Home Blog Page 1327

231 Kegiatan Fintech P2P Lending Ilegal Dihentikan

0

Epochtimes.id- Satuan Tugas Penanganan Dugaan Tindakan Melawan Hukum di Bidang Penghimpunan Dana Masyarakat dan Pengelolaan Investasi atau Satgas Waspada Investasi mengumumkan Pada Rabi (13/2/2019) kembali menghentikan kegiatan 231 Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (Fintech Peer-To-Peer Lending) yang tidak terdaftar atau memiliki izin OJK.

Ketua Satgas Waspada Investasi, Tongam L. Tobing meminta masyarakat untuk tidak melakukan pinjaman terhadap Fintech Peer-To-Peer Lending tanpa terdaftar atau izin OJK tersebut, agar tidak dirugikan ulah Fintech Peer-To-Peer Lending ilegal tersebut.

Tongam mengatakan saat ini banyak entitas Fintech Peer-To-Peer Lending yang melakukan kegiatan melalui aplikasi yang terdapat di appstore atau playstore bahkan juga di sosial media yang tidak terdaftar dan tidak berizin dari OJK sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 sehingga berpotensi merugikan masyarakat.

Satgas Waspada Investasi telah melakukan upaya pencegahan dan penanganan yang sangat tegas terhadap Fintech Peer-To-Peer Lending ilegal, dengan langkah-langkah:

  1. Mengumumkan FintechPeer-To-Peer Lending ilegal kepada masyarakat;
  2. Mengajukan blokir website dan aplikasi secara rutin kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia;
  3. Memutus akses keuangan dari FintechPeer-To-Peer Lending ilegal;
    1. Menyampaikan himbauan kepada perbankan untuk menolak pembukaan rekening tanpa rekomendasi OJK dan melakukan konfirmasi kepada OJK untuk rekening existingyang diduga digunakan untuk kegiatan Fintech Peer-To-Peer Lending 
    2. Meminta Bank Indonesia untuk melarang Fintech Payment Systemmemfasilitasi Fintech Peer-To-Peer Lending 
  4. Menyampaikan laporan informasi kepada Bareskrim Polri untuk proses penegakan hukum;
  5. Peningkatan peran Asosiasi FintechPendanaan Bersama Indonesia (AFPI) untuk penanganan Fintech Peer-To-Peer Lending ilegal;
  6. Edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat secara berkelanjutan untuk menggunakan Fintech yang legal.

Sebagai bentuk perlindungan kepada konsumen dan masyarakat secara berkelanjutan, Satgas Waspada Investasi memberikan tips kepada masyarakat yang ingin melakukan pinjaman pada Fintech Peer-To-Peer Lending yaitu:

    • Pinjam pada fintech peer-to-peer lending yang terdaftar di OJK;
    • Pinjam sesuai kebutuhan dan kemampuan;
    • Pinjam untuk kepentingan yang produktif; dan
    • Pahami manfaat, biaya, bunga, jangka waktu, denda, dan risikonya.

Saat ini, sampai Februari sudah ada 99 perusahaan fintech peer to peelending yang terdaftar dan berizin OJK. Khusus untuk perusahaan yang berizin dan terdaftar di OJK, berbagai ketentuan sudah dikeluarkan OJK dan AFPI untuk melindungi konsumen peminjam dan pemberi pinjaman.

Seperti diatur dalam POJK 77, OJK mewajibkan Penyelenggara/platform fintech lending untuk  mengedepankan keterbukaan informasi terhadap calon pemberi pinjaman dan peminjamnya agar dapat menilai tingkat risiko peminjam dan menentukan tingkat bunga.

Setiap fintech lending yang telah terdaftar/berizin dari OJK telah dilarang untuk mengakses daftar kontak, berkas gambar dan informasi pribadi dari smartphone pengguna fintech lending yang tidak berhubungan langsung dengan pengguna. Kemudian, setiap bentuk kerja sama Penyelenggara dengan pihak ketiga, antara lain kerja sama penagihan, wajib disampaikan kepada OJK untuk dilakukan penilaian apakah kerja sama dapat dilanjutkan atau tidak.

Bagi masyarakat yang sudah atau merasa dirugikan oleh kegiatan perusahaan Fintech Peer-To-Peer Lending yang tidak terdaftar atau berizin OJKSatgas menyarankan untuk segera melapor kepada pihak Kepolisian untuk segera ditindaklanjuti. (asr)

Inilah Program Kerja 99 Hari Pemerintahan Khofifah dan Emil di Jawa Timur

0

Epochtimes.id- Khofifah Indar Parawansa bersama Emil Elistianto Dardak resmi dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/2/2019) sore.

Khofifah langsung tancap gas dengan membeberkan program kerja dalam 99 hari kepemimpinan.

Langkah yang dilakukan Khofifah dan Emil nantinya tercerminkan dalam tiga periode yakni periode 33 hari pertama, kedua dan ketiga.

Menurut Khofifah, pemerintahannya melakukan percepatan respon yang dilaporkan disampaikan oleh masyarakat. Nantinya, bisa menyatukan layanan-layanan dan termasuk adalah percepatan-percepatan respon lewat sistem disebut CETAR atau Cepat, Tanggap dan Responsif.

Apa-apa saja yang terdapat dengan CETAR, system ini terkait dengan izin Produksi Industri Rumah Tangga pangan (PIRT), terkait dengan izin POM, sertifikasi halal. Tak hanya soal perizinan semata, layanan kesehatan menjadi program prioritas percepatan respon lainnya.

Menurut Khofifah, terhadap layanan kesehatan tak hanya soal percepatan dan responsif dalam pelayanan. Pemerintahannya, memastikan masyarakat mendapatkan layanan yang baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Bagi  program pendidikan, Khofifah Indar Parawansa membeberkan saat ini Guru Tidak Tetap (GTT) yang masih PTT (Pegawai Tidak Tetap) di Jawa Timur berjumlah 21.700 orang. Oleh karena itu pada 2019, semuanya sudah teratasi melalui APBD.

Dia menambahkan, hal demikian terwujud berdasarkan hasil koordinasi yang sangat pihaknya dengan Soekarwo selaku Gubernur Jatim periode 2014-2019.

Tak hanya Pendidikan, Pogram produk pesantren modern menjadi gebrakan Gubernur  Khofifah Indar Parawansa. Artinya, satu pesantren di Jawa Timur memiliki satu produk unggulan dalam masa kerja 99 hari pemerintahannya. Hal demikian dalam rangka mewujudkan perdagangan berbasis santri.

Program selanjutnya adalah bagaimana percepatan penurunan kemiskinan di pedesaan. Terkait. beban lansia di keluarga miskin, Pemprov Jatim  ingin mengikut sertakan lansia di keluarga miskin lewat PKH (Program Keluarga Harapan) Plus dalam 33 hari pertama. (asr)

Analisa Gempa 5,2 Magnitudo di Lebak, Banten, Tak Berpotensi Tsunami

0

Epochtimes.id- Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terjadi  Gempa bumi terjadi pada Kamis (14/2/2019) pukul 06:41:52 WIB.

Menurut BMKG, pusat gempa bumi terletak pada koordinat 105,75° BT dan 7,07° LS, dengan magnitudo M 5,2 pada kedalaman 56 km, berjarak 79 km baratdaya Lebak, Banten.

The United States Geological Survey (USGS), Amerika Serikat, menginformasikan bahwa pusat gempa bumi terletak pada koordinat 105,746° BT dan 6,799° LS, dengan magnitudo M 4,9 pada kedalaman 69,6 km.

Data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan pusat gempa bumi berada di perairan selatan Jawa. Tatanan tektonik wilayah dipengaruhi oleh zona tunjaman lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia, sehingga memberikan kontribusi tektonik di laut maupun di daratan.

Menurut PVMBG, kejadian gempa bumi tersebut diperkirakan melanda wilayah pesisir selatan yang tersusun oleh batuan berumur Kuarter berupa batuan aluvium, gamping, dan endapan rawa.

Guncangan gempa bumi akan terasa pada batuan terlapukkan yang bersifat urai, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rentan terhadap guncangan gempa bumi.

Berdasarkan posisi pusat gempa bumi, kedalaman dan fokal mekanisme oblique normal, kejadian gempa bumi kemungkinan besar berasosiasi dengan aktifitas intraslab, bagian lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah.

Adapun dampak gempa, berdasarkan data BMKG, guncangan gempa bumi dapat dirasakan dengan intensitas III MMI (Modified Mercalli Intensity) di Malimping, Cijaku, Panggarangan, Bayah, Ciptagelar, dan Wanasalam, serta II MMI di Pelabuhan Ratu. Gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami, karena meskipun berpusat di laut namun energinya tidak cukup kuat untuk memicu tsunami. Hingga tanggapan ini dibuat, belum ada informasi kerusakan yang diakibatkan gempa bumi ini.

PVMBG merekomendasikan kepada masyarakat agar tetap tenang dan mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat.

“Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami. Masyarakat agar tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan, yang diharapkan berkekuatan lebih kecil,” imbau PVMG. (asr)

Anak-anak Keracunan Vaksin Meninggal Selama Perayaan Tahun Baru Tiongkok

0

Skandal kesehatan di Tiongkok dari mulai vaksin-vaksi yang dibuat dengan sembrono sampai produk-produk bayi yang tercemar tidak hanya merusak kepercayaan orang tua tetapi juga sangat merugikan banyak anak-anak bangsa. Dan sekarang, dalam dua kasus baru-baru ini, krisis yang sedang berlangsung tersebut sedang meminta lebih banyak nyawa anak-anak.

Pada saat warga Tiongkok merayakan Tahun Baru Imlek bersama keluarga mereka, dua keluarga berduka atas kehilangan anak-anak mereka setelah mereka menerima vaksin beracun.

Seorang anak laki-laki bernama Han Xu, telah lahir pada 29 Oktober 2014. Ketika dia berusia 10 bulan, dia menerima vaksinasi kusta. Segera setelah itu, dia menjadi lemah fisiknya. Pada 8 Februari tahun ini, dia telah meninggal.

kisah bayi Han Xu  keracunan vaksin
Perawat merawat bayi di ICU Departemen Obstetri dan Ginekologi di rumah sakit anak-anak di Tiongkok. (China Photos/Getty Images)

“Saya pasti akan mencari keadilan untuk anak saya,” kata ayahnya, Han. Dia menjelaskan situasinya secara rinci kepada wartawan Epoch Times pada 11 Februari.

KISAH HAN XU

Han mengatakan bahwa setelah putranya menerima vaksinasi kusta pada tahun 2015, ia mulai menderita demam dan kejang. Dia dibawa ke unit perawatan intensif (ICU) di mana dia dirawat selama dua bulan dan sesudahnya, dibiarkan dalam kondisi vegetatif, keadaan seperti koma ditandai dengan mata terbuka dan penampilannya terjaga

Kedua orangtuanya merawatnya agar tetap hidup melalui intubasi nasogastrik menggunakan selang makanan melalui hidungnya. Setelah beberapa waktu, dia bisa tersenyum dan makan tetapi dia kehilangan kemampuan untuk berbicara dan berjalan. Kekebalan tubuh Han sangat menderita dan dia secara teratur menderita demam.

Kedua orangtuanya sering membawa putra mereka ke Beijing untuk perawatan medis, membayar perawatan dari rumah sakit-rumah sakit besar di kota. Ini adalah pertama kalinya dalam tiga tahun mereka, sebagai sebuah keluarga, dapat mengikuti tradisi pulang ke kampung halaman mereka untuk merayakan Tahun Baru Imlek, yang jatuh pada 5 Februari.

kisah bayi meninggal keracunan vaksin palsu kadaluwarsa
Han Xu, setelah penderitaan, dalam foto yang tidak bertanggal. (Han family)

Tetapi sebelum Tahun Baru Imlek, anak umut empat setengah tahun itu sekali lagi menderita demam dan dikirim ke rumah sakit setempat. Han segera dipindahkan ke rumah sakit anak-anak provinsi. Namun pada saat ini, dia sudah sakit parah.

Rumah sakit mendiagnosis dia menderita virus meningitis yang parah.

Saat ini, tubuh bocah tersebut ditahan di kamar mayat dan pemerintah setempat tidak membebaskannya atau memberikan penjelasan tentang tindakan-tindakan mereka.

Han mengatakan bahwa putranya telah menjalani berbagai pemeriksaan dan tes untuk memeriksa masalah metabolisme atau masalah keturunannya. Semua tes kembali normal.

Pada setiap langkah perjuangannya, orangtua tersebut membela putranya tetapi Partai Komunis Tiongkok (PKT) tidak pernah mau mengakui bahwa vaksinasi kusta pada saat umur 10 bulan yang menyebabkan penyakit Han. Dokter-dokter spesialis selalu dilarang menandatangani evaluasi apa pun yang mereka lakukan terhadap bocah tersebut.

“Saya sudah mengikuti prosedur yang tepat, dan mereka mengabaikan saya,” kata Han. “Untuk merawat anak kami, kami telah kehilangan pekerjaan; kami hanya bisa mengandalkan pekerjaan serabutan untuk menghasilkan uang yang cukup untuk bertahan hidup. Kami dari pedesaan dan keluarga kami tidak kaya, dan sejak saat itu, putra kami jatuh sakit.

“Sampai sekarang, kami telah menghabiskan lebih dari satu juta yuan (US$150.000).”

Han berkata bahwa mereka tidak hanya menggadaikan rumah mereka tetapi mereka juga mengambil lebih banyak pinjaman. Dia mengatakan bahwa PKT telah mengklaim setiap kali anak laki-laki tersebut menderita demam yang 80 persen dari biaya medis akan dikembalikan kepada orang tua. Ini tidak pernah menjadi kenyataan.

Setiap penggantian yang diterima sangat kecil dibandingkan dengan biaya keseluruhan, kata Han.

“Saya pasti akan mengambil tindakan hukum untuk anak saya. Saya akan menemukan departemen yang terlibat, dan saya akan membela hak anak saya.

“Ketika putra saya lahir, dia benar-benar sehat. Ketika dia menjalani vaksinasi, dia menjadi seperti ini, dan sekarang dia telah pergi.

“Bagaimana saya bisa mengatasi ini? Saya tidak akan melupakan ini!”

KISAH HE SHANGZE

Anak lain yang berumur empat setengah tahun bernama He Shangze, juga mengalami efek samping yang merugikan setelah menerima vaksinasi.

Setelah intervensi medis untuk menyelamatkan hidupnya tidak efektif, anak itu meninggal pada 10 Februari. Orang tuanya tidak dapat dihubungi untuk wawancara.

Menurut dokumen publik yang diperoleh pada Agustus 2018, He telah menerima vaksinasi untuk Polio dan DPT (difteri, batuk rejan, dan tetanus) pada 28 Oktober 2014. Malam berikutnya, bayi itu kembali ke rumah sakit dengan demam tinggi dan menjadi shock atau renjatan. He dikirim ke ICU dan dokter mendiagnosis dia menderita meningitis.

Ibunya, Gao Li, curiga bahwa itu adalah masalah yang terkait dengan vaksinasi. Pada bulan Maret 2015, kelompok spesialis dapat menentukan bahwa penderitaan He Shangze adalah reaksi terhadap vaksin beracun.

ORANGTUA BEREAKSI

Banyaknya kasus susu bubuk yang tercemar meninggalkan ketakutan yang tersisa di antara para orangtua di Tiongkok daratan. Sekarang, mereka dibebani dengan kekhawatiran tambahan tentang vaksin beracun.

keracunan vaksin palsu
Seorang dokter menyuntik bayi dengan vaksin. (FRED TANNEAU / AFP / Getty Images)

Berita tentang dua kematian anak-anak ini membuat para orangtua yang lain sangat khawatir tentang anak-anak mereka sendiri yang juga telah divaksinasi.

Saalah satu orangtua meninggalkan pesan yang mengatakan, “Saya tidak bisa berhenti menangis. Kita semua adalah ibu dari anak-anak. Rasa sakit semacam ini membanjiri hati orang.

“Anak-anak di negara ini [Tiongkok] tidak beruntung. Susu bubuk tercemar, vaksin beracun, perdagangan anak, makanan berbahaya, polusi, dan sistem pendidikan cuci otak ini sedang menunggu mereka. Jika Anda tidak berhati-hati, maka Anda akan terinfeksi.

“Dari mulai tubuh sampai jiwa seseorang, setiap aspek hancur. Apakah ada negara lain di dunia ini yang sebegitu berbahaya?”

Orang tua yang anaknya juga menderita akibat vaksin polio dan DPT beracun dengan menyindir mengatakan bahwa ini bukan surga yang kejam. Itu adalah “kehangatan” sosialisme.

Salah satu orangtua juga mengklaim bahwa statistik kesehatan di seluruh negeri telah dipalsukan. Dia mengatakan bahwa di satu daerah saja, sekitar 20.000 anak telah diberikan vaksin kadaluwarsa dan banyak anak sekarang yang lumpuh.

Yang tidak kalah menakutkan, otoritas PKT, bukannya memberikan penawar hati dan penyembuhan, malah telah bereaksi dengan penindasan yang keras terhadap masalah ini. (ran)

Video pilihan:

FDA: Obat-obat Tiongkok Mengandung Unsur Kanker, Ditarik Dari Peredaran

https://www.youtube.com/watch?v=_k2pBwnP3x4

https://www.youtube.com/watch?v=_k2pBwnP3x4

Bolton Berbicara pada Presiden El Salvador Terpilih Tentang Ekspansi ‘Predator’ Tiongkok

0

SAN SALVADOR — Presiden El Salvador terpilih, Nayib Bukele, berbicara melalui telepon pada 13 Februari dengan penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton, yang mengatakan ia meminta kerja sama untuk menangkal apa yang ia sebut sebagai ekspansi “predator” oleh Tiongkok.

Bukele, kandidat pertama yang bukan dari dua partai era perang saudara negara Amerika Tengah yang miskin tersebut telah memenangkan pemilihan presiden dalam satu generasi, mengatakan bahwa pemerintahnya akan menjadi mitra AS yang kuat untuk Amerika Serikat.

“Amerika Serikat akan menemukan di El Salvador, tidak hanya sekutu, tetapi juga seorang teman,” tulis Bukele di Twitter.

Hubungan dengan Washington terpuruk di bawah pemerintahan Faribundi Marti National Liberation (FMLN) sayap kiri, partai dari gerakan gerilya sebelumnya di El Salvador, yang menjalin hubungan dengan Tiongkok dengan mengorbankan Taiwan pada Agustus.

Bolton mengkritik manfaat yang diterima El Salvador setelah menjalin hubungan diplomatik dengan Tiongkok.

“Kami membahas cara untuk memperkuat persahabatan AS dengan El Salvador dan berkolaborasi untuk memulihkan demokrasi di Venezuela dan melawan praktik-praktik yang bersifat memangsa oleh Tiongkok di belahan bumi,” kata Bolton.

Seorang asisten Bukele mengatakan pekan lalu bahwa presiden terpilih sedang mengevaluasi nilai-nilai tentang hubungannya dengan Tiongkok.

ekspansi tiongkok yang bersifat memangsa (predator)
Calon presiden Nayib Bukele dari Great National Alliance (GANA) memberi isyarat kepada para pendukungnya setelah hasil resmi di pusat kota San Salvador, El Salvador pada 3 Februari 2019. (Jose Cabezas / Reuters)

BERALIH DIPLOMATIK KE TIONGKOK DARI TAIWAN

Pada 20 Agustus 2018, El Salvador mengumumkan dalam pidato yang disiarkan televisi secara nasional keputusannya untuk memutuskan hubungan dengan Taiwan dan sebagai gantinya menjalin hubungan dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang berkuasa di Tiongkok.

Sebuah keputusan yang telah memicu protes dari Presiden Taiwan Tsai Ing-wen. Tsai menyalahkan tekanan dari PKT untuk keputusan El Salvador tersebut pada konferensi pers pada 21 Agustus, mengatakan bahwa itu adalah contoh lain tentang bagaimana rezim Tiongkok telah berusaha menekan Taiwan untuk mengurangi pengakuan internasional terhadap negara kepulauan tersebut.

Taiwan adalah negara demokrasi penuh dengan konstitusi, pejabat terpilih, dan militernya sendiri; Beijing menganggap negara pulau itu sebagai provinsi pemberontak yang suatu hari akan dipersatukan dengan daratan, dengan kekuatan militer jika perlu.

Rezim Tiongkok telah secara strategis membangun aliansi dengan negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan, dengan memberikan pinjaman dan investasi dalam jumlah besar, sebagai cara untuk menekan mereka agar mengakui hanya “satu Tiongkok.”

Amerika Serikat menjaga hubungan-hubungan dengan Taiwan secara tidak resmi, menjadi sumber ketegangan dengan PKT. (ran)

Video pilihan:

Sosialisme Membuat Venezuela Terpuruk, dari Negara Kaya Menjadi Miskin

https://www.youtube.com/watch?v=-awjffyF_Ds

Disiksa di Tiongkok: Dua Warga Kanada yang Hidup Mengisahkan

0

Perjalanan sederhana kembali ke Tiongkok dari Montreal untuk merawat ibu mertuanya yang sudah tua berubah menjadi mimpi buruk bagi Kunlun Zhang.

Sebagai warga negara Kanada dan seorang pematung dan profesor seni ulung, Zhang telah ditahan beberapa kali dan mengalami penyiksaan fisik dan mental karena berlatih Falun Dafa.

Falun Dafa, juga dikenal sebagai Falun Gong, adalah ajaran meditasi yang pada tahun 1990-an telah dipuji oleh otoritas Tiongkok karena manfaat kesehatannya. Pada saat itu latihan tersebut telah memiliki 70-100 juta praktisi, menurut perkiraan pemerintah. Namun, karena popularitasnya yang sangat besar, ia menjadi sasaran penganiayaan pada tahun 1999 oleh pemimpin Tiongkok Jiang Zemin.

Selama penahanan-penahanannya, Zhang disiksa dengan tongkat listrik sampai dia mengalami kesulitan berjalan. Dia juga dipaksa duduk tegak di kursi rendah untuk waktu yang lama dan menonton film propaganda yang menjelekkan-jelekkan Falun Dafa.

“Tujuannya adalah untuk memaksa kami melepaskan keyakinan kami,” kata Zhang. “Siapa pun yang memprotes atau mencoba bermeditasi menghadapi pemukulan secara biadab.”

Dia mengatakan tentang seorang petugas polisi mengatakan kepadanya, “Kami dapat melakukan apa saja untuk Anda tanpa harus bertanggung jawab. Jika Anda mati, kami akan mengubur Anda dan memberi tahu semua orang bahwa Anda bunuh diri karena Anda takut akan tuduhan kriminal.”

“Kemudian mereka menyetrum saya dengan tongkat listrik di seluruh tubuh saya dan dua polisi menyetrum saya pada saat bersamaan. … Kulit saya terbakar, kaki kiri saya terluka hingga saya tidak bisa menggerakkannya, dan pakaian saya sobek di beberapa tempat. Saya bisa mencium bau daging saya yang terbakar. Rasa sakitnya luar biasa,” katanya.

Selama penahanannya, dia tidak diizinkan menerima kunjungan dari anggota keluarga, atau untuk membuat atau menerima panggilan telepon.

Pada November 2000, Zhang dijatuhi hukuman tiga tahun di kamp kerja paksa tanpa proses pengadilan. Pertama, dia berada di Kamp Kerja Paksa Liuchangshan, karena tidak mengecam Falun Gong meskipun disiksa, maka dia dipindahkan ke Kamp Kerja Paksa Wangcun, yang terkenal di Tiongkok karena perlakuan brutal terhadap para tahanan. (Sekarang telah ditutup.)

Periode waktu yang digunakan untuk cuci otak telah diintensifkan, dan ia diawasi 24 jam sehari oleh sekelompok polisi yang tanpa henti berusaha untuk membuatnya berbalik melawan Falun Dafa.

“Setelah ini berlangsung siang dan malam untuk waktu yang lama, saya hampir tumbang,” katanya. “Serangan psikologis itu bahkan lebih buruk daripada siksaan fisik.”

Berkat upaya putrinya dan yang lainnya di Kanada, termasuk anggota parlemen Liberal Irwin Cotler dan Amnesty International, Zhang dibebaskan setelah tiga bulan dan kembali ke negara yang telah mengadopsinya di mana ia dapat berlatih Falun Dafa dengan bebas.

Tetapi siksaan psikologis itu meninggalkan kerusakan yang abadi.

“Pencucian otak, kebohongan, dan siksaan mental yang terus-menerus telah menyebabkan kerusakan parah pada pikiran saya yang tidak pernah benar-benar sembuh, dan saya harus membawa luka-luka ini selama sisa hidup saya,” katanya.

PERJUANGAN HIDUP ATAU MATI

Ketika Lizhi He dipindahkan dari pusat penahanan di Beijing ke sebuah penjara beberapa ratus kilometer jauhnya pada Februari 2001, dia sudah dalam kondisi sulit bertahan hidup.

Seorang insinyur pemenang penghargaan, He telah dijatuhi hukuman tiga setengah tahun hanya karena berlatih Falun Dafa. Dia menjalani tujuh bulan di pusat penahanan, dan sepanjang waktu dia disekap di dalam sel gelap. Setiap hari dia dipaksa duduk diam di bangku rendah dan keras selama berjam-jam, dan bahkan gerakan sekecil apa pun akan dikenakan pukulan kejam.

“Celana dalam saya sering menempel pada kulit yang membusuk di pantat saya akibat dipaksa duduk di bangku begitu lama,” katanya.

Akan tetapi demam yang dimulai enam minggu sebelumnya setelah penjaga menyiram tubuhnya dalam keadaan telanjang dengan air yang membeku di tengah musim dingin adalah tantangan terbesarnya.

“Wajah saya menjadi cacat karena lecet nanah besar yang menutupi hidung saya dan di sekitar mulut dan mata saya,” kenangnya. “Rasa sakit yang sangat tajam di dada dan tulang rusuk membuat saya sulit bernapas atau berbaring untuk tidur di malam hari. Saya berjuang untuk bernafas dan hidup, tetapi setiap nafas dapat memicu rasa sakit dan kejang yang tak tertahankan.”

“Selama beberapa minggu saya mengalami perjuangan hidup atau mati.”

kisah penganiayaan di cina tiongkok terhadap praktisi falun gong
Artis dan pematung Kunlun Zhang berpose berdiri di depan Lukisannya “Tembok Merah.” Zhang mengatakan lukisan itu adalah potret realistis dari beberapa metode penyiksaan yang digunakan pada para praktisi Falun Gong yang dipenjara di kamp kerja paksa Tiongkok. (The Epoch Times)

Di Penjara Qianjin, seorang polisi muda ditugaskan untuk menangani He. “Pekerjaan saya adalah membuat Anda berubah, untuk membuat Anda melepaskan Falun Dafa dengan cara apa pun yang diperlukan,” kata polisi itu.

“Dia sama sekali tidak membual,” kata He. “Saya segera menjadi bagian dari kampanye 24 Juli mereka untuk menyiksa para praktisi Falun Gong sampai mereka melepaskan keyakinan mereka.”

Dalam apa yang He gambarkan sebagai “siksaan berlari,” dia dipaksa untuk berlari keluar dalam suhu yang sangat dingin sampai ke titik tumbang, kemudian berdiri tanpa bergerak sampai keringatnya membeku, kemudian berlari dan berdiri lagi, berulang-ulang.

Pada malam hari dia dimasukkan ke ruang isolasi, dilarang tidur, dan tidak diizinkan menggunakan toilet, sementara beberapa penjaga penjara secara bergantian menyiksanya secara psikologis.

“Ini adalah sesi khusus untuk melatih pikiran saya dan menghancurkan jiwa saya,” kata He, menambahkan bahwa seorang penjaga pernah berteriak, “Praktisi Falun Dafa BUKAN manusia!”

“Penyiksaan berlanjut siang dan malam, minggu demi minggu, dan segera menyebabkan saya batuk darah setiap hari. Saya tidak bisa bergerak satu langkah pun dengan kaki saya yang bengkak. Masalah ginjal yang parah hampir membunuh saya. Kapasitas pernapasan saya berkurang sangat banyak sehingga saya bahkan tidak bisa bersin atau menguap,” katanya.

Pada musim panas 2001, penjaga melakukan penggeledahan mendadak dan menemukan “Zhuan Falun,” buku ajaran utama Falun Gong, di antara barang-barang milik He.

Dia segera dibawa ke sebuah ruangan, diborgol dengan tangan di belakang, dan dipaksa untuk duduk di lantai di sudut. Dua penjaga kemudian menginjak kakinya untuk mencegahnya bergerak dan terus menyerangnya dengan tongkat listrik.

“Kulit saya terasa seperti terkoyak-koyak, dengan suara sengatan yang bergeretak seperti ledakan-ledakan tanpa henti,” katanya, menambahkan bahwa, sebagai hukuman lebih lanjut, ia dilarang tidur dan makan selama beberapa hari.

Meskipun mengalami kebrutalan, Dia tidak hanya selamat tetapi tetap teguh dalam keyakinannya dan bisa datang ke Kanada pada tahun 2004. Istrinya sudah pindah ke sini ketika dia masih di penjara.

Aman di Toronto, dia berkata bahwa dia masih menemukan penyiksaan “mimpi buruk untuk diingat” dan juga merasakan kesedihan yang luar biasa atas jumlah tak terhitung tahanan nurani Falun Dafa yang telah meninggal.

“Setiap kali saya memikirkan rekan-rekan praktisi yang terpaksa menghilang untuk selamanya, mata saya penuh dengan air mata. Ini memilukan.” (ran)

Video pilihan:

Umat Kristen di Tiongkok, Dipaksa Tulis Surat Jaminan Tinggalkan Agama

https://www.youtube.com/watch?v=xz2Qbxb00Ec

Sesepuh Partai Menentang Konsesi Xi Jinping Dalam Negosiasi Perdagangan

0

Para sesepuh partai di dalam rezim Tiongkok menentang gagasan membuat konsesi dengan Amerika Serikat selama negosiasi perdagangan, sebuah situs web yang berbasis di Hong Kong telah mengungkapkan.

“Beberapa saluran informasi mengkonfirmasi bahwa para sesepuh Partai Komunis Tiongkok (PKT) menolak konsesi besar yang dibuat [pemimpin Tiongkok] Xi Jinping di Argentina [selama pertemuannya dengan Presiden AS Donald Trump di KTT G-20],” menurut sebuah laporan Februari 8 oleh Pusat Informasi untuk Hak Asasi Manusia & Demokrasi (Information Center for Human Rights & Democracy), yang telah mengutip sumber-sumber orang dalam.

Sesepuh partai termasuk pejabat pensiunan yang memegang peran tingkat nasional atau wakil tingkat nasional, termasuk mantan pemimpin Partai Jiang Zemin dan Hu Jintao; dan mantan perdana menteri Li Peng, Zhu Rongji, dan Wen Jiabao.

Pusat Informasi itu lebih lanjut mengutip sumber-sumber yang mengatakan bahwa Xi tidak bisa bertemu Trump sebelum batas waktu negosiasi perdagangan 1 Maret karena para sesepuh Partai tidak ingin Xi membuat konsesi apa pun.

Bahkan janji-janji yang dibuat Xi di Argentina mungkin tidak ditepati, kata sumber tersebut.

Pada 1 Desember 2018, Xi berjanji bahwa Tiongkok akan membeli lebih banyak produk AS, dan akan memberi label fentanyl, opioid sintetik mematikan yang sering diproduksi di Tiongkok dan diselundupkan ke Amerika Serikat, sebagai zat atau bahan yang dikontrol. Sejauh ini, Tiongkok telah melanjutkan pembelian kedelai AS sejak gencatan senjata perdagangan G-20.

Telah Ada Isyarat Sebelumnya Tentang Pertentangan Partai

Pada 18 Desember tahun lalu, PKT menyelenggarakan konferensi di Beijing saat peringatan 40 tahun reformasi ekonomi yang diprakarsai selama pemerintahan mantan pemimpin Deng Xiaoping. Xi memberikan pidato di depan anggota Partai, dihadiri oleh para pemimpin puncak seperti Li Keqiang, Wang Yang, dan Wang Qishan, tetapi anehnya, tidak ada sesepuh Partai yang hadir.

Sepuluh tahun yang lalu, ketika pemimpin Partai saat itu Hu Jintao mengadakan konferensi serupa untuk memperingati 30 tahun reformasi tersebut, mantan pemimpin Jiang Zemin, serta para pensiunan elit seperti Li Peng dan Li Ruihuan, telah ikut serta.

Apakah para pemimpin sebelumnya menghadiri konferensi peringatan atau tidak, sering kali merupakan indikasi tentang bagaimana persatuan kepemimpinan PKT.

Sementara mantan pemimpin Jiang, yang memimpin sebuah faksi yang menentang kepemimpinan Xi, tidak menghadiri pidato Xi, Xi telah menyebut nama Jiang, di antara daftar anggota Partai yang berkontribusi pada era reformasi, mengisyaratkan bahwa Xi mungkin telah mendapat tekanan untuk tidak terlalu mengecewakan faksi Jiang.

Shi Shi, seorang komentator urusan Tiongkok yang bermarkas di AS, mengatakan kepada Epoch Times berbahasa Mandarin bahwa Xi mungkin telah mengatur ketidakhadiran para sesepuh Partai untuk membungkam oposisi dan mencegah para sesepuh turut campur tangan dalam kekuasaannya.

Perbedaan pendapat di dalam Partai juga terbukti dalam penundaan Sidang Pleno Keempat Komite Sentral ke-19 Partai, sebuah konferensi penting di mana elit Partai memutuskan kebijakan-kebijakan yang akan datang, yang seharusnya diadakan pada musim gugur 2018. Sementara sumber orang dalam mengatakan pada Reuters pada 22 Oktober tahun lalu bahwa sidang akan diadakan pada bulan November, belum diadakan, dan belum ada tanggal yang ditentukan.

“Lianghui” tahunan, atau dua sidang untuk legislatif stempel karet dan badan konsultasi politik Partai, masing-masing Kongres Rakyat Nasional dan Konferensi Konsultatif Politik, akan dimulai bulan depan. Indikasi lain bahwa elit Partai tidak dapat mencapai kesepakatan mengenai masalah-masalah utama adalah karena sidang pleno tersebut belum dikonfirmasi, kata komentator Epoch Times, Zhou Xiaohui. Masalah-masalah itu termasuk perang dagang AS-Tiongkok, reformasi ekonomi, dan promosi pejabat.

Sementara itu, Chen Pokong, seorang penulis dan komentator politik Tiongkok yang berbasis di AS, mengatakan kepada Voice of America dalam wawancara 4 Januari bahwa sumber-sumbernya di Tiongkok mengatakan: “[Sejak Partai mengubah konstitusi pada Maret 2018], pertempuran di dalam Partai telah melampaui apa yang bisa dibayangkan orang. Dalam beberapa pertemuan [PKT], para pejabat tidak diizinkan untuk membuat catatan.”

Wu Qiang, mantan dosen ilmu politik di Universitas Tsinghua, mengatakan kepada Radio Free Asia pada 8 Februari bahwa Xi dapat menghadapi krisis politik yang mengancam otoritasnya jika dia tidak dapat membuat kesepakatan yang memuaskan dengan AS sebelum Lianghui tersebut yang dimulai 5 Maret.

“Saya percaya bahwa mereka yang berada di dalam dan di luar Kongres akan meragukan otoritas Xi … Skenario terburuk ini merupakan tantangan besar bagi kekuasaan Partai,” kata Wu. (ran)

Video pilihan:

Ancaman Besar “Perusahaan Zombie” bagi Perekonomian Tiongkok

https://www.youtube.com/watch?v=GRsFY9yaw9k

Terbitkan Aturan Ekspor Kendaraan Bermotor Keadaan Utuh, Apa Dampaknya?

0

Epochtimes.id- Kementerian Keuangan melakukan penyederhanaan aturan ekspor kendaraan bermotor dalam keadaan utuh (completely built up/CBU) dengan menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-01/BC/2019 tentang Tata Laksana Ekspor Kendaraan Bermotor dalam Bentuk Jadi, yang ditetapkan pada 11 Februari 2019.

Apa yang diharapkan dengan diterbitkannya aturan ini?

“Dengan adanya relaksasi prosedur ekspor ini, Pemerintah berharap ekspor kendaraan bermotor CBU akan meningkat, sehingga dapat memperbaiki defisit neraca perdagangan dan mengurangi hambatan dalam ekspor,” tulis Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Infomasi, Nufransa Wira Sakti dalam siaran persnya.

Dalam aturan baru tersebut, Pemerintah berupaya mendorong percepatan proses ekspor dengan memberikan tiga kemudahan.

Pertama, ekspor kendaraan bermotor CBU dapat dimasukkan ke Kawasan Pabean tempat pemuatan sebelum pengajuan dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).

Kedua, pemasukan ke Kawasan Pabean tidak memerlukan Nota Pelayanan Ekspor (NPE).

Ketiga, pembetulan jumlah dan jenis barang paling lambat dilakukan tiga hari sejak tanggal keberangkatan kapal.

Sebelum aturan baru ini berlaku, setiap kendaraan bermotor yang akan diekspor wajib mengajukan PEB; menyampaikan NPE; serta apabila terdapat kesalahan, pembetulan jumlah dan jenis barang harus dilakukan paling lambat sebelum masuk Kawasan Pabean, sehingga waktu yang diperlukan lebih lama.

Selain itu, perlu proses grouping atau pengelompokan ekspor yang kompleks, seperti berdasarkan waktu keberangkatan kapal, negara tujuan, vehicle identification number (VIN), jenis transmisi, sarana pengangkut, dan waktu produksi.

Penyederhanaan aturan tersebut akan mempermudah proses dengan mengintegrasikan data yang masuk pada in-house systemIndonesia Kendaraan Terminal dan sistem DJBC, untuk kemudian dilakukan barcode scanning terhadap VIN setiap kendaraan bermotor yang akan diekspor. Kemudahan proses ini diharapkan dapat meningkatkan competitiveness advantages, karena:

  1. Akurasi data lebih terjamin, sebab proses bisnis dilakukan secara otomatis melalui integrasi data antara perusahaan, tempat penimbunan sementara (TPS), dan DJBC;
  2. Adanya efisiensi penumpukan di gudang eksportir, sehingga inventory level rendah. Dengan inventory level yang rendah, gudang eksportir dapat dimanfaatkan untuk penumpukan kendaraan CBU hasil peningkatan kapasitas produksi;
  3. Dapat memaksimalkan jangka waktu penumpukan di Gudang TPS selama tujuh hari, karena proses grouping dan final quality control sebelum pengajuan PEB dapat dilakukan di TPS; dan
  4. Menurunkan biaya trucking, karena jumlah truk berkurang dan logistics partner tidak perlu investasi truk dalam jumlah banyak. Selain itu, pemakaian truk menjadi lebih efisien dan maksimal, karena digunakan setiap hari dan merata jumlah ritasenya.

Tren ekspor dan impor kendaraan bermotor Indonesia menunjukkan angka yang membaik dalam lima tahun terakhir. Pada 2014, ekspor tercatat sebesar 51,57 persen dan impor sebesar 48,43 persen.

Pada 2015, ekspor mencapai 55,40 persen dan impor sebesar 44,60 persen. Selanjutnya, pada 2016 ekspor sebesar 61,40 persendan impor sebesar 38,60 persen. Pada 2017, ekspor tercatat sebesar 53,16 persen dan impor sebesar 46,84 persen. Pada 2018, ekspor tercatat mencapai 63,56 persen dan impor sebesar 36,44 persen.

Tambahancompetitiveness advantages tersebut diharapkan semakin berdampak positif pada kepercayaan prinsipal agar Indonesia menjadi negara produsen kendaraan terbesar di Asia Tenggara dan 12 besar dunia yang menjadi basis ekspor kendaraan ke seluruh dunia. (asr)

Tingkatkan Kualitas Digital Talent Scholarship, Pemerintah Gandeng Australia

0

Epochtimes.id- Kementerian Komunikasi dan Informatika berupaya meningkatkan kualitas Program Pelatihan Digital Talent Scholarship (DTS) Tahun 2019 dengan melibatkan perguruan tinggi terbaik dari Australia, terutama untuk masa pasca pelatihan.

 

“Kami bekerja sama dengan Kedutaan Besar Australia di Jakarta untuk pembahasan program pasca pelatihan Digital Talent Scholarship,” jelas Kepala Badan Penelitan dan Pengembangan SDM, Kementerian Kominfo, Basuki Yusuf Iskandar dalam keterangan tertulisnya, Senin (11/02/2019).

 

Kominfo telah menggelar Round Table Meeting yang dihadiri oleh perwakilan dari Universitas Adelaide, Australia National University, Sustainable Skills, Griffith University, Monash University, Curtin University, Box Hill institute, dan TAFE Victoria. 

 

“Melalui pertemuan ini dapat menjembatani tiga sektor yang krusial dalam pengembangan sumber daya manusia, yakni kementerian dan lembaga pemerintah, institusi pendidikan, dan pihak swasta,” tutur Basuki Yusuf Iskandar.

 

Kepala Balitbang SDM Basuki Yusuf Iskandar menyampaikan saat ini Indonesia masih mengalami permasalahan terutama dalam hal skills gap talenta digital dimana kebutuhan tenaga kerja ahli teknologi masih belum tercukupi.

 

“Untuk itu, sejak tahun 2018, pemerintah melalui Kementerian Kominfo menginisiasi program Digital Talent Scholarship yang telah berhasil dianugerahkan kepada 1000 penerima di bidang Artificial Intelligence, Big Data, Cyber-Security, Cloud Computing, dan Digital Business,” jelasnya. 

 

Menurut Basuki Yusuf Iskandar, Kementerian Kominfo melakukan scale-up Program DTS dengan meningkatkan target penerima sebanyak 25.000 orang dalam empat jenis akademi yakni fresh graduate, vocational school graduate, coding teacher, dan online academy.

 

“Untuk menyukseskan kegiatan ini, Kemenkominfo bermitra dengan 5 perusahaan teknologi global dan 5 start up lokal. Kegiatan ini akan diselenggarakan di 28 universitas dan 22 mitra politeknik di seluruh Indonesia,” jelas Basuki Yusuf Iskandar. 

 

Dalam pertemuan ini, institusi pendidikan terbaik di Australia memaparkan kurikulum dan program pelatihan digital yang mereka miliki.

 

“Rencananya, peserta terbaik dari program Digital Talent Scholarship 2019 akan dikirim ke Australia untuk mendapatkan pendidikan langsung dari institusi pendidikan Australia sekaligus sebagai upaya meningkatkan kompetensi mereka,” tambah Basuki. 

 

Sebagai tetangga dekat Indonesia yang telah banyak berkolaborasi dalam sektor ekonomi, keamanan, kebudayaan, dan pendidikan, Kementerian Komunikasi dan Informatika menganggap Australia adalah mitra kerja potensial terutama dalam hal peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk menghadapi revolusi industri 4.0. 

 

Kegiatan itu juga dihadiri oleh perwakilan dari Universitas Indonesia dan Institut Teknologi sebagai mitra Digital Talent Scholarship Bandung serta Universitas Pertahanan selaku undangan.  Selain itu, perwakilan pemerintah pun hadir yakni diantaranya dari Direktorat Jenderal Guru dan Ketenagakerjaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Lembaga Administrasi Negara. (asr)

Dua Bocah Korban Vaksin Tiongkok Baru-Baru Ini Meninggal Dunia

0

oleh Gu Xiaohua, Hong Ning

Saat Tahun Baru Imlek tahun ini di Tiongkok, seorang bocah dari Kota Handan, Propinsi Hebei dan seorang lagi dari kota Puyang, Propinsi Henan meninggal dunia karena penyakit setelah divaksinasi. Mr. Han, ayah dari bocah meninggal yang bernama Han Xu di Kota Handan mengatakan : “Saya akan mencari keadilan untuk anak saya.”

Han Xu yang lahir 29 Oktober 2014, setelah menerima vaksinasi anti-kusta di kota Linzhang County, Handan pada 6 Agustus 2015 menjadi cacat dan meninggal dunia pada 8 Februari 2019.

Mr. Han pada 11 Februari menceritakan kronologis kejadian kepada reporter The Epoch Times.

Sebelum perayaan tahun baru, Han Xu yang berusia 4.5 tahun mulai mengalami demam, orang tuanya pertama-tama mengirim anak tersebut ke Rumah Sakit Handan untuk dirawat, dan kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Anak-anak Hebei, tetapi anak tersebut sudah dalam kondisi kritis.

Mr. Han mengatakan, ketika Han Xu berusia 9 bulan, ia mendapatkan vaksinasi anti-kusta, setelah itu badannya mulai demam dan kejang-kejang, karena itu ia terpaksa dimasukkan ke ruang ICU rumah sakit selama 2 bulan untuk perawatan intensif. Nyawanya tertolong, tapi setelah keluar dari ICU, bocah tersebut menjadi pasien kondisi vegetatif persisten. Ia tak lagi bisa berbuat apa-apa, hanya mengandalkan pemberian makan dari hidung untuk mempertahankan hidup. Meskipun belakangan bocah ini sudah mulai bisa tertawa dan makan, tetapi tidak bisa berbicara dan berjalan. Sejak itu, antibodi Han Xu menjadi sangat buruk dan sering demam.

Sejak saat itu, Mr. Han dan istri membawa anaknya ke Beijing untuk perawatan, dan telah melakukan perjalanan ke sejumlah rumah sakit besar seperti Bo’ai, Universitas Peking dan Polisi Bersenjata. Karena sudah 3 tahun tidak pulang kampung merayakan Tahun Baru Imlek, maka tahun ini ia bertiga memutuskan pulang kampung.

Namun, tak disangka Han Xu akan pergi meninggalkan kedua orang tuanya untuk selama-lamanya. Berdasarkan diagnosa rumah sakit menyebutkan bahwa Han Xu terserang ensefalitis virus (peradangan otak oleh infeksi virus) yang parah.

Saat ini, jenazah anak masih berada di rumah duka, dan pemerintah belum memberikan penjelasan secara resmi.

Mr. Han mengatakan, telah melakukan banyak tes seperti metabolisme dan genetika, dan hasilnya normal. Dalam proses pengobatan, orangtua terus membela hak untuk anaknya, tetapi pemerintah tidak mengakui bahwa itu adalah akibat dari vaksinasi, menolak bahwa itu karena ahli berbohong kepada masyarakat. Apalagi tidak ada tanda tangan ahli tentang penyebab kematian dalam surat bukti kematian.

Mr. Han mengatakan : “Saya mengambil prosedur formal, tetapi ditolak mereka, tidak ada jalan lain saya pergi ke Beijing untuk mencari. Kami sekeluarga pernah ditahan oleh pihak berwenang,” katanya.

“Demi perawatan anak, kami telah kehilangan pekerjaan. Kami hanya bisa mencari penghasilan dari bekerja serabutan. Kami orang desa, bukan orang kaya, sejak anak jatuh sakit, kami telah menghabiskan lebih dari satu juta Yuan untuk berobat.”

“Kami terpaksa menggadaikan rumah dan meminjam uang tetangga, meskipun departemen terkait juga memberikan biaya perawatan tetapi sangat minim,” katanya.

“Saya akan mencari departemen yang relevan untuk menuntut keadilan buat anak saya,” tambahnya.

“Anak saya lahir dalam kondisi sehat, menjadi cacat dan sakit gara-gara vaksinasi. Sekarang ia meninggal dunia. Saya tidak rela!.”

Bocah lainnya yang juga meninggal dunia pada 10 Februari adalah Hu Shangze yang berusia 4.5 tahun, tinggal di kota Puyang, Propinsi Henan. Ia juga meninggal akibat dampak dari vaksinasi. Namun keluarga yang sedang dalam suasana duka sehingga menolak untuk diwawancarai.

Menurut artikel Agustus 2018 yang dimuat di WeChat Official Account ‘Guyu shiyan shì’ bahwa, usai si kecil Hu Shangze yang berusia 4 bulan menerima vaksinasi DPT dan Polio di rumah sakit kabupaten pada 28 Oktober 2014. Malam keesokan harinya mengalami demam tinggi dan syok. Ia kemudian dimasukkan ke ruang UGD rumah sakit milik propinsi di kota Zhengzhou. Dokter di sana mengatakan bahwa bocah tersebut menderita peradangan batang otak yang merupakan masalah sistem saraf pusat. Sampai saat itu, ibunya dan keluarga baru curiga bahwa vaksin itulah sebagai biang keladinya.

Pada Maret 2015, tim dokter memastikan bahwa radang batang otak Hu Shangze itu merupakan reaksi abnormal dari vaksinasi yang ia dapatkan sebelumnya serta tergolong tingkat 1B.

Hanya dalam beberapa hari, kedua bocah yang sebelumnya sehat itu tiba-tiba meninggal dunia, menyebabkan kekhawatiran luar biasa dari para orangtua yang mana anak mereka menerima  vaksinasi.

Ada pesan yang diberikan orangtua si anak : “Air mata meleleh tanpa bisa dibendung, kita semua adalah ibu dari anak-anak, sakit yang menusuk hati rasanya. Sangat disayangkan bagi anak-anak yang dilahirkan di negara ini, mereka harus menghadapi ancaman susu bubuk beracun, vaksin beracun, perdagangan manusia, makanan bermasalah, kabut asap dan pendidikan cuci otak dalam kehidupannya. Begitu kurang hati-hati maka mereka akan terjebak dan hancurlah seluruh jiwa raga. Apakah ada negara kedua di dunia ini yang sebahaya seperti di sini ?”

Di daratan Tiongkok, insiden susu bubuk tercemar Sanlu telah menyebabkan orangtua memiliki rasa takut yang berlarut-larut. Sekarang muncul masalah vaksin.

Sebuah sindiran yang diucapkan oleh orangtua di Henan yang mana korban anaknya menerima vaksinasi DPT dan Hepatitis B : “Ini bukan Tuhan yang bertindak kejam, ini adalah “kehangatan” yang diberikan ideologi sosialis, ini adalah tindakan yang disengaja oleh para pengeksploitasi.”

Pada 11 Juli 2018, ada orang yang melaporkan bahwa perusahaan Changchun Changsheng yang memproduksi vaksin telah melakukan penipuan. Inspeksi mendadak yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Negara pada 15 Juli menemukan bahwa vaksin rabies dan DPT yang diproduksi perusahaan tersebut adalah palsu. Selain itu, Institut Produk Biologi Hubei Wuhan juga terekspos bermasalah dalam memproduksi vaksin.

Pada Januari 2019, terjadi insiden penyuntikan dengan vaksin yang sudah kedaluarsa di Jinhu County, Kota Huai’an, Provinsi Jiangsu. Pada 11 Januari jam 9 pagi ribuan orangtua berkumpul di depan kantor pemerintah daerah. Ketika sekretaris partai kabupaten menanggapi tuntutan orangtua dengan mengatakan bahwa telah diketemukan 145 kasus vaksin yang kadaluarsa, ia dipukuli sejumlah orangtua yang naik pitam.

Para orangtua mengatakan bahwa ada sekitar 20.000 orang anak-anak di kabupaten tersebut telah menerima suntikan dengan vaksin yang sudah kadaluwarsa, dan sudah banyak anak-anak telah mengalami berbagai kerusakan fisik.

Parahnya lagi adalah bahwa pihak berwenang belum memberikan bantuan apapun termasuk perawatan untuk pemulihan, sebaliknya malahan melakukan penindasan terhadap para orangtua yang menggelar aksi protes. (Sin/asr)

Regulasi Baru Latihan Militer untuk Atasi Kelemahan Militer Tiongkok

0

oleh Luo Ya, Zhou Huixin

Komunis Tiongkok pada 11 Pebruari mengeluarkan ‘Regulasi Pengawasan Pemantauan Pelaksanaan Pelatihan Militer Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok’.

Media resmi menyebut peraturan tersebut sebagai regulasi pertama dan penting dalam usaha meningkatkan kemampuan mempersiapkan diri menghadapi perang. Namun, mantan pejabat intelijen AS mengatakan bahwa Xi Jinping sadar akan kelemahan utama dalam organisasi militer Tiongkok.

Media resmi komunis Tiongkok ‘Xinhua News Agency’ melaporkan pada 11 Februari bahwa peraturan tersebut memiliki total 10 bab dan 61 ayat yang menjelaskan tentang tanggung jawab dan prioritas pengawasan pelatihan militer, dan mnyempurnakan standar identifikasi pelanggaran pelatihan militer. Disebutkan bahwa regulasi baru tersebut akan diberlakukan mulai 1 Maret mendatang.

Laporan Xinhua  juga menyebutkan bahwa regulasi tersebut merupakan hasil dari pendalaman dan penerapan pikiran Xi Jinping untuk memperkuat militer Tiongkok,  meningkatan pelatihan militer dan sistem pengawasan yang sangat penting dalam mengkonsolidasikan posisi strategis pelatihan militer. Laporan juga menyebutkan tentang memperkuat manajemen pelatihan militer, mempromosikan pelaksanaan pelatihan militer, untuk memperdalam pelatihan militer tempur yang sebenarnya dan secara komprehensif meningkatkan kemampuan untuk mempersiapkan diri menghadapi perang.

Pada 12 Februari, VOA melaporkan bahwa baru-baru ini Komite Tinjauan Ekonomi dan Keamanan AS – Tiongkok di bawah Kongres AS telah mengadakan sidang dengar pendapat untuk membahas tantangan internal dan eksternal yang dihadapi oleh Xi Jinping.

Dennis Blasko, seorang tentara pensiunan letnan kolonel dan analis militer independen bersaksi dalam kesempatan tersebut. Ia mengatakan bahwa salah satu hal yang membuat Xi Jinping “tidak nyenyak tidur malam” adalah apakah militer komunis Tiongkok mampu menghadapi perang.

Mantan perwira intelijen tersebut mengatakan : “Kesaksian saya hari ini melibatkan sejumlah besar bukti dari sumber terbuka, menunjukkan bahwa para pemimpin puncak komunis Tiongkok telah menyadari bahwa PLA (Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok) memiliki kelemahan besar dalam kemampuan operasional pertempuran dan komandonya.”

“Setelah Xi Jinping menjabat sebagai ketua Komisi Militer Pusat, jumlah penilaian ini meningkat. Para pemimpin puncak memiliki keraguan tentang kemampuan tentara PLA untuk memenangkan perang modern, dan mungkin memudahkan militer komunis Tiongkok dalam mengejar tujuan keamanan jangka pendek dan menengahnya.”

Dia mengatakan bahwa meskipun PLA terus menerus memperoleh senjata dan peralatan baru dan telah melakukan reformasi struktural terbesar sejak 1950-an, tetapi penilaian militer menunjukkan bahwa para pemimpin masih kurang percaya pada kemampuan operasional militer dari PLA. Sistem pendidikan dan pelatihan gagal untuk mempersiapkan militer menghadapi perang. Berdasarkan pertimbangan ini, Dennis Blasko menilai bahwa para pemimpin komunis Tiongkok tidak akan dengan mudah melibatkan PLA dalam suatu pertempuran sampai tahun 2035.

Hu Wei, mantan pensiunan perwira PLA juga beranggapan bahwa tingkat pelatihan militer Tiongkok sangat rendah. “Patokan tingkat rendah tentara PLA itu bukan terletak pada berapa banyak peralatan yang dimilikinya, bukan kuantitas, atau sebeberapa banyak senjata canggih yang dimiliki, tetapi indikator yang paling penting adalah bahwa tingkat pelatihannya sangat buruk,” katanya.

Kepada reporter ‘The Epoch Times’ Hu Wei mengatakan : “Tingkat pelatihan yang rendah tercermin dari kaitannya antara strategi militer dengan garis militer jangka panjang dan SDM nya. Hal ini tidak dapat diperbaiki dalam jangka pendek.”

Menanggapi regulasi baru yang akan diterapkan mulai 1 Maret nanti Hu Wei mengatakan bahwa mekanisme pemantauan ini mirip dengan yang diterapkan pada Komite Disiplin Pusat atau Kementerian Pengawasan. Ia melakukan pemantauan komprehensif terhadap seluruh sistem pelatihan dan indikator militer. Ia memang sengaja dibentuk agar lembaga terkait mudah dalam mengawasi pelaksanaan program pelatihan militer.

“Pemantauan saja tidak berguna”, kata Hu Wei : “Ideologi dan metode yang digunakan dalam pelatihan militer PLA bertentangan dengan target medan perang tentara modern. Ada kesenjangan besar antara itu dan pelatihan modern. Di sanalah mereka ketinggalan atau tidak ada peningkatan. Pengaruh dari pemantauan saja tidak akan banyak.”

Ia menjelaskan bahwa untuk memperbaiki tingkat pelatihan militer, masalah intinya adalah memiliki bakat pelatihan militer (SDM militer). “Kelemahan terbesar dari tentara PLA adalah komunis Tiongkok tidak mampu menahan SDM berbakat. Ini disebabkan karena sistem mereka. Orang-orang yang cakap dan berbakat tidak dapat ditampilkan di tentara. Hanya mereka yang bersedia diajak kongkalikong, menerima suap yang bisa bertahan dan “tumbuh” dalam sistem itu. Sistem mereka itulah yang membuat SDM berbakat terlempar.”

Dia berkata: “Tanpa bakat, tidak akan ada inovasi teknologi. Tanpa inovasi teknologi, tidak akan ada hasil pelatihan. Oleh karena itu, pemantauan yang disebut tidak didasarkan pada peningkatan yang komprehensif, karena itu hanya mencoba membuat terobosan di dalamnya. Jadi, setidaknya tidak akan ada perubahan besar dalam 10 tahun dan 20 tahun ke depan.”

Apakah Komunis Tiongkok sedang bersiap untuk menghadapi situasi terburuk ?

Zeng Jianyuan, seorang peneliti di Komisi Keadilan Transisi Taiwan (Transitional Justice Commission) dan seorang dokter hukum mengatakan bahwa regulasi baru tentang pelatihan militer yang baru dikeluarkan komunis Tiongkok selama perang dagang dengan AS bertujuan untuk mempertahankan kekuasaan militer dan mengurangi dampak pada stabilitas sosial.

“Pada paruh kedua tahun ini, Taiwan mulai memasuki periode persiapan pemilihan umum. Tahun ini mungkin merupakan tahun yang sangat sensitif untuk hubungan lintas selat dan hubungan internasional. Karena bertepatan juga dengan peringatan 30 tahun itu terjadi untuk memenuhi peringatan 30 tahun pembantaian mahasiswa Tiananmen, peringatan 70 tahun berdirinya Partai Komunis Tiongkok, Terhadap legitimasi dari kekuasaan komunis Tiongkok secara ideologis akan memiliki pengaruh yang tidak kecil.”

Kepada reporter ‘The Epoch Times’ ia mengatakan : “Oleh karena itu, ia harus memperkuat wibawa otoritas untuk menekan tantangan dari dalam dan luar negeri.”

Zeng Jianyuan percaya bahwa negosiasi perdagangan berikutnya tidak akan memiliki hasil terobosan, dan komunis Tiongkok akan menghadapi pukulan serius dari Amerika Serikat. Tatanan ekonomi dan keuangan daratan yang sedang bermasalah pasti akan merambah ke sektor tatanan sosial dan menimbulkan tantangan berat bagi pemerintah.

“Komunis Tiongkok telah menggagaskan untuk merebut kekuasaan melalui kekuatan senjata. Jadi tahun ini, dalam situasi kekuasaan rezim terancam, militer yang cukup kuat diharapkan masih mampu digunakan untuk mempertahankan eksistensinya.”

Zeng mengatakan bahwa komunis Tiongkok tidak akan berani berperang karena takut dengan hancurnya partai yang berarti jatuhnya pemerintah. “Mereka pasti berharap tentaranya setia kepadanya dan mau berkorban untuk mereka.”

“Apakah generasi prajurit yang dilahirkan di bawah kebijakan satu anak bersedia mati-matian membela kepentingan rezim yang diktator ? Apakah itu layak dilakukan ? penilaian terhadap kekutan jiwa tempur pasukan PLA mungkin harus dilakukan.”

Selain itu, Zeng Jianyuan mengambil contoh Perang Tiongkok – Jepang pertama tahun 1894. Dia mengatakan bahwa kegagalan perang bukan terletak pada senjata dan peralatan militer. Tetapi terletak pada kemampuan manajemen dan komando tentara. Termasuk pertanyaan tentang Apakah tentara setia kepada negara serta psikologis militer. (Sin/asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=XRQcBrIW-1w

Otoritas Kanada Tangkap Belasan Tersangka Kasus Pencucian Uang Internasional

0

EpochTimesId — Lebih dari 300 petugas gabungan otoritas penegak hukum Kanada terlibat dalam penggerebekan berskala besar di kota Montreal and Toronto. Belasan tersangka berhasil ditangkap, serta sejumlah besar obat-obatan terlarang, uang tunai 1,7 juta dolar AS dan sejumlah properti senilai 15 juta dolar AS berhasil disita.

Polisi Federal Kanada (RCMP) memulai penyelidikan yang dijuluki ‘Kolektor’ pada tahun 2016. Mereka mencapai puncak penyelidikan awal tahun ini, dan melanjutkan dengan operasi penggerebekan sekitar pukul 6 pagi pada 11 Februari 2018.

Salah seorang pejabat wilayah Polisi Kanada, Luc Thibault mengatakan penyisiran tersebut menargetkan orang-orang yang memfasilitasi pengumpulan uang dari kelompok-kelompok kriminal di Montreal dan mencuci uang hasil dari kegiatan ilegal mereka.

Thibault mengatakan para tersangka ditahan di Laval, di utara Montreal. Dia menambahkan bahwa mereka kemungkinan akan menghadapi dakwaan termasuk konspirasi, perdagangan dan pencucian hasil kejahatan, sementara beberapa lainnya yang ditangkap di Toronto diperkirakan akan dibawa ke Laval.

Pihak berwenang telah mengajukan dakwaan terhadap 17 orang yang diduga terlibat dalam jaringan pencucian uang internasional yang luas yang terkait dengan kejahatan terorganisir. RCMP mengatakan jaringan memiliki sel di Montreal dan Toronto yang mengumpulkan dan mencuci uang dari kelompok kriminal Montreal.

Pejabat Polisi Federal Kanada lainnya, Martine Fontaine mengatakan jaringan itu menggunakan koneksi di Libanon, Uni Emirat Arab, Iran, Amerika Serikat, dan Tiongkok untuk mencuci uang sebelum mengembalikannya ke negara-negara pengekspor obat-obatan, seperti Kolombia dan Meksiko. Dia mengatakan jaringan itu memiliki kapasitas untuk menangani aset puluhan juta dolar.

Dia menyebut penyelidikan itu salah satu yang paling penting dari jenisnya di Kanada dan salah satu penyelidikan pencucian uang langka yang telah menyebabkan tuduhan gangsterisme.

“Dengan merampas aset kelompok-kelompok kriminal dari jaringan pencucian uang mereka, kita akan mengguncang struktur kejahatan terorganisir,” kata Fontaine.

Pada hari Senin (11/2/2019), lebih dari 300 petugas dari RCMP dan pasukan lainnya, dibantu oleh Badan Pendapatan Kanada, mengambil bagian dalam penggerebekan di Ontario dan Quebec sebagai bagian dari sebuah penyelidikan bernama ‘Kolektor’. Mereka menyita obat-obatan, uang tunai dan rekening bank serta menyita uang tunai.

Tujuh belas orang menghadapi dakwaan termasuk konspirasi, kepemilikan narkoba untuk tujuan perdagangan manusia, gangsterisme, dan pencucian hasil kejahatan. Pemimpin jaringan, Nader Gramian-Nik, 56, dari Vaughan, Ontario, dan Mohamad Jaber, 51, dari Laval, Quebec, termasuk di antara mereka yang ditangkap. Tiga tersangka masih buron. (THE CANADIAN PRESS/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Warga Uighur Minta Tiongkok Memposting Video Keluarga Mereka yang Hilang

0

BEIJING — Anggota kelompok etnis Muslim Uighur menyerukan pada Tiongkok untuk memposting video-video tentang keluarga mereka yang telah menghilang ke dalam sistem kamp-kamp penahanan dalam jumlah besar.

Kampanye media sosial, yang telah diluncurkan pada hari Selasa dengan hastag #MeTooUighur, dilakukan setelah keluarnya video di media pemerintah yang memperlihatkan musisi terkenal Uighur, Abdurehim Heyit, yang banyak orang percaya telah meninggal di dalam tahanan.

“Tiongkok, menunjukkan pada kami video-video mereka kalau mereka masih hidup!” kata Halmurat Harri, seorang aktivis Uighur yang berbasis di Finlandia, menulis di Twitter. Dia mendesak rejim Tiongkok juga mengeluarkan video-video lain untuk membuktikan agar orang lain percaya bahwa para tahanan dalam keadaan sehat di tengah laporan-laporan tentang kondisi diterlantarkan dan kadang brutal di dalam kamp-kamp tersebut.

Rezim Tiongkok telah berada di bawah pengawasan ketat mengenai kamp-kampnya, yang menampung sekitar 1 juta Muslim minoritas di wilayah barat jauh Xinjiang. Mantan-mantan tahanan yang melarikan diri ke luar negeri mengatakan bahwa ketika mereka ditahan, mereka diperintahkan untuk melepaskan keyakinan agama mereka dan berjanji kesetiaan kepada Partai Komunis yang berkuasa melalui cara-cara indoktrinasi yang mengingatkan pada Revolusi Kebudayaan.

Kamera-kamera pengintai, pos-pos pemeriksaan keamanan dan polisi anti huru hara telah berada mana-mana di Xinjiang dalam beberapa tahun terakhir.

Beijing menghadapi tekanan internasional yang terus meningkat karena terus-menerus menggunakan alasan memerangi terorisme dan radikalisasi untuk menganiaya umat Islam Uighur.

Dalam sebuah sebuah tayangan kritik terbuka yang jarang dilakukan dari sebuah negara mayoritas Muslim, Turki pada hari Sabtu menyebut perlakuan Tiongkok terhadap warga Uighur tersebut sebagai “penghinaan besar bagi umat manusia.” Mengutip laporan-laporan kematian Heyit, kementerian luar negeri Turki mengutuk “kamp-kamp konsentrasi” dan “asimilasi sistematis” yang menjadikan umat Muslim Turk di Xinjiang sebagai sasaran.

Banyak orang Uighur di luar Tiongkok mengatakan mereka tidak dapat menghubungi keluarga yang masih di Xinjiang. Khawatir bahwa orang-orang yang mereka cintai telah terjerat jaring pengaman, mereka mengatakan bahwa mereka bahkan tidak tahu apakah anggota keluarga mereka sudah mati atau masih hidup.

Hanya sekedar melakukan komunikasi dengan seseorang di luar negeri dapat mengakibatkan penahanan, kata warga Uighur, dan akibatnya banyak keluarga mereka di Tiongkok telah memblokir diri di media sosial. Di Twitter, orang-orang Uighur di luar negeri memposting foto diri mereka yang sedang memegang foto orang tua, anak, dan saudara kandung mereka yang hilang.

Jika mereka masih hidup, kata posting itu, pemerintah Tiongkok juga harus mengeluarkan video-video tentang mereka. (ran)

Video pilihan:

Etnis Uighur Ilham Tohti Pantas Menerima Hadiah Perdamaian Bukan Panjara

https://www.youtube.com/watch?v=dV5ZpdNH2LU

Raja Kartel Narkoba Meksiko Divonis Penjara Seumur Hidup oleh Pengadilan Amerika

0

EpochTimesId – Joaquin ‘El Chapo’ Guzman, yang pernah menjadi raja narkoba paling kuat di dunia, divonis di pengadilan federal Amerika Serikat di New York City. Semua dakwaan jaksa dikabulkan oleh Hakim dan Juri pada 11 Februari 2019.

Juri di Brooklyn memutuskan bahwa Guzman, mantan kepala kartel Sinaloa yang terkenal kejam, bersalah karena menjalankan perusahaan kriminal yang berkelanjutan, penggunaan senjata api, dan berbagai dakwaan konspirasi untuk mengimpor dan mendistribusikan kokain, heroin, dan ganja, The Associated Press melaporkan.

Pria yang kini berusia 61 tahun itu, sebelumnya pernah kabur dari dua penjara di Meksiko sebelum ditangkap untuk ketiga kalinya dan kemudian diekstradisi ke Amerika Serikat.

Dalam persidangan, yang berlangsung selama beberapa bulan, jaksa menggunakan lebih dari 50 saksi untuk merinci keterlibatan Guzman dalam menghasilkan miliaran dolar AS dalam mendistribusikan obat-obatan di Amerika Serikat. Menurut New York Post, sebanyak 14 mantan rekan Gusman dipanggil untuk bersaksi terhadap kasusnya.

Guzman berbicara di ruang sidang hanya sekali selama persidangan, mengatakan dia tidak akan bersaksi di pembelaannya sendiri, NBC News melaporkan.

“Majelis, saya dan pengacara saya sudah membicarakan hal ini,” kata Guzman. “Dan saya akan tutup mulut.”

Setelah dia divonis, raja obat bius itu melambai kepada istrinya, Emma Coronel Aispuro, yang adalah mantan ratu kecantikan, CNN melaporkan. Guzman tersenyum dan melambai, dan dia menyentuhkan tangan ke dadanya.

Selama putusan, Guzman, yang nama panggilannya ‘El Chapo’ atau berarti ‘pendek’, tampak berwajah datar tanpa emosi.

Pengacara Guzman mengatakan, kliennya hanya dijadikan ‘tumbal’ oleh Ismael ‘El Mayo’ Zambada, seorang raja kartel obat bius yang kini masih kuat dan berkuasa dari Sinaloa, yang masih buron.

Dalam sebuah pernyataan setelah putusan, pengacara Guzman mengatakan mereka ‘jelas kecewa’, tetapi menghormati keputusan juri. “Kami dihadapkan dengan hambatan yang luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya dalam membela Joaquin, termasuk penahanannya di sel isolasi,” kata pernyataan itu, Reuters melaporkan.

Meksiko telah terperosok selama 12 tahun dalam perang mematikan yang dipimpin militer terhadap geng-geng narkoba. Presiden Andrés Manuel López Obrador terpilih tahun lalu setelah menjanjikan perubahan, dan untuk menegosiasikan perdamaian dan amnesti bagi para pengedar narkoba, penyelundup, dan petani narkoba tanpa kekerasan.

Bukti paling rinci terhadap Guzman datang dari puluhan mantan rekan yang mencapai kesepakatan untuk bekerja sama dengan jaksa AS.

Melalui mereka, para juri mendengar bagaimana Kartel Sinaloa memperoleh kekuasaan di tengah-tengah persekutuan yang berubah dari perdagangan obat bius Meksiko pada 1990-an, yang akhirnya datang untuk mengendalikan hampir seluruh pantai Pasifik Meksiko.

Mereka mendengar bagaimana Guzman membuat nama untuk dirinya sendiri pada 1980-an sebagai ‘El Rapido’ (cepat), dengan membangun terowongan lintas batas yang memungkinkannya untuk memindahkan kokain dari Meksiko ke Amerika Serikat lebih cepat daripada orang lain.

Dia dihukum atas 10 dakwaan; terlibat dalam usaha kriminal yang berkelanjutan; pembuatan kokain internasional, heroin, metamfetamin dan ganja, dan konspirasi distribusi; dua tuduhan konspirasi impor kokain; empat hitungan distribusi kokain internasional; penggunaan senjata api; dan konspirasi untuk ‘mencuci’ uang hasil narkotika. (JACK PHILLIPS dan Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Perusahaan Rintisan Lokal Didorong Bersaing di Dunia Bisnis Global

0

Epochtimes.id- Kementerian Perindustrian berkomitmen mendukung pembinaan perusahaan rintisan (startup)dengan membuka kesempatan go internasional melalui program Asia Entrepreneurship Training Program (AETP). Seiring dengan peta jalan Making Indonesia 4.0, program pelatihan tersebut bertujuan mendorong perusahaan rintisan di Tanah Air untuk bisa bersaing di dunia bisnis global.

“Kegiatan ini salah satu upaya peningkatan ekspor produk industri digital dan kreatif. Kami ingin startup Indonesia mendunia, serta memperkuat brand Indonesia sebagai negara industri kreatif dan digital,” kata Direktur JenderalDitjen Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA), kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih dalam siaran pers Kemenprin Senin (11/2/2019).

Gati mengatakan, startup yang terpilih mengikuti pelatihan adalah mereka yang menjadi juara dan finalis pada acara Semarak Industri Kecil Menengah (IKM) 2018 yang digelar Kementerian Perindustrian. Startup yang ikut serta dalam pelatihan terdiri dari berbagai bidang, antara lain fesyen, digital dan kosmetik.  Seminar tersebut  mendatangkan pembicara dari AETP, SwissCham, dan Estubizi Network dan mengupas tentang program, peran, dan pemberdayaan startup.

Dalam kesempatan ini, juga dilakukan soft launching Swiss – Indonesian Acceleration Startup Program, yang merupakan kegiatan akselerasi startup yang memungkinkan terbukanya akses ekosistem startup antara Swiss dan Indonesia.

Program tersebut dilaksanakan secara paralel di Swiss dan Indonesia dengan waktu yang bersamaan, sehingga peserta program di Swiss dan Indonesia dapat saling berinteraksi dan merupakan peluang bagi para startup di Tanah Air untuk memperluas jaringan. “Jadi ini kesempatan yang benar-benar harus kita gunakan,” ujar Gati.

Gati menuturkan, dengan pelatihan tersebut diharapkan startup tanah air mampu bersaing di kancah global, serta bisa berkontribusi pada pertumbuhan ekspor dalam negeri. Menurut Gati, kegiatan seperti ini bisa membuka cakrawala startup Indonesia untuk mengetahui perkembangan di dunia bisnis global.

“Targetnya, kami ingin menyasar pasar Amerika dan Eropa karena perekonomian mereka secara fundamental lebih mantap. Kemudian, untuk IKM yang produknya segmented, pasar Amerika dan Eropa yang bisa menerima produk yang lebih spesifik khususnya yang craft,” kata Gati.

Program pelatihan bagi startup tersebut dilakukan selama enam bulan dimulaiApril 2019.Bentuk pelatihan berbasis simulasi, pembinaan tim individu, pencarian mitra, serta akses ke investor dan inkubator yang serasi dengan bidang usaha yang dijalankan masing-masing startup.

Kemperin menargetkan ekspor produk IKM bisa tumbuh 10%. Sebelumnya, nilai ekspor kerajinan tahun 2017 mencapai US$ 776 juta. Angka ini naik 3,8% dari tahun 2016 yang sebesar US$ 747 juta.

Berdasarkan data  Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2015 ada sekitar 695.000 industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur), barang anyaman dari rotan, bambu dan sejenisnya. Setiap tahun, nilai tambah IKM ini terus melonjak naik, bila pada tahun 2014 nilai tambah sekitar Rp 25,356 triliun, pada tahun 2015 naik menjadi Rp26,743 triliun.

Di tahun 2018, Kementerian Perindustrian juga telah meluncurkan program Making Indonesia 4.0 Startup. Ini merupakan ajang kompetisi bagi startup dengan produk berbasis teknologi Industri 4.0, sebagai upaya penerapan insiatif Making Indonesia 4.0.

Gati menambahkan, Kementerian Perindustrian menyambut baik dan mendukung program AETP yang diinisiasi oleh Pemerintah Swiss melalui Swiss Secretariat of Education Research and Innovation (SERI).  “

Dari program ini, akan diambil 10) tim startup terpilih untuk mengikuti training dan coaching selama 6 bulan. Dan Pada akhir program, tim startup yang dinyatakan lulus akan mengikuti pertukaran startup antara Swiss-Indonesia untuk bertemu perusahaan yang akan memberikan modal kepada startup. (asr)