Home Blog Page 1850

Semakin Banyak Pesawat Boeing Dikandangkan Usai Kecelakaan Maut Ethiopia

0

EpochTimesId — Inggris, Prancis, dan Jerman pada 12 Maret 2019 bergabung dengan sejumlah besar negara yang telah menggunakan pesawat Boeing terbaru, yang terlibat dalam kecelakaan maut Ethiopian Airlines. Mereka melarang pesawat sejenis untuk terbang pada wilayah udara mereka, ketika para penyelidik di Ethiopia mencari kesamaan penyebab dengan kecelakaan serupa hanya lima bulan yang lalu.

Tekanan semakin meningkat di Amerika Serikat, untuk mengambil tindakan atas Boeing 737 Max 8 saat negara-negara Asia, Timur Tengah, dan kemudian Eropa serta operator menyerah pada kekhawatiran. Beberapa pelanggan yang dikutip merasa takut melihat kecelakaan pada 10 Maret 2019, ketika cuaca dalam keadaan cerah, yang menewaskan semua dari 157 orang di dalam pesawat.

Ethiopian Airlines tidak mengeluarkan pembaruan baru mengenai kecelakaan itu pada malam hari, ketika 35 negara yang kehilangan warga mereka menunggu jawaban. Pengumpulan informasi penting terkait kecelakaan dan penyebabnya bisa memakan waktu berbulan-bulan, menurut para pakar penerbangan.

Kesulitan itu kemungkinan terkait dengan masalah pada perekam data penerbangan yang dilaporkan rusak. Regulator Inggris mengatakan mereka mendasarkan keputusan mereka berdasarkan fakta bahwa, saat ini mereka tidak memiliki informasi yang cukup dari perekam data penerbangan yang dimiliki.

Turkish Airlines, Oman, Norwegian Air Shuttle, dan maskapai Korea Selatan Eastar Jet adalah di antara para pihak terbaru untuk menghentikan penggunaan model Boeing terbaru itu. Irlandia, Belanda, Malaysia, Australia, dan Singapura menangguhkan semua penerbangan masuk atau keluar dari negara mereka, jika menggunakan jenis pesawat yang sama.

Seorang pejabat Turkish Airlines mengatakan dua pesawat yang menuju Inggris kembali ke Istanbul setelah wilayah udara Inggris ditutup untuk pesawat itu. Pejabat itu berbicara dengan syarat anonim karena dia tidak berwenang berbicara di depan umum.

Boeing yang berbasis di AS, bagaimanapun, telah mengatakan tidak memiliki alasan untuk menarik pesawat populer itu dari udara. Perusahaan itu tidak bermaksud untuk mengeluarkan rekomendasi baru tentang pesawat itu kepada pelanggan. Tim teknisnya bergabung dengan Amerika, Israel, Uni Emirat Arab, Kenya, dan pakar penerbangan lainnya dalam penyelidikan yang dipimpin oleh otoritas Ethiopia.

Badan Penerbangan Federal mengatakan mereka memperkirakan Boeing akan segera menyelesaikan perbaikan pada sistem anti-stall otomatis yang diduga berkontribusi pada kecelakaan mematikan Boeing 737 Max 8 baru pada Oktober 2018 di Indonesia.

Beberapa maskapai penerbangan AS, menyatakan dukungan untuk model Boeing. American Airlines dan Southwest terus menerbangkannya. Seorang wakil presiden perusahaan penerbangan Amerika, operator terbesar di dunia yang memiliki 24 Max 8s, mengatakan bahwa mereka memiliki ‘kepercayaan penuh pada pesawat’.

Pakar keselamatan memperingatkan agar tidak terlalu banyak membandingkan, dan terlalu cepat menyamakan kecelakaan di Ethiopia dengan insiden jatuhnya Lion Air di Indonesia pada Oktober 2018, yang menewaskan 189 orang.

Tetapi, sejumlah pihak lain di Amerika Serikat mulai mendesak untuk bertindak.

Asosiasi Petugas Penerbangan Profesional, yang mewakili lebih dari 26.000 pramugari di American Airlines, meminta CEO Doug Parker untuk sangat mempertimbangkan dalam mengandangkan pesawat-pesawat ini sampai investigasi dapat dilakukan dan menemukan hasil.

Sebuah foto memperlihatkan puing-puing pesawat Ethiopia Airlines yang jatuh, dekat Bishoftu, sebuah kota sekitar 60 kilometer tenggara Addis Ababa, Ethiopia, pada 11 Maret 2019. (Foto : Michael Tewelde/AFP/Getty Images/The Epoch Times)

Consumer Reports juga meminta maskapai dan FAA untuk mendaratkan jet sejenis sampai penyelidikan keselamatan menyeluruh selesai.

Bahkan Presiden Donald Trump menimbang, kemudian berkicau bahwa ‘kompleksitas menciptakan bahaya’ tambahan di pesawat modern dan menghalangi pilot untuk membuat keputusan pada detik kedua, guna memastikan keselamatan penumpang.

Dia tidak secara spesifik menyebutkan kecelakaan itu tetapi mengatakan bahwa, “Saya tidak tahu bagaimana menurut Anda, tetapi saya tidak ingin Albert Einstein menjadi pilot saya.”

Pesawat Ethiopian Airlines jatuh enam menit setelah lepas landas ke Nairobi, menewaskan orang-orang dari 35 negara. Ini akan memakan waktu lima hari sebelum jenazah korban diidentifikasi, kata juru bicara Ethiopian Airlines Asrat Begashaw kepada AP.

Seorang pilot yang melihat lokasi kecelakaan beberapa menit setelah bencana mengatakan kepada AP bahwa pesawat itu tampaknya telah meluncur langsung ke tanah. Kapten Solomon Gizaw adalah di antara orang pertama yang dikirim untuk melihat sisa pesawat itu, yang ditemukan oleh angkatan udara Ethiopia.

“Tidak ada yang bisa dilihat. Sepertinya bumi menelan pesawat. Kami terkejut!” Dia mengatakan itu, menjelaskan mengapa petugas penyelamat dengan cepat mengirim buldoser untuk mulai menggali puing-puing besar.

Ethiopian Airlines, yang secara luas dipandang sebagai maskapai penerbangan dengan manajemen terbaik di Afrika, mengandangkan sisa empat 737 Max 8-nya sampai pemberitahuan lebih lanjut. Langkah itu sebagai tindakan pencegahan keamanan ekstra. Maskapai ini telah menggunakan lima pesawat dan sedang menunggu pengiriman 25 pesawat lainnya.

Ketika tim global mencari jawaban, seorang wanita berdiri di dekat lokasi kecelakaan dan meratap.

Kebebew Legess mengatakan dia adalah ibu dari seorang anggota awak muda Ethiopian Airlines di antara korban yang tewas.

“Dia akan berusia 25 tahun tetapi Tuhan tidak mengizinkannya,” dia menangis. “Putriku, anakku.” (THE ASSOCIATED PRESS/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Mantan Presiden Separatis Katalan Mencalonkan Diri untuk Parlemen Eropa

0

EpochTimesId — Carles Puigdemont, mantan presiden wilayah otonom Spanyol, Catalonia, mengumumkan bahwa Dia akan mencalonkan diri untuk menduduki kursi di Parlemen Eropa. Usaha yang dilakukan dalam upaya untuk memenangkan kekebalan dari tuduhan kriminal terkait dengan referendum kemerdekaan pada 2017.

Pemimpin separatis itu kini tinggal di pengasingan di Belgia. Dia akan menjadi kandidat utama untuk partainya Junts per Catalunya (Together for Catalonia) dalam Pemilu Eropa yang akan diadakan pada 26 Mei 2019.

“Sudah saatnya untuk mengambil langkah maju untuk menginternasionalkan hak Catalonia atas penentuan nasib sendiri, langsung dari jantung Eropa ke seluruh dunia,” Puigdemont mengatakan dalam sebuah tweet, ketika mengumumkan pencalonannya.

Dalam sebuah wawancara dengan radio Catalan Rac1, Dia bersumpah untuk kembali ke wilayah asalnya. Dia juga mengklaim bahwa menjadi anggota Parlemen Eropa akan memberinya kekebalan dari tuntutan pidana terkait gerakan separatis damai.

“Dari saat hasil diumumkan, kekebalan bekerja. Jika saya seorang MEP, saya akan kembali ke Catalonia karena saya akan mendapatkan kekebalan di mana-mana, termasuk di Spanyol,” katanya.

Namun, interpretasi itu telah diperdebatkan oleh sumber-sumber di Madrid dan Brussels, di mana para pejabat berpendapat bahwa kekebalan terhadap mantan presiden itu tidak dapat diterapkan atau tidak berlaku surut. Sebab, Dia telah terlebih dahulu didakwa melakukan pelanggaran hukum.

Pemimpin separatis itu telah diperingatkan bahwa Dia kemungkinan akan ditangkap dan dipenjara jika kembali ke Spanyol untuk secara resmi dilantik sebagai anggota parlemen Eropa.

Para pejabat di Madrid mengatakan kepada surat kabar Spanyol Libertad bahwa Mahkamah Agung negara itu akan melobi otoritas Parlemen Uni Eropa di Parlemen Eropa untuk membatalkan kekebalan Puigdemont jika dia terpilih.

Pablo Perez, seorang pejabat di Komisi Eropa, menunjuk pedoman Parlemen Eropa yang menunjukkan, “Kekebalan tidak berlaku ketika MEP memiliki atau diduga oleh otoritas peradilan yang kompeten karena telah melakukan pelanggaran.”

Puigdemont dan beberapa anggota kabinetnya yang terguling melarikan diri ke Belgia pada Oktober 2017, hanya beberapa jam sebelum mereka dijerat dengan tuduhan penghasutan, pemberontakan, dan penyalahgunaan dana publik.

Madrid telah memenjarakan para pemimpin senior Katalan atas keputusan untuk mengadakan referendum kemerdekaan pada 1 Oktober tahun lalu, referendum yang tidak disetujui oleh pemerintah pusat. Persidangan untuk kasus 12 politisi Katalan untuk peran mereka dalam referendum dimulai pada bulan Februari 2019.

Para pengunjuk rasa duduk di rel kereta api setelah menduduki stasiun kereta api di Barcelona pada hari mogok massal melawan persidangan terhadap para mantan pemimpin separatis Katalan yang diadakan di Madrid, ibukota Spanyol, pada 21 Februari 2019. (Foto : Louis Gene/AFP/Getty Images/The Epoch Times)

Puigdemont dan lima anggota pemerintahan lainnya tinggal di pengasingan di negara-negara UE lainnya, di mana mereka dikejar namun tidak berhasil oleh pemerintah Spanyol yang mengeluarkan surat perintah penangkapan di seluruh Eropa.

Empat pemimpin Katalan dari partainya yang saat ini berada di penjara di Spanyol, yaitu Jordi Sànchez, Quim Forn, Jordi Turull, dan Josep Rull. Mereka juga telah mengumumkan bahwa mereka berniat mencalonkan diri dalam pemilihan Eropa.

Dalam sebuah surat yang diposting ke situs web, mereka menegaskan, “Kami akan keluar untuk menang. Kami akan membuat komitmen kami pada politik yang jujur, dengan kembali kepada dialog, dan keharmonisan antara rakyat dan demokrasi, penting bagi tindakan kami.”

Mereka juga bersumpah untuk berdiri di atas platform ‘menggunakan hak untuk menentukan nasib sendiri bagi bangsa Catalonia’.

Mengumumkan pencalonan Puigdemont, Elsa Artadi, juru bicara partainya, mengatakan pada konferensi pers di Barcelona, “Cara terbaik untuk terus menginternasionalisasi konflik Katalan dan agar kita didengar di Eropa, agar represi dapat terlihat, adalah dengan memiliki suara JxCat [Junts per Catalunya] yang bebas untuk berbicara di Eropa, dan suara itu tidak lain adalah suara Puigdemont.”

Referendum kemerdekaan Oktober 2017 diberangus oleh adegan-adegan kebrutalan polisi pusat Spanyol. Aksi yang mengundang kecaman dari para politisi di seluruh dunia. (NICK GUTTERIDGE/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Sebuah Pesawat Tempur Tiongkok Diperkirakan Jatuh di Hainan

0

oleh Wen Xin

Sebuah pesawat militer Tiongkok diduga jatuh di Ledong, Hainan, Tiongkok, Selasa (12/3/2019).

Beberapa orang mengatakan bahwa pesawat itu jatuh hampir menimpa sebuah sekolah dan pintu air.

Menurut video pendek yang diposting warganet, asap hitam membumbung tinggi di Ledong tempat jatuhnya pesawat, terlihat pula kobaran api besar di permukaan tanah dan sebuah menara air hancur tertabrak.

Ada warga menjelaskan : “Wah, pesawat jatuh ke dalam halaman sekolah kita, ledakannya cukup dasyat !”

Dikarenakan di sana merupakan wilayah dari Angkatan Laut Tiongkok, diduga pesawat yang mengalami kecelakaan itu diduga terkait dengan mereka.

Menurut data, stasiun Ledong saat ini terdapat pesawat tempur J-11B, pesawat pembom JH-7A, yang merupakan pangkalan perbatasan bagi Angkatan Laut Tiongkok untuk mengatasi situasi kompleks di Laut Tiongkok Selatan.

Saat ini, pejabat Tiongkok tidak menanggapi insiden itu dan tidak mengkonfirmasi bahwa pesawat militer mereka jatuh. (Sin/asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=FlRR9JlP-sc

Senat AS Dalami dan Ungkap Praktik Gelap Institut Konfusius

0

Partai Komunis Tiongkok (PKT) Rancang Pelajaran Indoktrinasi Kaum Muda AS Mulai TK sampai SMA

Wu Xing

Apa yang sebenarnya telah dibawa masuk oleh Institut Konfusius ke AS? Mengapa setelah belasan tahun berlalu, Amerika Serikat baru menyadari seriusnya permasalahan ini? Masihkah ada masa depan bagi Institut Konfusius di Amerika? Surat kabar politik konservatif AS yakni “Washington Free Beacon” baru-baru ini menyampaikan artikel yang menganalisa berbagai permasalahan ini.

Pada 27 Februari 2019 “The Washington Free Beacon” merilis artikel yang berjudul “Aksi Propaganda Partai Komunis Tiongkok menyusup ke dalam Sistem Pendidikan AS.” Artikel tersebut memaparkan penjelasan terhadap sebuah laporan yang dipublikasikan oleh badan investigasi dari Senat AS.

Laporan itu menyebutkan: Lewat serangkaian program pelajaran dan pendanaan PKT telah menyusup ke dalam hampir setiap departemen pada sistem pendidikan AS. Program ini membawa masuk propaganda PKT ke dalam kurikulum AS, dengan tujuan melakukan indoktrinasi terhadap anak-anak Amerika.

Laporan yang dipublikasikan oleh Komisi Keamanan Nasional dan Urusan Pemerintahan dari Senat AS tersebut menyatakan, “Institut Konfusius” yang disebut oleh PKT sebagai lembaga pendidikan ini telah menelan biaya hampir USD 200 juta (285 miliar Rupiah).

Saat ini di seluruh AS telah terdapat lebih dari 100 unit Institut Konfusius. AS menjadi negara yang memiliki Institut Konfusius terbanyak di seluruh dunia.  PKT bahkan berencana akan membuka lebih banyak lagi Institut Konfusius di Amerika.

Penulis artikel di “The Washington Free Beacon” itu menyatakan, semua Institut Konfusius ini ketika datang ke AS sangat diam-diam dan begitu misterius serta tidak menampakkan diri.

Di saat pengaruhnya berubah menjadi semakin jelas, Kongres AS dan tempat-tempat lain baru ibarat tersadar dari mimpi. Alasannya adalah pada permukaannya pelajaran-pelajaran itu sepertinya tidak mencolok, khususnya berfokus pada bidang bahasa dan budaya.

Namun, hasil investigasi komisi Senat tersebut didapatkan bahwa institusi itu telah membentuk semacam ancaman terhadap AS.  Beijing justru berusaha mengubah pandangan Amerika dan semua negara di dunia yang menganggap RRT sebagai “sebuah ancaman ekonomi dan keamanan”.

Langgar Kebebasan Akademik, Ekspor Pengendalian Berpendapat

Bagaimana Institut Konfusius memanfaatkan ‘pelajaran bahasa dan budaya’ itu untuk membentuk ancaman terhadap AS? Laporan itu menyebutkan, “Para guru dari RRT dan pemerintahnya membuat kesepakatan untuk berjanji tidak akan merugikan kepentingan negara RRT. Pembatasan ini berupaya mengekspor sensor PKT atas pendapat politik dan menghalangi masyarakat membahas masalah politik yang sensitif.”

Pihak sekolah di AS yang berbincang dengan para staf investigasi mengungkapkan, Institut Konfusius menghindari topik-topik yang kontradiktif, seperti masalah HAM di Tiongkok yang sangat buruk dan topik hangat lainnya yang mungkin akan merusak citra PKT.

Laporannya komisi tersebut menyatakan, mereka telah mendapat sebuah dokumen kesepakatan yang ditandatangani oleh para guru Tiongkok dengan kantor “Hanban” (instansi yang membawahi Institut Konfusius). Jika para guru Tiongkok itu ‘melanggar hukum RRT’ atau ‘ikut serta dalam kegiatan yang merugikan kepentingan negara RRT’, maka kontrak mereka akan diakhiri.

Guru Tiongkok yang mengajar pada Institut Konfusius secara langsung melaporkan pekerjaan mereka pada lembaga pemerintah RRT. Guru-guru ini juga diberitahu, setiap aksi yang melenceng dari pelajaran akan berakibat diakhirinya kontrak kerja mereka.

Walaupun perguruan tinggi yang bekerjasama dengan mereka berkesempatan mewawancarai guru-guru ini. Namun bagaimana PKT memilih guru-guru tersebut tidaklah transparan. Guru yang dipilih oleh PKT pasti akan diterima oleh pihak sekolah di AS.

Para staf sekolah AS yang diwawancarai oleh komisi tersebut juga tidak tahu menahu apakah guru-guru itu memenuhi kriteria perekrutan di perguruan tinggi AS.

Laporan itu juga mengungkapkan, ada bukti yang menunjukkan dalam perbincangan dengan staf penyidik dari Kemenlu, seorang pimpinan Institut Konfusius dari pihak RRT memerintah para guru agar membicarakan riset akademis mereka yang tidak sesuai dengan topik pembahasan.

Institut Konfusius Adalah Bagian dari Strategi Jangka Panjang PKT

Laporan investigasi oleh Komisi Senat telah menjelaskan secara rinci segala tindakan Institut Konfusius di AS, dan menyebutkan, keberadaan Institut Konfusius adalah bagian dari strategi jangka panjang PKT.

Laporan itu menulis, “Institut Konfusius adalah instansi di bawah kantor tim terkemuka yang bernaung di bawah Departemen Pendidikan RRT setingkat level Divisi untuk penyebaran Bahasa Mandarin internasional, yang menyediakan pelajaran yang diperbolehkan oleh PKT bagi pelajar Amerika. Hanban bertugas mengaudit dana anggaran tahunan bagi setiap Institut Konfusius dan memiliki hak mutlak menentukan kegiatan dan pembicara.”

Kontrak kerjasama perguruan tinggi AS dengan Institut Konfusius juga diharuskan ditetapkan secara tekstual, mentaati hukum RRT di atas wilayah AS, dan informasi terbuka tentang Institut Konfusius harus seminimal mungkin.

Jika pihak sekolah AS membocorkan informasi pelajaran, maka perjanjian dan dana akan ditarik balik. Karena pada pelajaran-pelajaran ini RRT telah menghabiskan banyak dana, Komisi Senat mendapati bukti yang menunjukkan, sekolah AS tidak membuat laporan yang benar tentang “sumbangan luar negeri”.

Laporan menyebutkan: “Walaupun hukum menuntut demikian, namun sekolah-sekolah yang menerima dana lebih dari USD 250.000 (3,6 miliar Rupiah), hampir 70% di antaranya belum menjelaskan dengan benar tentang dana ini kepada Departemen Pendidikan.”

Senat AS: Institut Konfusius Tak Seharusnya Bertahan di AS

“Selama 15 tahun terakhir, Tiongkok telah mendirikan lebih dari 100 unit Institut Konfusius, Departemen Pendidikan AS selama ini telah diam”, demikian sebut anggota Komisi Senat dalam laporannya.

Ketika Institut Konfusius telah memasuki perguruan tinggi AS, pemerintah Tiongkok juga berencana mendorong program pelajaran 12 tahun (K-12) dari “Kelas Konfusius” pada taman kanak-kanak di AS.

Pada laporan itu disebutkan, RRT menyediakan guru dan dana bagi ‘Kelas Konfusius’, menyediakan pelajaran Bahasa Mandarin bagi pelajar mulai dari taman kanak-kanak hingga kelas 12.

Saat ini di Amerika terdapat 519 buah sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan menengah atas yang telah memiliki ‘Kelas Konfusius’, dan RRT masih terus berusaha mendorong pelajaran tersebut sebagai misi yang harus diprioritaskan.

Tahun 2018, Kemenlu AS telah mencabut visa bagi 32 orang guru Institut Konfusius, karena mereka menyatakan diri melakukan pekerjaan riset namun sebenarnya menjadi guru di sekolah K-12. (SUD/WHS/asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=o_tupgGXrp4

Duta Besar Amerika Serukan Beijing Hentikan Memerangi Agama

0

Saat mengunjungi Hong Kong, duta besar AS untuk kebebasan beragama, Sam Brownback, menyampaikan pidato di Klub Koresponden Asing (Foreign Correspondents’ Club) menyerukan Beijing untuk mengakhiri semua bentuk penindasan terhadap agama di Tiongkok.

“Pemerintah Tiongkok berperang melawan keyakinan. Ini adalah perang yang tidak akan mereka menangkan,” kata Brownback pada 8 Maret. Dia mengatakan kepada hadirin bahwa orang-orang di Tiongkok tidak diizinkan pergi ke gereja, menyembah Tuhan mereka, membeli Alkitab, ataupun memberi nama anak-anak mereka dengan nama-nama gaya keagamaan, mengambil risiko melakukan penahanan di kamp-kamp penahanan atau penjara.

“Sejak tahun 1999, Amerika Serikat telah menetapkan Tiongkok sebagai negara yang sangat memprihatinkan di bawah Undang-Undang Kebebasan Beragama Internasional tahun 1998,” Sam Brownback menambahkan, merujuk pada penilaian tahunan kebebasan beragama yang dilakukan oleh Komisi Kebebasan Beragama Internasional AS. Tiongkok terus-menerus digolongkan sebagai “Country of Particular Concern (CPC),” yang merupakan kategori paling serius bagi para pelanggar terhadap kebebasan beragama.

Keyakianan-keyakinan yang dianiaya termasuk Katolik, Muslim, Tibet, dan praktisi kelompok spiritual Falun Gong yang dilarang.

Brownback secara khusus menyoroti keadaan para praktisi Falun Gong, yang masih terus-menerus ditangkap, disiksa, dan dibunuh karena keyakinan mereka.

“Pemerintah Tiongkok telah menahan dan dilaporkan telah menyiksa praktisi-praktisi Falun Gong dengan perkiraan jumlah yang dapat dipercaya memasukkan ribuan praktisi Falun Gong ke dalam penjara,” kata Brownback.

Mengutip perkiraan oleh Falun Gong, Brownback mencatat bahwa pada tahun 2018 saja, setidaknya 69 praktisi Falun Gong meninggal dalam tahanan Tiongkok atau karena luka cedera yang diderita saat berada dalam tahanan.

Falun Gong telah diperkenalkan ke publik pada tahun 1992 oleh Li Hongzhi. Berdasarkan pada prinsip-prinsip moral dari sejati, baik dan sabar, ajaran spiritual tradisional Tiongkok tersebut memasukkan ajaran-ajaran Buddha dan Tao dan termasuk latihan meditasi yang lembut.

Menyebar dari mulut ke mulut, latihan ini terhitung lebih dari 100 juta praktisi yang berlatih pada musim semi 1999, menurut perkiraan resmi. Khawatir bahwa popularitasnya akan mengancam kekuasaan Partai Komunis Tiongkok, pemimpin Partai Jiang Zemin saat itu meluncurkan penganiayaan nasional pada Juli 1999.

Sejak itu, ratusan ribu orang diperkirakan telah ditangkap dan ditahan di dalam penjara, kamp-kamp kerja paksa, pusat pencucian otak, dan fasilitas-fasilitas penahanan lainnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, tuduhan-tuduhan telah bermunculan bahwa rezim Tiongkok mengelola industri transplantasi organ di mana organ-organ diambil secara paksa dari para tahanan nurani, termasuk praktisi Falun Gong dan etnis minoritas Uighur, yang sebagian besar mempraktikkan Islam.

Brownback menyoroti masalah ini dalam pidatonya. “Data dari para peneliti yang memiliki keberanian secara terus-menerus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengkhawatirkan sehubungan dengan sistem transplantasi organ di Tiongkok, dalam penggunaan pendonor organ sukarela yang tidak dapat memenuhi permintaan. Ini adalah prospek yang benar-benar mengerikan.”

Brownback meminta pemerintah Beijing untuk mendengarkan rakyatnya. “[Ia] harus menjelaskan keberadaan para praktisi [Falun Gong] yang hilang.”

Brownback berjanji akan mendorong Beijing untuk mengakhiri penindasan dan penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong.

Dia percaya bahwa suatu hari, orang Tiongkok akan mendapatkan kebebasan beragama.

“Gerbang-gerbang kebebasan beragama akan mendadak terbuka di Tiongkok dan penghalang yang mencegah pertukaran ide dan informasi secara bebas (tirai besi) tentang penganiayaan agama akan dihilangkan,” kata Brownback. “[Pemerintah] Tiongkok saat ini berada di sisi sejarah yang salah.”

Sam Brownback, 62 tahun, adalah seorang pengacara, politisi, dan diplomat Amerika. Dia adalah gubernur Kansas dari tahun 2011- 2018, dan seorang senator A.S dari tahun 1996 – 2011.

Pada bulan Februari 2018, Brownback dinobatkan sebagai Duta Besar AS untuk Kebebasan Beragama Internasional. Dalam peran itu, ia mengepalai Kantor Kebebasan Beragama Internasional (Office of International Religious Freedom) di bawah Departemen Luar Negeri AS (U.S. Department of State), dan merupakan diplomat tertinggi AS di bidang kebebasan beragama internasional yang didedikasikan untuk membawa kebebasan beragama yang lebih besar ke dunia.

Brownback telah mengunjungi Abu Dhabi, ibukota Uni Emirat Arab, sebelum perjalanannya ke Hong Kong. Dia mengatakan dia ingin mengunjungi kamp-kamp penahanan di Xinjiang, wilayah barat laut Tiongkok di mana pihak berwenang telah menahan hingga satu juta warga Uighur dan kelompok minoritas Muslim lainnya. Orang-orang yang selamat dari kamp-kamp tersebut telah menggambarkan metode-metode penyiksaan dan indoktrinasi politik dalam upaya untuk memaksa mereka melepaskan keyakinan mereka.

Country of Particular Concern (CPC) adalah penentuan oleh Sekretaris Negara Amerika Serikat (di bawah wewenang yang didelegasikan oleh Presiden) tentang suatu negara yang bersalah terutama karena pelanggaran berat terhadap kebebasan beragama di bawah Undang-Undang Kebebasan Beragama Internasional, International Religious Freedom Act (IRFA) tahun 1998 (HR 2431) ) dan amandemennya tahun 1999 (Public Law 106-55). Istilah “pelanggaran-pelanggaran berat terhadap kebebasan beragama pada tingkat yang lebih besar” berarti pelanggaran sistematis terhadap kebebasan beragama yang sistematis, terus-menerus, termasuk pelanggaran seperti:

a) Penyiksaan atau perlakuan atau hukuman yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat;
b) Penahanan berkepanjangan tanpa tuduhan;
c) Menyebabkan hilangnya orang dengan penculikan atau penahanan rahasia orang-orang tersebut; atau
d) Penolakan nyata lainnya atas hak untuk hidup, kebebasan, atau keamanan terhadap orang-orang. Negara-negara yang ditentukan dalam ketegori tersebut adalah tunduk pada tindakan-tindakan lebih lanjut, termasuk sanksi-sanksi ekonomi, oleh Amerika Serikat.

Yang mengeluarkan rekomendasi berkenaan dengan negara-negara yang ia yakini harus ditetapkan sebagai negara-negara yang mendapat perhatian khusus karena pelanggaran-pelanggarannya terhadap kebebasan beragama adalah Komisi Kebebasan Beragama Internasional AS (United States Commission on International Religious Freedom), sebuah badan terpisah yang dibentuk oleh IRFA (bersama dengan Kantor Kebebasan Beragama Internasional di bawah Departemen Luar Negeri AS) untuk memantau keadaan kebebasan beragama di seluruh dunia. Kedua entitas tersebut memberikan rekomendasi kebijakan kepada presiden, sekretaris negara dan Kongres AS. Rekomendasi-rekomendasinya tidak selalu diikuti oleh Sekretaris Negara. (ran)

Video pilihan:

Komunis Tiongkok Kedodoran Hadapi Kritikan Soal Kamp Kontroversial di Xinjiang

https://www.youtube.com/watch?v=j8eWH6Abdcc

Setelah KTT dengan Trump, Rambut dan Sidik Jari Kim Jong Un Menjadi Rahasia Negara

0

Olivia Li – The Epoch Times

Epochtimes.id- Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un meninggalkan Vietnam pada Sabtu (2/3/2019) setelah gagal mencapai kesepakatan selama pertemuan puncak dengan Presiden AS Donald Trump.

Beberapa kejadian detail yang menarik sejak itu telah diungkapkan tentang kunjungan Kim yakni menyoroti perasaan khawatir yang mendalam bagi rezim komunis ini.

Pengawal Pemimpin Korea Utara menghabiskan waktu lima jam untuk membersihkan semua jejak Kim yang mungkin ditinggalkan pemimpinnya di hotel sebagaimana diungkap surat kabar Korea Selatan, Chosun Ilbo.

Kim Jong Un meninggalkan Hotel Melia Hanoi di Vietnam pada jam 9:30 pagi (2/3/2019). Ketika seorang wartawan Chosun Ilbo tiba di hotel sekitar pukul 14:00, akses ke lantai 21 dan 22 masih dibatasi dengan penjagaan tim keamanan Korea Utara di tangga. Kim tetap di lantai 22 dan memimpin pertemuan di lantai 21. Sementara iut, tim keamanan sibuk membersihkan ruangan dan lorong di dua tingkat ini.

Chosun Ilbo menganalisis bahwa mengingat waktunya, tim keamanan kemungkinan menghapus semua “biomarker” yang mungkin ditinggalkan Kim, seperti helai rambut, sidik jari, atau air liur.

Media Korea Selatan lainnya, Aju Business Daily melaporkan pada (2/3/2019) bahwa Kim Jong Un tidak pernah tampil di muka umum dalam periode 27 jam setelah kembali ke hotel pasca KTT AS-Korea Utara.

Kim tidak keluar dari hotel sampai jam 3:20 malam. Pada 1 Maret, ketika dia bertemu dengan pemimpin Vietnam Nguyen Phu Trong.

Rencana semula Kim akan meninggalkan Vietnam pada sore hari (2/3/2019). Namun, karena kegagalan negosiasi, ia meninggalkan negara itu sekitar pukul 10 pagi waktu setempat. (asr)

Pengguna Internet Tembus 143 Juta Jiwa, Membuka Jalur Komunikasi Antara Pemda, Calon Investor, dan Sartup Difokuskan

0

Epochtimes.id- Untuk mewujudkan visi menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi digital terbesar di ASEAN pada tahun 2020, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia menyelenggarakan Regional Investment Forum (RIF) sebagai ajang promosi investasi tahunan pada 11 Maret 2019.

Kegiatan yang berlangsung di Nusantara Hall 1 – ICE BSD City, Banten ini mengundang pelaku ekonomi digital di antaranya, pemerintah pusat, pemerintah daerah, asosiasi, serta pelaku usaha terkait, baik dari dalam maupun luar negeri.

Tahun ini, tema RIF yang diusung adalah “Indonesia’s Digital Drive: Utilizing Digital Technology in Developing Regional and Tourism Investment Opportunities”. Tema ini sesuai dengan perkembangan industri digital yang cukup signifikan beberapa tahun terakhir.

Hingga Februari 2019, jumlah startup di Indonesia mencapai 2.070 startup dengan pertumbuhan tertinggi di tiga sektor yaitu ­on-demand services, financial technology (fintech) dan e-commerce. 

Tingginya angka pertumbuhan startup ini mendorong BKPM untuk mengubah konsep RIF tahun ini menjadi berbeda, yaitu mengundang para perusahaan rintisan (startup). Setidaknya, ada 250 startup yang hadir dalam perhelatan ini.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Thomas Trikasih Lembong, dalam siaran persnya mengatakan erkembangan industri startup yang cukup cepat ini harus segera direspon oleh pemerintah, terutama BKPM sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi pelayanan dan pelaksanaan penanaman modal.

“Oleh karena itu ,RIF tahun ini memang diharapkan menjadi meeting point bagi para investor, pelaku bisnis startup, pemerintah daerah dan stakeholders terkait lainnya, sehingga perkembangan industri ini memiliki dampak yang maksimal bagi investasi Indonesia,” ungkap

Dari data APJII, pengguna internet di Indonesia mencapai 143 juta atau 54% dari total populasi dengan jumlah pemilik smartphone dan mobile internet mencapai 90 juta (statista).

Riset Google dan Temasek juga menyebutkan market size ekonomi digital Indonesia juga mencapai USD 27 miliar dan berpotensi menjadi USD 100 miliar pada tahun 2025. Dari aliran investasi asing per tahun di level USD 20-25 miliar, diperkirakan 10% disumbang dari sektor ekonomi digital.

Dalam acara ini, digelar beberapa sesi antara lain seminar, digital startup pitching, one-on-one meeting antara calon investor dengan startup, pemerintah daerah dengan calon investor dan startup dengan calon investor, serta business clinc atau klinik konsultasi usaha oleh BKPM, BI Fintech Office, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Pariwisata, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta perbankan dan law firm.

Untuk one-on-one meeting, BKPM mengatur 148 pertemuan yang melibatkan 64 perusahaan startup serta 45 perusahaan/investor. Sedangkan, untuk kegiatan seminar dihadiri oleh sekitar 800 peserta, yang terdiri dari perwakilan pemerintah pusat, pemerintah daerah, kedutaan asing, asosiasi dunia usaha, maupun calon investor.

“Tujuan pelaksanaan kegiatan RIF adalah untuk mempromosikan peluang investasi Indonesia khususnya bidang ekonomi digital dan pariwisata. Jadi kami fokus membuka jalur komunikasi antara pemerintah daerah, calon investor, dan startup di bidang tersebut. Harapannya, investasi di bidang ekonomi digital dan pariwisata juga bisa naik secara signifikan,” ungkap Farah Ratnadewi Indriani, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal. (asr)

Video Rekomendasi : 

Bank Rusia Dijatuhi Sanksi Amerika Karena Membantu Perusahaan Minyak Venezuela

0

EpochTimesId – Departemen Keuangan Amerika Serikat pada 11 Maret 2019 waktu setempat memberikan sanksi kepada bank yang berbasis di Rusia. Bank itu diembargo karena berusaha menghindari pembatasan yang sebelumnya dilakukan terhadap perusahaan minyak milik negara Venezuela, PDVSA.

Bank ‘Evrofinance Mosnarbank’, yang dimiliki bersama oleh perusahaan-perusahaan milik Rusia dan Venezuela, diberi sanksi atas dukungannya terhadap PDVSA. Aset bersih Evrofinance tumbuh lebih dari 50 persen selama 2018 karena meningkatkan kerjasama keuangan yang bertentangan dengan kebijakan sanksi AS.

“PDVSA adalah entitas yang telah lama menjadi kendaraan untuk korupsi, penggelapan, dan pencucian uang oleh Maduro dan kroni-kroninya,” rilis Departemen Keuangan AS.

“Rezim Maduro yang tidak sah telah mengambil untung dari penderitaan rakyat Venezuela,” kata Menteri Keuangan, Steven T. Mnuchin dalam sebuah pernyataan.

“Tindakan ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat akan mengambil tindakan terhadap lembaga keuangan asing yang mendukung rezim Maduro yang tidak sah dan berkontribusi pada keruntuhan ekonomi dan krisis kemanusiaan yang melanda rakyat Venezuela.”

Departemen Keuangan mencatat bahwa Nicolás Maduro merasa semakin terisolasi dan putus asa, mendapat angin segar dan kehidupan dari Rusia. Amerika Serikat dan lebih dari 50 negara demokratis di dunia kini mengakui presiden sementara Venezuela, Juan Guaido, sebagai pemimpin sah negara itu.

Rusia, khususnya, dikenal sebagai sekutu lama Venezuela, sejak dari pendahulu Maduro, Hugo Chavez. Chavez membeli 49 persen saham di Evrofinance melalui Dana Pembangunan Nasional Venezuela pada 2011. Pada waktu itu, Gazprombank Rusia dan bank negara Rusia, VTB Bank (bank terbesar kedua di negara itu) masing-masing memiliki 25 persen saham di Evrofinance.

“Evrofinance diciptakan sebagai bank nasional untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur dan minyak Rusia-Venezuela,” menurut Departemen Keuangan AS.

Ketika lembaga-lembaga keuangan utama AS dan Eropa memutuskan hubungan dengan rezim Maduro, aset Evrofinance terus meningkat. Venezuela menderita keruntuhan ekonomi dan kemanusiaan yang dipicu oleh kebijakan sosialis Maduro dan kepemimpinan yang korup.

Presiden Venezuela Nicolas Maduro bereaksi (mendongak) ketika pidatonya diwarnai serangan bom ‘pesawat tanpa awak’ di Caracas, Venezuela pada 4 Agustus 2018. (VENEZUELAN GOVERNMENT TV/via REUTERS TV/The Epoch Times)

Rezim otoriter menyebabkan sekitar 90 persen populasi negara itu hidup di bawah garis kemiskinan. Pada saat yang sama, hanya kurang dari setengah keluarga di negara ini yang dapat memenuhi kebutuhan makanan pokok mereka.

Evrofinance juga merupakan lembaga keuangan internasional utama yang bersedia membiayai Petro, cryptocurrency Venezuela yang gagal, yang diluncurkan pada 2018. Investor awal di Petro diundang untuk membeli cryptocurrency melalui transfer dana ke rekening pemerintah di Evrofinance. Menurut Departemen Keuangan, keterlibatan bank dalam Petro mengungkapkan bahwa Maduro berharap cryptocurrency akan membantu Venezuela untuk menghindari sanksi keuangan dari Pemerintahan Trump di AS.

Amerika Serikat pada 1 Maret 2019 memberlakukan pembatasan visa pada pejabat individu yang terkait dengan diktator tidak sah Maduro, bersama dengan keluarga mereka. Pada saat yang sama, enam pejabat pemerintah Venezuela yang terkait dengan upaya menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan secara khusus, disebutkan dan diberi sanksi.

Pembatasan itu terjadi sehari setelah Rusia dan Tiongkok, pendukung setia diktator yang sedang diperangi rakyat yang telah menginvestasikan miliaran ke dalam rezim sosialisnya, memveto resolusi AS. Resolusi yang meminta Dewan Keamanan PBB untuk mendorong pemilihan demokratis dan akses bagi bantuan kemanusiaan di Venezuela. (BOWEN XIAO/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Saham Boeing Anjlok Akibat Dikandangkannya 737MAX8 Setelah Dua Insiden Mematikan

0

EpochTimesId – Produsen pesawat Jet Boeing mendapati sahamnya anjlok hingga hampir 12 persen tidak lama setelah pasar keuangan dibuka pada 11 Maret 2019. Ini menyusul berita tentang kecelakaan kedua yang mematikan dari pesawat 737 MAX 8 dalam waktu kurang dari lima bulan.

Namun, karena trader melihat peluang untuk membeli saham dengan harga diskon, saham pulih sekitar setengah dari penurunan pada penutupan perdagangan reguler.

737 MAX 8 memulai debutnya kurang dari dua tahun lalu, dan maskapai seantero jagat memesan lebih dari 5.000. Namun, pada 10 Maret, Ethiopian Airlines 737 MAX 8 kembali jatuh sekitar enam menit setelah lepas landas dari Addis Ababa, Afrika, dan menewaskan semua dari 157 orang di dalamnya.

Ini adalah contoh kedua yang melibatkan pesawat jenis itu, setelah 737 MAX 8 Lion Air jatuh di lepas pantai Indonesia pada 29 Oktober 2018. Insiden ini menewaskan 189 orang di atas pesawat. Di sana, tampak bahwa para pilot berjuang untuk mengatasi sistem otomatis yang secara keliru memaksa dan mengarahkan hidung pesawat ke bawah, selama 26 kali dalam penerbangan selama 13 menit, hingga pilot akhirnya kehilangan kendali, berdasarkan penyelidikan awal.

Belum jelas apa yang menyebabkan kecelakaan kedua, meskipun keduanya terjadi tak lama setelah lepas landas. Lepas landas dan pendaratan adalah bagian paling berisiko dari penerbangan dan saat itulah sebagian besar kecelakaan terjadi.

Jetliner Dikandangkan
Ethiopian Airlines, yang memiliki empat jet 737 MAX 8 lainnya, mengatakan akan meng-grounded mereka sebagai tindakan pencegahan.

Tiongkok pada 11 Maret 2019 juga memerintahkan perusahaan penerbangannya untuk menunda operasi jet 737 MAX 8 mereka pada pukul 6 sore waktu lokal. Badan Penerbangan Sipil Tiongkok (CAAC) mengatakan akan memberi tahu maskapai ketika mereka diperbolehkan melanjutkan operasional atau menerbangkan jet, setelah menghubungi Boeing dan Federal Aviation Administration (FAA) AS.

Indonesia juga untuk sementara mengandangkan pesawat Boeing terbaru itu untuk diperiksa.

Cayman Airways melakukan tindakan yang sama. Kedua jet barunya untuk sementara dikandangkan. Ada pula India yang mengumumkan upaya tinjauan keselamatan dengan instruksi baru pada 11 atau 12 Maret 2019, untuk maskapai lokal.

Seorang pejabat senior AS mengatakan terlalu dini untuk mengatakan apakah ada hubungan langsung antara kedua kecelakaan itu. Akan tetapi, mereka menilai bahwa potensi hubungan itu adalah prioritas bagi penyelidik.

Logo saham Boeing ditampilkan di layar di lantai Bursa Efek New York, AS pada 11 Maret 2019. (Foto : Spencer Platt/Getty Images/The Epoch Times)

Pilot yang berpengalaman
Ethiopian Airlines mengatakan pilotnya, Yared Getachew, yang merupakan warga negara ganda Ethiopia-Kenya, memiliki ‘catatan terpuji’ dan memiliki lebih dari 8.000 jam pengalaman terbang.

“Pesawat itu, yang dikirim pada November 2018, telah terbang lebih dari 1.200 jam, dan telah kembali dari Johannesburg pada 10 Maret sebelumnya. Meskipun demikian, Getachew telah menyebutkan kesulitan dan ingin kembali,” kata CEO Tewolde GebreMariam.

Pesawat itu jatuh di dekat kota Bishoftu, 38 mil tenggara Addis Ababa, dengan 149 penumpang dan delapan awak di dalamnya.

“Pesawat itu sangat dekat dengan tanah dan berbelok. Kami melihat dan melihat kertas-kertas jatuh dari pesawat,” Malka Galato, petani yang lahannya dihantam pesawat, menuturkan kepada Reuters.

“Sapi-sapi yang sedang merumput di ladang berlari panik. Ada asap dan percikan api muncul dari bagian belakang pesawat.”

Petani lain, Tamirat Abera mengatakan kepada Reuters bahwa pesawat terlihat mencoba untuk naik kembali, tetapi gagal, lalu berbelok tajam. Kemudian diikuti kemunculan asap putih dan benda-benda lain berhamburan, termasuk pakaian, sebelum pesawat jatuh.

Para korban berasal dari 30 negara lebih, termasuk 21 anggota staf Perserikatan Bangsa-Bangsa. AS sebelumnya mengatakan 22 stafnya ada di dalam pesawat.

Penerbangan memiliki kecepatan vertikal yang tidak stabil setelah lepas landas, tulis situs pelacakan penerbangan Flightradar24 di Twitter. Data yang dirilis oleh layanan yang berbasis di Swedia menunjukkan bahwa pesawat telah naik hampir 1.000 kaki setelah lepas landas dari bandara yang panas, dengan udara yang lebih tipis yang membutuhkan upaya ekstra dari mesin pesawat.

Ketinggian pesawat kemudian merosot sekitar 450 kaki sebelum dengan cepat naik 900 kaki ke titik di mana data pelacakan satelit hilang.

Saham Boeing telah meningkat dengan sangat baik dan stabil selama 30 bulan terakhir, nilainya hampir tiga kali lipat, meskipun mengalami kemunduran terbaru. Namun, setelah kecelakaan 29 Oktober 2018, sahamnya anjlok sekitar 6,5 persen, namun kemudian pulih hanya dalam tiga hari.

Boeing mengirimkan 806 pesawat tahun lalu, kehilangan target dengan kurang hanya empat jet, tetapi masih mempertahankan gelar pembuat pesawat terbesar di dunia untuk tahun ketujuh berturut-turut. Pesaing dari Eropa, Airbus mengirim 800 pesawat pada 2018.

Maskapai penerbangan barat daya Amerika itu mengatakan mereka tetap sepenuhnya ‘percaya diri’ terhadap kualitas dan penjualan pesawat 737 MAX 8 dan memonitor investigasi. (PETR SVAB dan Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Terlambat 2 Menit, Pria Yunani Selamat dari Jatuhnya Ethiopian Airlines ET 302

0

Epochtimes.id- Seorang pria Yunani selamat dari kecelakaan nahas Ethiopian Airlines ET 302 pada Minggu (10/3/2019) setelah terlambat 2 menit menaiki pesawat. Dia adalah calon penumpang ke-150 di pesawat Boeing Ethiopia jurusan Nairobi yang jatuh beberapa menit setelah lepas landas.

Pria yang bernama Antonis Mavropoulos adalah seorang Presiden organisasi nirlaba International Solid Waste Association (ISWA). Dia dijadwalkan menghadiri pertemuan tahunan Program Lingkungan PBB di Nairobi, Kenya.

Melansir dari Kantor Berita Tetapi Athens News Agency, Mavropoulos mengunggah tulisannya ke akun Facebooknya mengenai yang dialaminya dengan judul “My lucky day,” dan mengunggah foto tiket penerbangannya.

“Saya marah karena tidak ada yang membantu saya mencapai gerbang tepat waktu,” tulisnya.

Setelah Mavropoulos ketinggalan pesawat, maskapai awalnya memesannya ke penerbangan hari itu, tetapi ia terkejut ketika staf bandara tidak mengizinkannya naik.

“Mereka membawa saya ke kantor polisi bandara. Petugas mengatakan kepada saya untuk tidak memprotes tetapi berdoa kepada Tuhan karena saya adalah satu-satunya penumpang yang tidak naik penerbangan ET 302 yang hilang,” tulisnya.

Pihak berwenang di bandara lalu bertanya kepada Mavropoulos mengapa ia tidak naik ke penerbangan nahas.

“Mereka mengatakan mereka tidak bisa membiarkan saya pergi sebelum memeriksa identitas saya, alasan saya tidak naik ke pesawat,” lanjutnya.

“Ini pertama kalinya. Saya sangat senang saya menulis sebuah posting dan saya bersyukur untuk hidup dan bahwa saya punya banyak teman yang membuat saya merasakan cinta mereka,” tulisnya.

Ethiopian Airlines Boeing 737-8 MAX jatuh hanya beberapa menit setelah lepas landas dari ibukota Ethiopia Addis Ababa, menewaskan semua 149 penumpang di atas kapal dari 35 negara. Terdapat delapan kru di pesawat.

Pihak maskapai merilis tidak ada yang selamat dari kecelakaan penerbangan ET302. Pesawat kehilangan kontak dengan menara kontrol pukul 8.44 pagi waktu setempat setelah berangkat dari Bandara Internasional Bole di Ibukota Ethiopia pukul 8.08 pagi waktu setempat.

Ethiopian Airlines ET 302 jatuh sesaat setelah lepas landas dan di dekat kota Bishoftu — sekitar 31 mil (50 kilometer) tenggara Addis Ababa.

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10218365926315077&set=a.10203865189485719&type=3&theater

Korban terdiri 8 Amerika, 18 warga Kanada, 32 warga Kanada, 9 warga Etiopia, 8 warga Italia, 8 warga Tiongkok, 7 orang Prancis dan warga negara Inggris. Korban termasuk para pekerja PBB, termasuk di antara mereka yang berada di dalam pesawat.

Pernyataan PBB mengungkapkan sebanyak 19 anggota stafnya termasuk di antara mereka yang menggunakan penerbangan Ethiopian Airlines. Mereka yang tewas bekerja untuk Serikat Telekomunikasi Internasional, Program Pangan Dunia, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, Kantor Komisaris Tinggi untuk Pengungsi, Bank Dunia dan Misi Bantuan PBB di Somalia, Organisasi Internasional untuk Migrasi di Sudan Selatan, dan PBB di Nairobi.

Setelah tragedi itu, Ethiopian Airlines mengatakan pihaknya “sangat menyesalkan kecelakaan fatal” dan telah “bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan untuk melakukan penyelidikan forensik dan mengidentifikasi identitas korban.”

Chief Executif Ethiopian Airlines mengungkapkan rasa simpati dan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga dan orang-orang yang disayangi dari keluarga korban. (asr)

Kejahatan yang Belum Pernah Terjadi Sebelumnya : Pembunuhan Massal yang Didalangi Negara Terhadap Tahanan Hati Nurani di Tiongkok untuk Organ Tubuh Mereka

0

Omid Ghoreishi – The Epoch Times

Catatan editor: The Epoch Times menerbitkan sejumlah artikel tentang penyiksaan dan kekejaman yang dilakukan terhadap tahanan hati nurani yang tidak bersalah di Tiongkok.

Epochtimes.id- Sebuah Rancangan Undang-Undang untuk mengekang perdagangan organ internasional telah menerima dukungan dengan suara bulat dari komite parlemen di Kanada.

Sejumlah anggota parlemen di Komite Tetap untuk Urusan Luar Negeri dan Pembangunan Internasional Kanada mengesahkan RUU S-240 dengan amandemen pada 27 Februari. Kini akan diajukan kepada anggota parlemen untuk pembacaan akhir di Majelis Rendah Kanada (House of Commons).

Sejak 13 tahun silam, pada tahun 2006, The Epoch Times pertama kali menyampaikan berita tentang pengambilan organ secara sistematis oleh otoritas Komunis Tiongkok dari tahanan hati nurani Falun Gong.

Laporan tersebut didasarkan dari laporan saksi.  Dia berbicara kepada para dokter yang mengambil organ dari korban saat mereka masih bernyawa. Termasuk menjual bagian-bagian tubuh untuk  bisnis yang didukung oleh negara.

Annie dan Peter di Washington DC pada 20 April 2016. Pidato mereka adalah kesaksian publik pertama mereka tentang kekejaman pengambilan organ skala besar di Tiongkok. (The Epoch Times)

“Sangat menyakitkan untuk mengingat masa lalu. Organ-organ yang diambil dari manusia yang hidup diambil dengan harga yang jauh lebih tinggi daripada dari mayat,” kata salah satu saksi, menggunakan nama panggilan ‘Annie’ untuk melindungi identitasnya.

Mantan suami ‘Annie’ adalah seorang ahli bedah saraf. Suaminya salah satu dokter yang ditugaskan untuk melakukan tindakan keji itu.

“Setelah pengambilan organ secara hidup-hidup, beberapa praktisi Falun Gong masih hidup dan bernafas, tetapi beberapa tubuh mereka langsung dilemparkan ke dalam oven krematorium. Tidak ada jejak tubuh mereka yang tersisa,” kata Annie.

BACA JUGA : Lebih dari 100 Metode Penyiksaan yang Digunakan di Sistem Penjara Komunis Tiongkok

Pada tahun yang sama, laporan saksi dikuatkan dalam penyelidikan yang dilakukan oleh mantan  anggota parlemen dan pejabat Kemenlu Kanada yang mengurusi Asia Pasific, David Kilgour — yang juga pernah bekerja sebagai penuntut selama bertahun-tahun — dan David Matas, seorang pengacara hak asasi manusia yang berbasis di Winnipeg, Kanada.

“Organ utama mereka, termasuk ginjal, hati, kornea, dan hati, diambil dengan sengaja untuk dijual dengan harga tinggi, kadang-kadang untuk orang asing yang biasanya menunggu lama untuk donator sukarela dari organ-organ tersebut di negara asal mereka,” kata Kilgour dalam sebuah panel baru-baru ini.

Diskusi panel ini  merujuk pada laporannya dan Matas yang dirilis dirilis pada 2006 silam. Kilgour menekankan bahwa hanya ada satu negara di dunia di mana negara terlibat dalam pengambilan organ secara paksa dari para korban yakni Tiongkok.

Joel Chipkar, Juru bicara Pusat Informasi Falun Gong yang berbasis di Toronto, Kanada, mengatakan perlakuan kejam rezim Komunis Tiongkok terhadap pengikut Falun Gong – sebuah latihan meditasi spiritual yang juga dikenal sebagai Falun Dafa dan berdasarkan pada prinsip-prinsip Sejati -Baik-Sabar – adalah kejahatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah kejahatan semacam itu dilakukan terhadap siapa pun,” kata Chipkar.

“Saya pikir perbandingan terdekat yang dapat kita kaitkan dengan apa yang dilakukan Hitler — eksperimen dan kekejamannya terhadap komunitas Yahudi di Perang Dunia II.”

“Pada tahun 1999, rezim komunis Tiongkok memulai kampanye penganiayaan terhadap pengikut Falun Gong yang berlanjut hingga hari ini, mengakibatkan ratusan ribu dipenjara selama bertahun-tahun. Para peneliti mengatakan industri transplantasi Tiongkok bertumbuh pesat setelah kampanye diluncurkan.”

Berbicara pada sidang parlemen tentang RUU untuk melawan pengambilan organ, anggota parlemen Liberal Kanada, Borys Wrzesnewskyj mengatakan bahwa sejak Perang Dunia Kedua, hingga kini dunia belum pernah melihat “Horor manusia pada skala industri oleh negara” seperti di Tiongkok.

“David Matas dan David Kilgour benar-benar menyorot kemungkinan kejahatan paling gelap di zaman kita saat ini,” katanya.

Pada 2016, Kilgour dan Matas bekerja sama dengan jurnalis investigasi Amerika Serikat Ethan Gutmann dan merilis laporan baru. Laporan mengungkapkan bahwa skala praktik terlarang jauh lebih besar daripada yang diperkirakan semula.

BACA JUGA : 100 Juta Orang Berlatih Falun Dafa Pada Tahun 1999 Tiba-Tiba Menghilang

Temuan mereka menunjukkan bahwa setiap tahun, antara 60.000 hingga 100.000 transplantasi organ terjadi di Tiongkok, sebuah negara di mana donasi organ secara angka praktis nol.

Menurut Matas, fakta bahwa rezim telah dapat melanjutkan pengambilan organ secara paksa terhadap pengikut Falun Gong dengan impunitas selama bertahun-tahun telah memberikannya kebebasan untuk memperluas pelanggarannya — kali ini terhadap kelompok minoritas Muslim Uighur Tiongkok.

“Komunis Tiongkok tidak bisa tidak melihat perjalanan relatif bebas yang mereka dapatkan secara internasional dari penganiayaan terhadap Falun Gong, dari pembantaian massal untuk organ mereka,” demikian Matas dalam laporannya pada Desember 2018.

“Komunis meluncurkan ke fase refresif terhadap Uighur saat ini dengan tumpangan gratis di pikiran mereka,” demikian laporan Matas. (asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=9xvcoArjaB0

Atau anda menyukai video ini : 

https://www.youtube.com/watch?v=UmtpVGXxC1Q

Jatuhnya Ethiopian Airlines ET 302 Tewaskan 157 Orang, Pesawat yang Sama dengan Lion Air JT 610

0

Epochtimes.id- Sebuah pesawat Ethiopian Airlines menuju Nairobi jatuh beberapa menit setelah lepas landas pada, Minggu (10/3/2019). Kecelakaan menewaskan semua 157 orang dan menimbulkan pertanyaan tentang keselamatan Boeing 737 MAX 8. Pesawat ini adalah jenis yang sama ketika jatuh di Perairan Karawang, Jawa Barat pada Oktober 2018.

Pesawat lepas landas dari bandara Bole di Addis Ababa pukul 8:38 pagi (12:38 EDT), sebelum kehilangan kontak dengan menara kontrol hanya beberapa menit kemudian pada pukul 8:44 pagi.

“Pilot mengatakan bahwa dia mengalami kesulitan dan bahwa dia ingin kembali,” kata Kepala Eksekutif Ethiopian Airlines, Tewolde Gebre Mariam saat konferensi pers.

“Tidak ada yang selamat,” demikian cuitan Ethiopian Airlines bersama foto Tewolde memegang sepotong puing-puing di dalam lubang besar di lokasi kecelakaan.

Penumpang dari 33 negara berada di atas kapal. Mereka yang tewas termasuk warga Kenya, Ethiopia, Amerika, Kanada, Prancis, Cina, Mesir, Swedia, Inggris, Belanda, India, Slowakia, Austria, Swedia, Rusia, Maroko, Spanyol, Polandia, dan warga negara Israel.

Setidaknya empat bekerja untuk PBB dan Direktur Program Pangan Dunia PBB mengonfirmasi organisasinya telah kehilangan staf dalam kecelakaan itu.

Kerabat yang menangis memohon informasi di bandara di Nairobi dan Addis Ababa.

“Kami hanya menunggu ibuku. Kami hanya berharap dia naik penerbangan lain atau ditunda. Dia tidak mengangkat teleponnya,” kata Wendy Otieno, memegangi teleponnya dan menangis.

Pesawat, 737 MAX 8, adalah model yang sama yang jatuh di Laut Jawa tak lama setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta pada 29 Oktober, menewaskan 189 orang dari penerbangan Lion Air JT 610.

Seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan masih terlalu dini mengkaitkan hubungan langsung antara kedua kecelakaan yang terjadi. Meski demikian, mengkaji kedua masalah tersebut akan menjadi prioritas utama bagi para penyelidik.

Pesawat Max 737 adalah pesawat penumpang modern terlaris di dunia dan dipandang sebagai salah satu yang paling andal di industri ini.

Sebuah laporan awal mengenai kecelakaan Oktober lalu berfokus pada pemeliharaan dan pelatihan maskapai penerbangan. termasuk respons teknis dari sistem anti-stan Boeing ke sensor yang baru saja diganti.

“Pesawat baru Ethiopia tidak memiliki catatan masalah teknis dan pilot memiliki catatan terbang “sangat baik,” kata Tewolde.

“Kami menerima pesawat pada 15 November 2018. Pesawat ini telah terbang lebih dari 1.200 jam. Itu telah terbang dari Johannesburg pagi ini,”katanya.

‘Kecepatan Tidak Stabil’

Penerbangan ET 302, nomor registrasi ET-AVJ, jatuh di dekat kota Bishoftu, 62 km (38 mil) tenggara ibukota Addis Ababa, dengan 149 penumpang dan delapan kru.

Penerbangan memiliki kecepatan vertikal yang tidak stabil setelah lepas landas, sebagaimana cuitan situs penerbangan Flightradar24.

Seorang wartawan Reuters di lokasi kecelakaan mengatakan pesawat hancur berkeping-keping dan terbakar parah. Pakaian dan barang-barang pribadi penumpang berserakan di atas lapangan tempat pesawat jatuh.

Tidak ada indikasi langsung tentang apa yang menyebabkan kecelakaan itu dan para ahli keselamatan mengatakan masih terlalu dini untuk berspekulasi.  Boeing mengatakan siap membantu penyelidikan atas insiden ini.

Kerabat Korban

Di bandara Nairobi, banyak keluarga dibiarkan menunggu di gerbang selama berjam-jam, tanpa informasi dari otoritas bandara. Beberapa kerabat korban mengetahui kecelakaan itu dari wartawan.

Robert Mutanda (46) sedang menunggu saudara iparnya yang berasal dari Kanada.

“Tidak, kami belum melihat siapa pun dari maskapai atau bandara,” katanya kepada Reuters pukul 1 siang, lebih dari tiga jam setelah penerbangan hilang. “Tidak ada yang mengatakan apa-apa kepada kami,  hanya berdiri di sini berharap yang terbaik.”

Pejabat Kenya tidak tiba di bandara hingga pukul 1:30 siang, lima jam setelah pesawat jatuh.

James Macharia selaku sekretaris kabinet untuk transportasi, mengatakan dia mendengar tentang kecelakaan itu melalui Twitter.

Keluarga-keluarga dibawa ke hotel Sheraton Nairobi tetapi mengatakan mereka masih menunggu untuk mendengar dari staf maskapai penerbangan delapan jam setelah kecelakaan.

Ethiopian Airlines

Di bawah aturan internasional, tanggung jawab untuk memimpin investigasi kecelakaan adalah Ethiopian Airline tetapi Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) juga akan berpartisipasi karena pesawat itu dirancang dan dibangun di Amerika Serikat.

Perwakilan dari Boeing dan pembuat mesin Cincinnati yang berbasis di CFM International, sebuah usaha joint ventura antara General Electric dan General Electric Co dan Safran SA dari Prancis, diharapkan memberikan masukan kepada NTSB.

Ethiopian adalah salah satu maskapai penerbangan terbesar di benua ini berdasarkan ukuran armada. Pesawat itu termasuk di antara enam dari 30 jet Boeing 737 MAX 8 yang dipesan oleh perusahaan yang berkembang pesat.

Kecelakaan besar terakhirnya adalah pada Januari 2010, ketika penerbangan dari Beirut menukik tak lama setelah tinggal landas, menewaskan semua 90 orang di dalamnya. (asr)

Oleh Duncan Miriri & Maggie Fick/Reuters via The Epochtimes

Bebas dari Kasus Pembunuhan Kim Jong-nam, Siti Aisyah Terkejut

0

Epochtimes.id- Siti Aisyah yang sempat mendekam di kurungan selama dua tahun karena dicurigai membunuh saudara tiri pemimpin Korea Utara, akhirnya bisa menghirup udara bebas. Dia dibebaskan dari tahanan Senin (11/3/2019) setelah jaksa secara tak terduga mencabut tuduhan pembunuhan terhadapnya.

Hakim Pengadilan Tinggi memutuskan melepas Siti Aisyah tanpa pembebasan dari tuduhan setelah jaksa mengatakan mencabut dakwaan. Jaksa tidak memberi alasan atas pencabutan dakwaan. Putusan ini artinya, jika kemudian ditemukan bukti baru, maka Siti Aisyah kembali dapat didakwa.

Aisyah menangis dan memeluk rekannya terdakwa, Doan Thi Huong dari Vietnam, sebelum meninggalkan ruang sidang. Dia mengatakan kepada wartawan bahwa dia baru mengetahui pada Senin pagi tentang kebebasannya.

“Saya terkejut dan sangat senang. Saya tidak mengharapkannya,” kata Aisyah yang berasal dari Serang, Banten, dengan cepat dibawa keluar dari gedung pengadilan dengan mobil kedutaan.

Pengacaranya mengatakan bahwa dia menuju ke KBRI dan diperkirakan akan segera kembali ke Jakarta.

Pengadilan atas kasus pembunuhan Huong ditunda setelah perkembangan yang mengejutkan. Dia akan mulai memberikan pembelaannya pada sidangnya selanjutnya, setelah berbulan-bulan tertunda.

“Saya kaget. Pikiran saya kosong, ”kata Huong yang kebingungan kepada wartawan melalui penerjemah setelah Aisyah pergi.

Duta Besar Indonesia untuk Indonesia, Rusdi Kirana, mengatakan ia berterima kasih kepada pemerintah Malaysia. “Kami percaya dia tidak bersalah,” katanya.

Pengacara Huong, Hisyam Teh Poh Teik, mengatakan mereka akan berusaha untuk menunda persidangan.

Dia mengatakan Huong bingung dan merasa pembebasan Aisyah tidak adil baginya karena hakim tahun lalu telah menemukan bukti yang cukup untuk melanjutkan persidangan pembunuhan.

Kedua wanita muda itu dituduh mengolesi agen saraf VX di wajah Kim di terminal bandara di Kuala Lumpur pada 13 Februari 2017. Mereka mengatakan hanya mengira mengambil bagian dalam lelucon untuk sebuah acara TV.

Mereka adalah satu-satunya tersangka yang ditahan setelah empat tersangka Korea Utara meninggalkan negara itu pada pagi yang sama ketika Kim terbunuh.

Salim Bashir, seorang pengacara untuk Huong, mengatakan sebelumnya dia siap untuk bersaksi di bawah sumpah untuk pembelaannya.

“Dia percaya diri dan siap untuk memberikan versi ceritanya. Ini sama sekali berbeda dari apa yang dilukis oleh jaksa. Dia membuat lelucon dan tidak punya niat untuk membunuh atau melukai siapa pun,” katanya kepada AP.

Pengacara dari kedua wanita ini sebelumnya mengatakan mereka dipertaruhkan dalam kasus pembunuhan politik dengan hubungan yang jelas terhadap Kedutaan Korea Utara di Kuala Lumpur. Atas kasus ini penuntutan gagal menunjukkan bahwa kedua perempuan itu memiliki niat untuk membunuh Kim Jong-nam.

Niat untuk membunuh sangat penting untuk tuduhan pembunuhan berdasarkan hukum Malaysia. Para pejabat Malaysia tidak pernah secara resmi menuduh Korea Utara. Pejabat Korsel telah menegaskan mereka tidak ingin pengadilan itu dipolitisasi.

Kim Jong Nam adalah putra tertua dalam generasi keluarga penguasa Korea Utara saat ini. Dia telah tinggal di luar negeri selama bertahun-tahun tetapi bisa dilihat sebagai ancaman terhadap pemerintahan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un. (asr)

Oleh Eileen Ng

Sumber : Reuters via The Epochtimes

Walikota Beijing Kembali Berencana untuk Mengusir Penduduk Kelas Bawah

0

oleh Li Xinru

Selama Dwi Konferensi Partai Komunis Tiongkok (PKT) berlangsung, isu penduduk pendatang atau musiman yang digolongkan sebagai “penduduk kelas bawah” di Beijing terus dijadikan persoalan.

Walikota Beijing, Chen Jining mengklaim bahwa total populasi Beijing telah mengalami penurunan sebanyak 165.000 jiwa pada tahun 2018. Dia mengisyaratkan bahwa pihaknya akan terus menerapkan kebijakan untuk mengurangi penduduk kelas bawah. Hal ini jelas menimbulkan kontroversi masyarakat.

Media Hongkong ‘Ming Pao’ melaporkan bahwa dalam Kongres Rakyat Tiongkok di Beijing, Chen Jining menjelaskan pendekatan manajemen ‘3 Garis 2 Kontrol’ yang ia terapkan dalam mengatur ibukota. ‘3 Garis’ yang dimaksud adalah garis merah populasi, garis kontrol ekologis dan garis batas pembangunan kota. Sedangkan ‘2 Kontrol’ yang dimaksud adalah kontrol jumlah populasi dan kontrol tanah untuk kepentingan pembangunan kota.

Chen Jining mengatakan bahwa total populasi Beijing telah berkurang sebanyak 165.000 jiwa tahun lalu dan yang berasal dari pusat kota telah berkurang lebih dari 400.000 jiwa (Red. kebanyakan adalah penduduk musiman).

Pengajuan izin industri dan komersial yang ditangguhkan sebanyak 21.000 kasus, dan lebih dari 2.600 perusahaan manufaktur umum ditutup, terutama pada pasar yang dibubarkan dan pusat logistik lebih dari 680 unit.

Menurut data statistik bulan Januari dari Biro Statistik Beijing dan Biro Statistik Nasional bahwa penduduk permanen kota Beijing pada akhir tahun 2018 adalah 21.542.000 jiwa, menurun 0,8 % dari akhir tahun 2017, atau penurunan sebanyak 165.000 jiwa. Angka  ini adalah penurunan kedua bagi penduduk musiman di Beijing sejak tahun 1997. Pada akhir 2017, jumlah penduduk tetap kota Beijing adalah 21,71 juta jiwa, turun sebanyak 22.000 jiwa dari akhir tahun 2016.

Menurut data tersebut, karena sebelumnya telah ada kebijakan yang menetapan jumlah populasi Beijing sampai tahun 2020 dapat terkendali pada garis merah (maksimum) yang 23 juta jiwa. Maka pihak berwenang terpaksa melakukan “pembersihan” dalam beberapa tahun terakhir, terutama penduduk pendatang termasuk ratusan pasar grosir dan pusat logistik yang berada dalam wilayah ibukota. Memang industri ini banyak didominasi oleh para penduduk pendatang/musiman yang tergolong kelas ekonomi bawah dan menengah.

Pemerintah mengendalikan penduduk Beijing secara ketat

Pada November 2017, setelah terjadi kebakaran besar di Distrik Daxing yang menyebabkan 19 orang tewas, pihak berwenang melakukan pembongkaran dan penggusuran rumah berskala besar. Mereka hanya memberi penduduk “beberapa menit” untuk berkemas dan menyuruh pergi, karena itu puluhan ribu pekerja migran terpaksa meninggalkan Beijing.

Para pengunjuk rasa percaya bahwa pihak berwenang menggunakan kebakaran itu sebagai alasan untuk mempercepat rencana “pembersihan” penduduk kelas bawah dengan membongkar perumahan sewa murah.

Terkait ini, Zhao Guojun, kepala biro pengamatan pengacara Tiongkok mengatakan : “Pada saat Beijing sedang dibangun, slogan pemerintah berbunyi ‘Beijing menyambut Anda’, dan sekarang setelah Beijing sudah berkembang, slogan mereka telah berubah menjadi ‘Beijing mengusir Anda.”

Pengusaha Beijing, Wang Ying mengatakan : “Jika Beijing tidak memiliki banyak penduduk pendatang, memiliki penduduk pendatang dalam jumlah tertentu, penduduk Beijing yang tergolong tingkat berada juga tidak dapat hidup secara normal. Ini adalah pengetahuan umum.”

‘Penduduk kelas atas’ yang terpengaruh juga ikut sedih

The New York Times melaporkan bahwa puluhan ribu lulusan perguruan tinggi muda yang penuh harapan datang ke Beijing untuk mencari pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik.

Banyak orang hidup di pinggiran Beijing karena biaya sewa yang lebih rendah di sana. Pengusiran para migran Beijing telah mempengaruhi kehidupan orang-orang ini.

Ambil contoh seorang pemuda bernama Shi Ruomu, ia adalah praktisi IT muda lulusan New Zealand yang fasih berbahasa Inggris, dengan keahliannya itu ia mengira bahwa ‘cari makan’ di Beijing tidak bermasalah, tetapi karena ia tidak ber-KTP Beijing, ia dianggap sebagai warga kelas dua.

Polisi datang ke gedung apartemen tempat dia tinggal dan memerintahkan Shi beserta ratusan penyewa lainnya untuk keluar dari apartemen dalam waktu 48 jam. Kejadian itu membuatnya berpikir apakah orang seperti dirinya masih dapat bertahan hidup di Beijing.

Wu Fan, pemimpin redaksi majalah online berbahasa Mandarin ‘China Affairs’ memberikan komentarnya : “Pembentukan sebuah kota memiliki alasan historis, dan ada banyak aspek dari berbagai kepentingan yang dibentuk oleh kombinasi alami. Anda sekarang mengusir penduduk kelas bawah, ekonomi pasti akan terpengaruh. Warga tingkat menengah juga terpengaruh, dan bahkan yang tingkat tinggi sekalipun susah untuk mendapatkan baby sitter. Untuk dapat makan makanan cepat saji pun sulit. Seluruh ekonomi terpengaruh olehnya.”

Konsekuensi buruk dari urbanisasi Tiongkok yang tidak teratur

Beberapa dekade sejak Partai Komunis Tiongkok (PKT) mengambil alih kekuasaan dari Pemerintahan Nasionalis Kuomingtang dan mendorong program urbanisasi.  PKT secara membabi buta mengejar laju urbanisasi, mengabaikan sumber daya dan lingkungan, para pejabat mengejar skala populasi dan jumlah kota demi pencapaian tujuan politik.

Mereka mengabaikan kesenjangan antara perkotaan dengan pedesaan, “mendirikan kota” secara membabi buta. Ekspansi yang tidak teratur, urbanisasi berbiaya mahal, termasuk menyebabkan ketimpangan sosial, polusi, dan perusakan pada sumber daya alam dan lingkungan …

The New York Times melaporkan bahwa implementasi dari program urbanisasi oleh otoritas Tiongkok tidak teratur dan mengabaikan toleransi sumber daya dan lingkungan, jadi biayanya sangat besar.

Sebelum pengusiran, penduduk musiman di Beijing berjumlah sekitar 8 juta jiwa. Namun, mereka sulit diintegrasikan ke dalam kehidupan perkotaan dan menghadapi banyak batasan seperti tidak bisa membuat Kartu Keluarga, tidak dapat memperoleh tunjangan untuk kesejahteraan sosial, mendaftarkan anaknya untuk sekolah di Beijing, dan larangan untuk menghuni. Nasib penduduk musiman ini mencerminkan krisis perencanaan kota di Tiongkok.

Sebelum para pejabat Tiongkok benar-benar sadar, konsekuensi buruknya telah terbentuk.  Ketika pejabat tidak memiliki cara untuk mengatasinya, maka cara yang paling mudah adalah mengarahkan tombak kepada kaum lemah yang paling tidak mampu melawan. Beberapa tahun terakhir, otoritas komunis telah memperkenalkan berbagai kebijakan diskriminatif dan mulai melakukan pembersihan terhadap penduduk kelas bawah.

Mengurangi jumlah populasi (kelas ekonomi bawah) selalu dibanggakan oleh media resmi PKT sebagai obat penangkal “penyakit kota besar”. Penyakit kota besar mengacu pada kepadatan penduduk dan polusi serius di kota-kota.

Song Yan, direktur China Urban Project di University of North Carolina mengatakan : “Populasi bukan akar penyebab penyakit perkotaan. Penyakit kota besar disebabkan oleh manajemen perkotaan yang buruk, struktur perkotaan yang buruk sehingga  memunculkan banyak hal yang tidak perlu, perjalanan yang semrawut, kemacetan lalu lintas dan terlampau penuh sesak.”

“Saya ingin mengatakan, jika ada masalah kepadatan atau kekurangan layanan, mengapa Anda tidak memperluas layanan publik? Memberikan lebih banyak pendidikan, peluang, perawatan medis, rumah sakit — itulah yang dapat dilakukan pemerintah, daripada berusaha untuk menyingkirkan para pekerja migran itu.” (Sin/asr)

KRL Commuter Line yang Anjlok di Bogor Berhasil Dievakuasi

0

Epochtimes.id- Pihak Coomuter Line merilis seluruh Kereta yang anjlok selesai dievakuasi. Sebagian KRL mulai beroperasi hingga stasiun Bogor mulai Senin (11/3/2019) pukul 05.00 WIB menggunakan satu jalur bergantian.

VP Komunikasi PT Kereta Commuter Line (KCI) Eva Chairunisa mengatakan proses evakuasi 3 kereta dari KA 1722 yang mengalami anjlok pada Minggu 10 Maret 2019 telah selesai dilakukan.

“Kereta terakhir dapat dievakuasi melalui pengangkatan kembali ke rel pada pukul 01.50 WIB. Kereta tersebut akan ditarik ke Dipo KRL Bogor untuk pemeriksaan dan perbaikan lanjutan,” demikian Eva dalam siaran pers Commuter Line.

Setelah proses evakuasi sarana KRL yang mengalami anjlokan tersebut selesai, perbaikan prasarana perkeretaapian seperti jaringan kabel Listrik Aliran Atas (LAA), jalur rel dan pemasangan tiang LAA yang terdampak peristiwa ini juga terus dilakukan oleh PT KAI Daop 1 dan PT KCI.

Untuk perjalanan KRL di lintas Bogor pada Senin (11/3/2019) direncanakan pemberangkatan KRL dari Stasiun Bogor baru dapat dilayani mulai pukul 05.00 WIB menggunakan satu jalur bergantian.

Dengan kondisi tersebut maka hanya sebagian KRL yang pemberangkatannya dapat dilakukan dari Stasiun Bogor, sementara sebagian perjalanan KRL lainnya yang biasanya dijadwalkan pemberangkatan dari Stasiun Bogor akan dialihkan melalui rekayasa pola operasi dengan pemberangkatan dari Stasiun Cilebut, Bojong Gede, Citayam dan Depok.

Rekayasa pola operasi tersebut dilakukan guna memaksimalkan layanan KRL pada Senin pagi, karena perbaikan satu jalur di area yang sebelumnya menjadi lokasi anjlok KA 1722 antara Stasiun Cilebut – Stasiun Bogor masih proses perbaikan.

Sehubungan dengan perubahan pola operasi ini, tentunya akan terjadi kepadatan dan antrian KRL pada lintas Bogor. Terkait hal tersebut PT KCI menghimbau para pengguna agar menyesuaikan waktu dan stasiun pemberangkatan yang akan dituju.

PT KCI menghimbau bagi para pengguna yang tetap akan menggunakan jasa layanan KRL untuk memperhatikan keselamatan dengan tidak memaksakan diri naik ke KRL yang sudah penuh, serta selalu memperhatikan himbauan dan informasi dari petugas.

Berikut data penumpang yang mengalami luka ringan dan masih berada di Rumah Sakit, Minggu (10/3/2019) hingga pukul 14.30 WIB :

RS.SALAK Bogor

1. Yakub Agung (Masinis)
2. Danang (Petugas PPK KRL)
3. Lilis septiani (Penumpang)
4. Shafa mutia (Penumpang)
5. Lisa herni (Penumpang)

RS SILOAM Bogor
1.Raif fathan (Penumpang)
2.Refa (Penumpang)
3.Resti pendawati (Penumpang)
4. Firman arief (Penumpang)

RS HERMINA Bogor
1. Ibu Maryunita (Penumpang)
2. Ilham setiawan (Penumpang)

RS PMI Bogor
1. Tasya (Penumpang)
2. Kristiani Purba (Penumpang)
3. Nurhayati (Penumpang)

Sementara sekitar lima penumpang lainnya yang sempat dirawat di RS Salak Bogor saat ini sudah diperbolehkan pulang.

KA 1722 relasi Jatinegara – Bogor anjlok di petak jalan antara Cilebut – Bogor, Minggu (10/3/2019) sekitar pukul 10.15 WB.  Penyebab kejadian tersebut belum dapat disampaikan karena masih proses evakuasi dan akan dilakukan investigasi lebih lanjut. (asr)

Foto : Dokumentasi PT Kereta Commuter Line 

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=UtFhSg5ksdc