Semakin Banyak Pesawat Boeing Dikandangkan Usai Kecelakaan Maut Ethiopia

EpochTimesId — Inggris, Prancis, dan Jerman pada 12 Maret 2019 bergabung dengan sejumlah besar negara yang telah menggunakan pesawat Boeing terbaru, yang terlibat dalam kecelakaan maut Ethiopian Airlines. Mereka melarang pesawat sejenis untuk terbang pada wilayah udara mereka, ketika para penyelidik di Ethiopia mencari kesamaan penyebab dengan kecelakaan serupa hanya lima bulan yang lalu.

Tekanan semakin meningkat di Amerika Serikat, untuk mengambil tindakan atas Boeing 737 Max 8 saat negara-negara Asia, Timur Tengah, dan kemudian Eropa serta operator menyerah pada kekhawatiran. Beberapa pelanggan yang dikutip merasa takut melihat kecelakaan pada 10 Maret 2019, ketika cuaca dalam keadaan cerah, yang menewaskan semua dari 157 orang di dalam pesawat.

Ethiopian Airlines tidak mengeluarkan pembaruan baru mengenai kecelakaan itu pada malam hari, ketika 35 negara yang kehilangan warga mereka menunggu jawaban. Pengumpulan informasi penting terkait kecelakaan dan penyebabnya bisa memakan waktu berbulan-bulan, menurut para pakar penerbangan.

Kesulitan itu kemungkinan terkait dengan masalah pada perekam data penerbangan yang dilaporkan rusak. Regulator Inggris mengatakan mereka mendasarkan keputusan mereka berdasarkan fakta bahwa, saat ini mereka tidak memiliki informasi yang cukup dari perekam data penerbangan yang dimiliki.

Turkish Airlines, Oman, Norwegian Air Shuttle, dan maskapai Korea Selatan Eastar Jet adalah di antara para pihak terbaru untuk menghentikan penggunaan model Boeing terbaru itu. Irlandia, Belanda, Malaysia, Australia, dan Singapura menangguhkan semua penerbangan masuk atau keluar dari negara mereka, jika menggunakan jenis pesawat yang sama.

Seorang pejabat Turkish Airlines mengatakan dua pesawat yang menuju Inggris kembali ke Istanbul setelah wilayah udara Inggris ditutup untuk pesawat itu. Pejabat itu berbicara dengan syarat anonim karena dia tidak berwenang berbicara di depan umum.

Boeing yang berbasis di AS, bagaimanapun, telah mengatakan tidak memiliki alasan untuk menarik pesawat populer itu dari udara. Perusahaan itu tidak bermaksud untuk mengeluarkan rekomendasi baru tentang pesawat itu kepada pelanggan. Tim teknisnya bergabung dengan Amerika, Israel, Uni Emirat Arab, Kenya, dan pakar penerbangan lainnya dalam penyelidikan yang dipimpin oleh otoritas Ethiopia.

Badan Penerbangan Federal mengatakan mereka memperkirakan Boeing akan segera menyelesaikan perbaikan pada sistem anti-stall otomatis yang diduga berkontribusi pada kecelakaan mematikan Boeing 737 Max 8 baru pada Oktober 2018 di Indonesia.

Beberapa maskapai penerbangan AS, menyatakan dukungan untuk model Boeing. American Airlines dan Southwest terus menerbangkannya. Seorang wakil presiden perusahaan penerbangan Amerika, operator terbesar di dunia yang memiliki 24 Max 8s, mengatakan bahwa mereka memiliki ‘kepercayaan penuh pada pesawat’.

Pakar keselamatan memperingatkan agar tidak terlalu banyak membandingkan, dan terlalu cepat menyamakan kecelakaan di Ethiopia dengan insiden jatuhnya Lion Air di Indonesia pada Oktober 2018, yang menewaskan 189 orang.

Tetapi, sejumlah pihak lain di Amerika Serikat mulai mendesak untuk bertindak.

Asosiasi Petugas Penerbangan Profesional, yang mewakili lebih dari 26.000 pramugari di American Airlines, meminta CEO Doug Parker untuk sangat mempertimbangkan dalam mengandangkan pesawat-pesawat ini sampai investigasi dapat dilakukan dan menemukan hasil.

Sebuah foto memperlihatkan puing-puing pesawat Ethiopia Airlines yang jatuh, dekat Bishoftu, sebuah kota sekitar 60 kilometer tenggara Addis Ababa, Ethiopia, pada 11 Maret 2019. (Foto : Michael Tewelde/AFP/Getty Images/The Epoch Times)

Consumer Reports juga meminta maskapai dan FAA untuk mendaratkan jet sejenis sampai penyelidikan keselamatan menyeluruh selesai.

Bahkan Presiden Donald Trump menimbang, kemudian berkicau bahwa ‘kompleksitas menciptakan bahaya’ tambahan di pesawat modern dan menghalangi pilot untuk membuat keputusan pada detik kedua, guna memastikan keselamatan penumpang.

Dia tidak secara spesifik menyebutkan kecelakaan itu tetapi mengatakan bahwa, “Saya tidak tahu bagaimana menurut Anda, tetapi saya tidak ingin Albert Einstein menjadi pilot saya.”

Pesawat Ethiopian Airlines jatuh enam menit setelah lepas landas ke Nairobi, menewaskan orang-orang dari 35 negara. Ini akan memakan waktu lima hari sebelum jenazah korban diidentifikasi, kata juru bicara Ethiopian Airlines Asrat Begashaw kepada AP.

Seorang pilot yang melihat lokasi kecelakaan beberapa menit setelah bencana mengatakan kepada AP bahwa pesawat itu tampaknya telah meluncur langsung ke tanah. Kapten Solomon Gizaw adalah di antara orang pertama yang dikirim untuk melihat sisa pesawat itu, yang ditemukan oleh angkatan udara Ethiopia.

“Tidak ada yang bisa dilihat. Sepertinya bumi menelan pesawat. Kami terkejut!” Dia mengatakan itu, menjelaskan mengapa petugas penyelamat dengan cepat mengirim buldoser untuk mulai menggali puing-puing besar.

Ethiopian Airlines, yang secara luas dipandang sebagai maskapai penerbangan dengan manajemen terbaik di Afrika, mengandangkan sisa empat 737 Max 8-nya sampai pemberitahuan lebih lanjut. Langkah itu sebagai tindakan pencegahan keamanan ekstra. Maskapai ini telah menggunakan lima pesawat dan sedang menunggu pengiriman 25 pesawat lainnya.

Ketika tim global mencari jawaban, seorang wanita berdiri di dekat lokasi kecelakaan dan meratap.

Kebebew Legess mengatakan dia adalah ibu dari seorang anggota awak muda Ethiopian Airlines di antara korban yang tewas.

“Dia akan berusia 25 tahun tetapi Tuhan tidak mengizinkannya,” dia menangis. “Putriku, anakku.” (THE ASSOCIATED PRESS/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M