengekspor Fentanyl. Karena PKT mengendalikan ketat peredaran Fentanil di dalam negeri, tetapi untuk ekspor sangat dilonggarkan, bahkan diberi subsidi. Hasil investigasi AS menunjukkan, dengan adanya subsidi tersebut perusahaan produsen menjadi semakin percaya diri, volume ekspor pun meningkat lebih dari sepuluh kali lipat. Ada pula sejumlah bukti lain, AS menghubungi Beijing bahwa hendak memeriksa sejumlah perusahaan Tiongkok, dan hasilnya ditemukan PKT membocorkan informasi tersebut pada para produsen prekursor Fentanyl. Itu sebabnya AS menuding Beijing telah menghambat investigasi, dan diam-diam PKT mendukung produk terlarang tersebut.

Li Jun mengatakan, ada semacam taktik Beijing yang disebut Perang Tanpa Batas, yang meliputi perang ekonomi, dengan harga dumping nan murah sehingga menimbulkan dampak serius terhadap industri manufaktur AS; perang mata-mata; lalu Fentanil yang sejatinya merupakan perang narkoba; juga penetrasi di bidang budaya. 

Sekarang AS mulai menyadari perang tanpa batas Beijing terhadap Washington bukan hanya setahun dua tahun ini saja, melainkan selama kurun waktu sangat lama PKT telah memposisikan AS sebagai musuh utamanya, secara permukaan tampak bersahabat dan berbisnis, tapi propaganda di dalam negeri, AS selalu dipandang sebagai imperialis. Kini AS mulai tersadarkan, dan yang membuat laporan ini selain orang kongres, terutama juga pihak militer AS.

5000 Kali Lipat lebih Berbahaya daripada Heroin, PKT Dorong Fentanil Masuk ke AS

Komentator Isu Terkini Tang Jingyuan menyatakan, Fentanyl tergolong sejenis obat opioid sintetik, toksisitas atau tingkat keberacunannya mencapai lebih dari 5.000 kali lipat dari Heroin, dan Fentanil memiliki beberapa keunikan lainnya yang membuatnya teramat berbahaya. Pertama, prekursor Fentanil, yaitu bahan baku utamanya sangat murah, juga sangat mudah didapatkan. Kedua, peralatan untuk mensintetiskan Fentanyl sangat murah, dan juga mudah didapat. Ketiga, proses sintetisnya hampir tidak membutuhkan teknik khusus apapun, sangat sederhana, hanya butuh beberapa langkah saja. Jadi banyak gembong narkoba Meksiko mereka hanya perlu mencari dua buah rumah, lalu membeli peralatannya, berikut dua orang yang mengerti tekniknya, kemudian mengimpor prekursor Fentanil dari Tiongkok dalam jumlah besar, dalam beberapa tahap saja mereka sudah bisa mensintetis puluhan, ratusan, bahkan ribuan kg Fentanyl, sehingga mereka bisa menjualnya secara dumping ke Amerika Serikat.

Departemen Kehakiman AS pada 2023 lalu telah menggugat empat perusahaan Tiongkok, waktu itu AS telah berhasil memecahkan sebuah kasus, dan berhasil menjaring bahan baku Fentanil sebanyak 200 kg, bahan baku tersebut bisa menghasilkan sekitar 55 kg produk jadi Fentanyl. 

Secara teori, 50 kg Fentanyl dapat membunuh 26 juta orang warga AS. Jadi bisa dibayangkan sejauh mana kegelisahan AS terhadap Fentanyl. Sementara PKT dengan tindakan pemerintah terus melakukan penetrasi Fentanyl terhadap AS melalui Meksiko dan berbagai jalur lainnya seperti pengiriman pos dan lain sebagainya. Menurut Tang Jingyuan, sebenarnya yang dilakukan Beijing terhadap AS adalah suatu ajang Perang Candu Model Baru, dan perang candu baru ini jauh lebih intensif dari perang candu di Tiongkok pada 1840 silam.

Tang Jingyuan mengatakan, mengekspor Fentanil dipastikan merupakan tindakan pemerintah Tiongkok, karena sudah terdapat banyak bukti. Forum dengar pendapat AS kali ini secara khusus mengemukakan, Beijing memberikan dukungan bagi perusahaan produsen prekursor Fentanil dan ekspor Fentanyl dengan cara memberikan pengembalian pajak, dan besaran pengembalian pajak mencapai 13%, ini adalah semacam pembiaran yang disengaja, demi memastikan lebih banyak narkoba dijual ke AS. Sebenarnya posisi pemerintah Tiongkok  sendiri adalah sebagai pemegang saham atau sebagai pemegang saham utama pada banyak perusahaan produsen prekursor Fentanil tersebut, mengapa di dalam negeri Tiongkok tidak dijumpai fenomena peredaran Fentanil yang merajalela? Karena PKT bisa sepenuhnya mengendalikan semua produk narkoba ini.

Kami kemukakan dua contoh sederhana, tahun 2018 waktu itu ada seorang wartawan investigasi AS seorang diri datang ke Tiongkok, yang terutama berniat ke Kota Wuhan, karena Wuhan adalah salah satu basis utama produksi Fentanil. Setelah wartawan itu melakukan serangkaian investigasi dan menulisnya menjadi buku, yang secara rinci menjelaskan keseluruhan proses mulai dari dikumpulkannya bahan baku Fentanyl, sampai kemudian diproduksi lalu diekspor melalui berbagai jalur ke Meksiko atau diekspor langsung ke AS. Jadi ia menuliskan keseluruhan proses tersebut menjadi sebuah buku dan kemudian menerbitkan buku tersebut.

Ini menjelaskan satu hal, seorang wartawan biasa non-resmi, yang merupakan seorang warga asing, ia pergi ke Tiongkok dan berdiam beberapa bulan disana, ia bisa menginvestigasi keseluruhan asal usul produksi Fentanil itu dengan begitu jelas. Perusahaan dimaksud sudah eksis bertahun-tahun di Tiongkok, pemerintah RRT di negara polisi itu pasti mengawasi lebih cermat segala tindak tanduk mereka, tidak mungkin Bejing tidak mengetahui produksi berskala besar oleh perusahaan-perusahaan tersebut dalam jangka waktu lama, kemudian mengekspor narkoba tersebut ke luar negeri. Jadi menurut Tang Jingyuan, sebenarnya Beijing sangat memahami situasi ini, namun mereka memang berniat dengan sengaja melakukan Perang Tanpa Batas (超限戰 chāo xiàn zhàn / Bahasa Inggris: unrestricted warfare) dengan AS sebagai tindakan pemerintah.

PKT Tidak Pernah Berhenti Memproduksi Narkoba, AS Keluarkan Jurus Pamungkas Sebagai Serangan Balik Terhadap PKT

Li Jun menyatakan, PKT memiliki sejarah asal usul yang panjang dengan narkoba, yang sudah dimulai sejak adanya opium di masa Yan’an (1936-1945), waktu itu seorang utusan khusus Moskow untuk Yan’an yakni Peter Vladimirov mencatat secara rinci bagaimana PKT memproduksi opium, dan bagaimana menjualnya, di dalam buku yang berjudul “The Vladimirov Diaries”. 

Di dalam buku ini sudah terdapat catatan yang rinci. Sejak mendirikan pemerintahan, PKT tidak pernah berhenti memproduksi opium, tapi hal ini tidak banyak diketahui khalayak. Di AS ada seorang ahli sejarah Tiongkok bernama Zhang Youjin, ia mewawancarai banyak orang garis keturunan generasi kedua yang berasal dari Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang, dari wawancara tersebut terungkaplah kejadian anggota pasukan Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang telah menanam opium. Mereka yang diwawancarai mengatakan, saya sendiri bertugas menghasilkan opium poppy, lalu dimurnikan lagi menjadi opium, kemudian menjualnya ke luar negeri.

Li Jun mengatakan, Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang mengurangi produksi opium sejak sekitar 1990-an. Karena waktu itu Tiongkok hendak bergabung dalam WTO dan hubungan diplomatik AS-Tiongkok membaik, tetapi PKT kemudian memproduksi narkoba jenis lain yaitu Efedrin (Ephedrine, dapat digunakan untuk menghasilkan narkoba jenis Metamfetamina atau disingkat Meth). 

Sekitar awal abad ke-21, waktu itu Shenzhen berhasil memecahkan sebuah kasus narkoba, dan berhasil menggerebek sebuah kartel narkoba, yang gembong utamanya adalah seorang warga Hong Kong, kala itu Meth yang berhasil dijaring mencapai 30 ton banyaknya. Pada masa itu penjualan Meth di seluruh dunia adalah sekitar 10 ton per tahun, dengan kata lain jumlah Meth yang terjaring di Shenzhen itu setara dengan penjualan seluruh dunia selama tiga tahun. 

Dari 30 ton Meth ini berapa banyak jumlah Efedrin yang dibutuhkan untuk menghasilkannya? Harus ada produksi dalam jumlah yang masif untuk menghasilkannya. Sejak era 1990-an walaupun Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang tidak lagi menanam opium, tapi sebenarnya pada waktu itu mereka telah mulai menanam Ephedra (tanaman yang dapat menghasilkan Ephedrine, red.). 

Belum lama ini hingga 2023, Li Jun mengatakan ia melihat CCTV masih memberitakan, daerah Xinjiang masih menanam tanaman herbal sebagai penghasilan, atau suatu industri penting untuk mendapatkan keuntungan, berita itu menyebutkan di antara tanaman herbal yang ditanam juga termasuk Ephedra. Jadi dapat dikatakan PKT tidak pernah berhenti memproduksi narkoba, dan terus menyesuaikan dengan perkembangan zaman, serta terus berinovasi.

Shi Shan, editor senior sekaligus penulis utama The Epoch Times menyatakan, Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang adalah pengembangan dari Brigade 359, Wang Zhen adalah Komandan Brigade 359, pada masa itu ia menanam opium di Nanniwan di Yan’an, mewariskan hal ini pada Brigade 359. Setelah Wang Zhen ke Xinjiang, tentu saja ia memiliki latar belakang dan pengalaman ini, orang-orang di brigade-nya berbisnis opium. Di masa perang melawan Jepang mereka pada dasarnya tidak pernah berperang melawan Jepang, tapi memproduksi opium. Shi Shan pernah mewawancarai sejumlah orang yang dulu pernah menanam opium, mereka berkata, di masa perang itu opium yang dihasilkan Tiongkok ada dua merek, yang pertama disebut “Nan Huo”, dan yang satu lagi disebut “Su Tu”. Nan Huo berkualitas baik, harganya mahal, sedangkan Su Tu jumlahnya banyak, dan harganya lebih murah, Su Tu ini berasal dari Yan’an, mereknya sangat jelas.

Shi Shan mengatakan, awalnya penggunaan semua narkoba itu adalah untuk obat-obatan, termasuk opium, ganja atau marijuana, kokain, paling awal semuanya digunakan sebagai obat-obatan, termasuk juga Efedrin dan Fentanil. Tapi jika orang yang berniat kurang baik, dan memanfaatkannya untuk mencari keuntungan, maka lain lagi ceritanya. Jelas disini bahwa pemerintah RRT berniat memanfaatkan narkoba untuk mencari keuntungan dan mencelakakan orang lain secara lintas negara.

Guo Jun, pemimpin redaksi The Epoch Times menyatakan, sebenarnya perang terkait narkoba sejak dulu adalah perang internasional, ia harus memiliki kerjasama internasional. Begitu pula dengan AS, narkoba yang beredar di AS berasal dari Amerika Selatan, jadi DEA harus bekerjasama dengan Meksiko, Kolumbia, dan negara Latin Amerika lainnya, bahkan langsung ke negara bersangkutan untuk menjalankan misinya. Jika negara-negara itu tidak kooperatif, maka AS akan mengambil tindakan agar negara-negara tersebut mau bekerjasama, termasuk misalnya dengan embargo perdagangan, atau memberi sanksi terhadap semua pejabat negara tersebut, AS senantiasa telah melakukan banyak tindakan dalam hal ini, sebenarnya semua itu demi membasmi narkoba.

Dalam menghadapi Beijing, cara konvensional AS adalah menggunakan perdagangan, tahun 2017 Trump telah mengemukakan masalah ini kepada Xi Jinping, waktu itu Xi Jinping berjanji akan kooperatif, tetapi PKT selalu lain di mulut lain pula di hati, masih saja terus menjual narkoba ke AS, akibatnya menuai lagi perang dagang, tentu saja perang dagang AS terhadap PKT karena adanya alasan lain, dan Fentanil adalah salah satu alasan pentingnya. Namun efek perang dagang dalam menghadapi PKT sepertinya tidak begitu besar, tidak seperti efek yang timbul terhadap negara di Amerika Latin, jadi AS mungkin akan menggunakan cara lain untuk menghadapi PKT. Misalnya belum lama ini AS mengumumkan harta dan aset milik para pejabat tinggi PKT di AS. 

Badan intelijen AS sedang menyusun laporan terkait korupsi yang dilakukan para petinggi PKT dan harta yang disembunyikan mereka di luar negeri, ini merupakan laporan yang tidak dirahasiakan, yang terbuka, dan akan dipublikasikan, semua orang boleh membacanya, dan tujuan dari laporan tersebut adalah Xi Jinping beserta para pejabat tinggi PKT lainnya, termasuk semua pejabat di jajaran Komite Pusat PKT, para anggota Komite Politbiro dan Dewan Tetap Politbiro PKT, Sekretaris Komite Partai Provinsi, semuanya dalam lingkup investigasi ini. Ada analisa menyebutkan, begitu laporan ini dirilis ke publik, ini akan menjadi sebuah bom waktu yang sangat dahsyat bagi Beijing.

Laporan ini tidak hanya menyangkut individu pejabat saja, tapi juga mengaitkan seluruh kerabat langsung maupun tak langsung, semuanya akan tercakup di dalamnya, dan akan sangat mematikan. 

Bagi PKT iini akan menimbulkan pukulan dari dua arah. Yang pertama membuat PKT semakin kehilangan kepercayaan dari rakyat, khususnya dalam 10 tahun terakhir PKT selalu mempropagandakan pemberantasan korupsi, ternyata selama ini justru para pejabat ini yang memiliki banyak harta dan aset di Amerika. Yang kedua adalah akan memicu konflik internal yang teramat sengit, dulu legalitas Xi Jinping adalah karena semua orang menerimanya dengan aksi pemberantasan korupsi ini, tapi dia dan para pejabat tingginya ternyata memiliki begitu banyak harta dan aset di luar negeri, itu berarti aksi pemberantasan korupsinya itu sama saja dengan nol.

Setelah menginvestigasi, AS akan mengungkap orang tertentu dan tidak mengungkap orang tertentu, sampai batas lingkup mana anggota keluarga yang dipublikasikan, sebenarnya bisa diatur, hal ini akan menjadi alat bagi AS untuk dapat mengintervensi hingga ke dalam konflik internal PKT, bagi PKT ini benar-benar akan sangat mematikan. (sud)