Kamera-kamera pengintai (CCTV) buatan Tiongkok yang terpasang di pangkalan Angkatan Darat AS di Missouri telah dicopot saat para ahli mengemukakan kekhawatiran keamanan seputar peralatan tersebut.
Angkatan Darat A.S. bergerak mengikuti sebuah laporan di The Wall StreetJournal yang mencatat sebagian besar perangkat pengintai (CCTV) tersebut dilakukan oleh perusahaan yang kepemilikannya sebagian dipegang oleh pemerintah Tiongkok.
Beijing, mempublikasikan laporan tersebut, memiliki 42 persen kepemilikan atas Hikvision, perusahaan yang menyediakan peralatan keamanan di Fort Leonard Wood, yang terletak kira-kira 138 mil sebelah barat St. Louis.
Hikvision adalah produsen kamera keamanan terbesar di dunia, menurut The Journal.
Kolonel Christopher Beck mengatakan bahwa militer tidak percaya bahwa kamera-kamera tersebut mempunyai risiko keamanan, namun demikian telah membuat keputusan untuk menghindari ‘persepsi negatif’ seputar produk tersebut.
Beck mengatakan kamera Hikvision tidak ditempatkan di dekat area sensitif keamanan di Fort Leonard Wood, namun malah digunakan untuk mengamati jalan yang mengarah ke pangkalan.
Juru bicara Hikvision mengatakan perusahaan tersebut percaya bahwa “produk yang dibangun dan didistribusikan di seluruh dunia harus memenuhi standar tertinggi tidak hanya kualitas tetapi juga keamanan. Kami bertahan dengan produk dan proses kami.”
Perusahaan yang berbasis di Hangzhou tersebut bersikeras bahwa peralatannya tidak digunakan untuk memata-matai demi kepentingan pemerintah Tiongkok.
Hikvision menambahkan bahwa ia tidak memiliki akses ke kamera yang telah dibeli oleh pelanggan dan bahwa pemerintah tidak memiliki pengaruh dalam operasi sehari-hari.
Tetapi pakar cybersecurity (keamanan dunia maya) tidak begitu yakin, mengutip kekhawatiran tentang kemampuan-kemampuan mata-mata Tiongkok yang canggih.
Mereka menunjukkan bahwa pemerintah Tiongkok dapat memberikan tekanan dan kontrol yang signifikan terhadap perusahaan-perusahaan swasta negara tersebut untuk memanipulasi manfaat mereka.
Tiongkok telah dikenal untuk secara agresif menargetkan data pribadi warga sipil asing, ketika unit Tentara Pembebasan Rakyat diyakini didedikasikan untuk melakukan hacking.
Pada tahun 2015, para hacker Tiongkok dilaporkan telah membobol Kantor Manajemen Personalia AS dan membuat catatan pribadi sekitar 21,5 juta orang Amerika.
Para spymaster Tiongkok diyakini dapat membangun database informasi pribadi, keuangan dan kesehatan yang besar di Amerika, yang mempunyai kegunaan di dalam kejadian yang berhubungan dengan masa depan dan berpotensi sebagai pendongkrak dalam scenario-skenario pemerasan. (Dailymail/ran)
Epochtimes.id- Kota Kasur di Provinsi Punjab, Pakistan, bergejolak menjadi pusat kekerasan menyusul serangan seksual dan pembunuhan terhadap gadis cilik Zainab Ansari yang berusia 6 tahun. Jenazah almarhumah Zainab ditemukan di sebuah tempat pembuangan sampah pada Selasa (09/01/2018).
Zainab dilaporkan sebagai anak ke 12 telah dibunuh pada tahun lalu sekitar kota Kasur – sebuah kota dengan sejarah panjang kasus pedofilia.
Para pengunjuk rasa marah karena aparat dinilai lamban terhadap kejahatan terakhir ini dengan menyerang sebuah rumah sakit, kantor polisi, dan kantor pemerintah menyebabkan transportasi umum berhenti dan memaksa penutupan pengadilan. Pada Kamis lalu, warga beramai-ramai menyerang rumah para politisi.
Sementara kota yang bergolak sedikit tenang mulai Jumat (12/01/2018). Namun demikian negara tersebut tetap marah atas kegagalan polisi untuk menangkap pelaku kejahatan itu.
“Kami menginginkan keadilan, dan kami berharap agar pembunuh putri kami tidak bebas dari hukuman,” kata ayah almarhumah Zainab, Muhammad Amin, kepada Arab News.
“Kami berharap pembunuhnya tidak hanya ditangkap tapi juga diberi hukuman teladan,” tambahnya.
Zainab diyakini telah diculik saat ingin mengaji pada tempat berjarak 100 meter dari rumahnya pada Kamis (04/01/2018). Orangtuanya ketika itu berada di Arab Saudi untuk melakukan umrah. Sedangkan Zainab tinggal bersama dengan bibinya.
Sejumlah tokoh sosial, politik dan agama telah mengunjungi orangtua almarhumah beberapa hari ini. Bahkan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Qamar Javed Bajwa meyakinkan keluarga Zainab bahwa penjahat itu akan ditangkap dan dihukum.
Warga Kasur, Mohammed Junaid mengatakan, polisi tidak serius melakukan tindakan terhadap pembunuhan anak-anak. Apalagi tidak ada penangkapan yang dilakukan selama penyelidikan mereka.
“Orang-orang Kasur tidak memiliki pilihan kecuali melakukan protes terhadap kelambanan pemerintah dan polisi,” katanya kepada Arab News.
Warga Kota Kasur itu menambahkan, mereka nantinya akan “mengatur semua gedung pemerintah di kota terbakar” jika pelakunya tidak segera ditangkap.
Tindakan Polisi justru bertambah runcing setelah pada Rabu (09/01/2018) saat mereka menembak dan membunuh dua pemrotes. Kemudian, Kepala Menteri Punjab Shahbaz Sharif meminta maaf kepada keluarga korban dan menjanjikan kompensasi.
“Seluruh bangsa harus keluar untuk mengungkapkan solidaritas dengan orangtua Zainab dan meminta para penguasa untuk mengambil tindakan yang meyakinkan untuk mengakhiri kejadian semacam itu,” Shakil Iftikhar, seorang pengusaha di Kasur, mengatakan kepada Arab News.
Namun, ada tanda-tanda, bahwa akhirnya pemerintah akhirnya terguncang.
Berbicara dengan Arab News, Menteri Negara Informasi dan Penyiaran Marriyum Aurangzeb menekankan, semua partai politik harus bergabung bersama untuk menciptakan kesadaran tentang penganiayaan anak dan membantu pemerintah memberlakukan Undang-Undang secara efektif.
Tak hanya Kasur yang telah menyaksikan kekhawatiran peningkatan serangan seksual terhadap anak di bawah umur.
Menurut Sahil, sebuah organisasi non-pemerintah untuk korban kekerasan dan pelecehan seksual, terdapat 4.139 kasus pelecehan seksual terhadap anak-termasuk penculikan, perkawinan anak-anak dan anak yang hilang -di Pakistan pada tahun 2016, rata-rata 11 insiden per hari dan meningkat 10 kali pada 2015.
Laporan tahunan Sahil, “Cruel Numbers,” terungkap pada tahun 2016: “Setelah data tahun sebelumnya, lebih banyak anak perempuan telah dilecehkan secara seksual tahun ini.”
“Kasus yang dilaporkan di bawah kategori kejahatan utama adalah: penculikan 1.455, pemerkosaan 502, sodomi 453, perkosaan kelompok 271, sodomi geng 268 dan 362 kasus percobaan (pelecehan seksual terhadap anak-anak). Kejahatan yang lebih serius lagi dilakukan saat korban dibunuh. Sebanyak 100 korban dibunuh setelah jadi korban penyerangan seksual.”
Saat ketegangan terus berlangsung tinggi hingga Jumat, Pemerintah Punjab menunjuk Petugas Kepolisian Daerah Multan Idrees Ahmad sebagai kepala tim investigasi gabungan untuk kasus pembunuhan Zainab.
Juru bicara Pemerintah Punjab, Malik Ahmed Khan mengatakan kepada Arab News bahwa polisi telah menemukan hubungan antara pembunuhan Zainab dan insiden baru-baru ini yang serupa di Kasur.
Khan mengatakan bahwa para ahli dari laboratorium ilmu forensik telah bekerja untuk pengembangan sketsa tersangka.
“Kami membuat database kriminal untuk pertama kalinya dalam sejarah negara untuk mengidentifikasi tersangka melalui pengenalan wajah,” katanya. Dia mengklaim polisi “sekarang dekat dengan tersangka.” (asr)
Epochtimes.id- Meskipun AS dan Korea Selatan sepakat tidak mengadakan latihan militer pada saat berlangsungnya Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang, tetapi militer AS mengirim 3 pesawat pembom siluman B-2 ke pangkalan militer mereka di Guam.
Pejabat Pentagon mengatakan bahwa hal ini sebagai bagian dari persiapan militer AS untuk bertindak yang sinyalnya disebarkan kepada umum.
Angkatan Udara AS pada Kamis (11/01/2018) memberi konfirmasi bahwa pihaknya telah menempatkan 3 buah pesawat pembom siluman B-2 di Guam, namun langkah tersebut telah dibaca oleh kalangan umum sebagai ‘ultimatum’ AS kepada Korea Utara.
Jurubicara Pentagon, Dana White hari Kamis kepada wartawan mengatakan : “Kita sudah siap untuk berperang malam ini”, Ia menegaskan bahwa Amerika Serikat akan mempertahankan hak untuk menggunakan semua opsi dari militer jika di bagian Pasifik manapun membutuhkannya.
Sinyal yang dikirim untuk semua pihak
Dana White mengatakan, langkah pentagon tersebut merupakan sebuah sinyal, yakni bagaimana pun usaha untuk meredakan situasi ketegangan (Semenanjung Korea) AS tetap berada dalam status ‘ Kita sudah siap untuk berperang malam ini’.
Seorang wartawan dalam komperensi pers bertanya mengapa militer AS di satu sisi menghentikan letihan militer karena Olimpiade, tetapi di sisi lain mengirim pembom B-2 ke Guam?
Letnan Jenderal Kenneth F. McKenzie, direktur Staf Gabungan AS menanggapinya dengan mengatakan bahwa pengiriman B-2 merupakan bagian dari rencana penempatan, dan yang tidak hanya akan mempengaruhi situasi di Semenanjung Korea, tetapi juga akan memperikan pengaruh yang lebih luas kepada koalisi Pacific Union. Inilah sebabnya mengapa AS menempatkan pesawat pembom.
McKenzie menambahkan : “Jika Anda pikir bahwa sinyal itu dinyalakan hanya karena situasi di Semenanjung Korea, maka jelas itu adalah salah. Penempatan itu akan memberikan dampak pada seluruh wilayah Pasifik”
Ada wartawan yang bertanya kepada McKenzie, Jika penempatan tersebut tidak ditujukan untuk Korea Utara, apakah sinyal itu juga berlaku buat PKT ? Ia menyawab bahwa penempatkan sejumlah pembom di lebih dari separo wilayah bumi itu sebagai bagian dari strategi militer AS, dan sinyal tersebut merupakan isyarat yang diberikan kepada semua orang.
AS memperbesar kekuatan militer di Lautan Pasifik
Selain pembom B-2, Angkatan Laut AS pada 5 Januari mengatakan bahwa kapal induk Carl Vinson milik Armada Ketiga Angkatan Laut AS dengan membawa lebih dari 6.000 orang personil angkatan laut telah meninggalkan pelabuhan asalnya San Diego di pantai barat Amerika Serikat menuju Pasifik Barat yang penuh ketegangan.
Angkatan Laut juga mengatakan bahwa Carl Vinson, kapal penjelajah rudal Lake Champlain dan dua kapal perusak rudal Wayne E.Meyer dan Michael Murphy sedang menjalani penempatan yang reguler.
Mayor Jenderal John Fuller, seorang komandan kelompok tempur mengatakan bahwa dia menantikan demonstrasi kelompok tempur yang terus berkembang dari Armada Ketiga di wilayah Pasifik, demi menunjukkan pelatihan kami yang efektif dan tekad mengemban tugas yang diberikan kepada kami.
Pada 6 Januari, kapal perang amfibi USS Wasp memasuki zona tempur Armada Ketujuh untuk memperbesar kekuatan serang siluman kelompok mereka.
VOA memberitakan, pejabat senior AS mengatakan bahwa tahun 2018 militer AS akan fokus pada peningkatan daya serang yang mematikan dan akan memprioritaskan penempatan senjata dan peralatan perang paling canggih di kawasan Pasifik Barat. (Sinatra/asr)
Selama keseluruhan waktu 38 tahun Robert Mugabe sebagai orang lalim Zimbabwe, negara ini, bersama Korea Utara dan Iran pasca 1979, salah satu negara paling korup dan salah atur di dunia. Sebaliknya, negara tetangga Botswana pada periode yang sama telah mengadakan model pemerintahan yang demokratis.
Human Rights Watch melaporkan pada tahun 2016: “Mugabe mengintensifkan penindasan terhadap ribuan orang yang secara damai memprotes pelanggaran hak asasi manusia dan situasi ekonomi yang memburuk … aktivis masyarakat sipil, wartawan, dan lawan pemerintah, dilecehkan, diancam atau menghadapi penangkapan sewenang-wenang oleh polisi. Impunitas (kekebalan hukum) yang meluas berlanjut untuk pelanggaran oleh polisi dan agen-agen keamanan negara.”
Pemerintahan-pemerintahan secara berturut-turut di dekat Afrika Selatan, kecuali Nelson Mandela dari tahun 1994-1999, mendukung dan memperpanjang masa rezim Mugabe selama bertahun-tahun. Mantan presiden Thabo Mbeki, misalnya, secara luas dikecam karena memberikan perlindungan kepada Mugabe dari tahun 1991-2008 karena dia dan kroninya mencuri pemilihan-pemilihan, menghancurkan ekonomi, menghapus kebebasan media, dan mengubah Zimbabwe menjadi negara yang gagal. Jika Afrika Selatan telah mengambil pendekatan yang lebih tegas, tampaknya ada sedikit keraguan bahwa Mugabe akan tergulingkan bertahun-tahun sebelumnya.
Peran negara partai Tiongkok di dalam penderitaan panjang orang-orang yang rajin dan damai sejak dari tahun 1960-an sampai 1970-an, ketika membantu pemimpin gerilya anti kolonial, termasuk Mugabe, untuk mendapatkan senjata dan dana. Pada 1990-an, investasi di bidang pertambangan, pertanian, energi, dan konstruksi, menjadi mitra dagang utama, sekaligus mengabaikan pelanggaran hak asasi manusia dan banyak sekali persoalan-persoalan pemerintahan yang tak terhitung.
Pemaksaan pengunduran diri Mugabe yang berusia 93 tahun ini mengisyaratkan sebuah fase baru dalam hubungan Zimbabwe dengan ibu kota lainnya. Dua faksi di dalam partai politik Zanu-PF-nya mengklaim berhak untuk menggantikannya. “Generasi 40 ” (G40) dipimpin oleh istri dan dua pemimpin politik yang lebih muda. Kelompok Lacoste mendukung Emmerson Mnangagwa, yang dikenal sebagai “Buaya” karena kekejamannya selama Perang Semak Rhodesia dan serangkaian pembantaian warga sipil Ndebele pada tahun 1983-1984.
Beijing memiliki hubungan dekat dengan Kelompok Lacoste dan Pasukan Pertahanan Zimbabwe, menjual senjata ke negara tersebut dan mendanai Sekolah Pertahanan Nasional baru Zimbabwe. Kepala Pasukan Pertahanan Zimbabwe, yang dipimpin oleh Jenderal Constantine Chiwenga, adalah kunci pengambilalihan militer baru-baru ini, yang akhirnya merebut kekuasaan dari Mugabe, menangkap anggota G40, dan memastikan kembalinya Mnangagwa dari Afrika Selatan secepatnya setelah Mugabe memecatnya sebagai wakil presiden pada 6 November.
Mnangagwa, yang menjadi presiden sementara pada 24 November, harus segera membuka warisan Mugabe tentang kemiskinan, pengangguran besar-besaran, hiperinflasi, mata uang palsu dan kehilangan akses ke lembaga pinjaman internasional. Warga Zimbabwe membayar harga yang sangat besar untuk nasionalisme ekstrim dan membutuhkan stabilitas dan akuntabilitas. Lebih dari 70 persen dari 16 juta penduduk Zimbabwe hidup hanya dengan kurang dari $1,90 per hari; sebanyak 90 persen menganggur atau setengah menganggur.
Di antara inisiatif pertama presiden baru tersebut adalah uang pesangon atas pensiun dini untuk Mugabe sebesar US$5 juta dan menawarkan gaji tahunan sebesar US$150.000 untuk seumur hidup. Ini hal yang tidak dapat dipercaya untuk membangun kepercayaan di antara warga negara yang sangat miskin di negara ini atau investor internasional di luar Beijing. Juga gagal memasukkan politisi oposisi di kabinet tersebut.
Tiongkok adalah mitra dagang terbesar keempat di Zimbabwe dan investor terbesarnya. Investasi langsung Tiongkok kumulatif sejak 2003 telah mencapai hampir US$7 miliar. Sejak tahun 2000, ia telah menawarkan pinjaman sebesar $1,7 miliar kepada Zimbabwe untuk proyek infrastruktur. Dari tahun 2000-2012, perusahaan menginvestasikan sedikitnya 128 proyek.
Kebijakan indigenisasi Mugabe mewajibkan 51 persen kepemilikan lokal atas bisnis asing. Meskipun perusahaan-perusahaan pertambangan Tiongkok mulai beroperasi pada tahun 2012 dengan 51 persen saham milik Zimbabwe, Mugabe pada tahun 2015 mengintegrasikan mereka ke Perusahaan Gabungan Konsolidasi Zimbabwe milik pemerintah, yang membuat marah Beijing. Negara partai tersebut sekarang merasakan kepresidenan Mnangagwa, bersamaan dengan dukungan Chiwenga dari angkatan bersenjata, akan melindungi investasinya.
Investor asing lainnya telah menunggu puluhan tahun untuk memasukkan uang ke Zimbabwe. Mnangagwa bisa menarik investasi dengan menstabilkan mata uang dan mengakhiri program nasionalisasi. Dia bisa membersihkan daftar pemilihan dan mendaftarkan diaspora (para perantau) untuk memilih. Beberapa dari jutaan warga Zimbabwe yang telah melarikan diri ke luar negeri mungkin akan memutuskan untuk kembali jika tanah air mereka mencapai ukuran pemerintahan yang baik.
Nick Dearden, direktur Global Justice Now, mengatakan bahwa pemerintah demokratis dapat memainkan peran yang bermanfaat. “Pembatalan utang yang serius akan diperlukan seperti halnya bantuan murni dan investasi yang terjalin tidak pada reformasi pasar bebas, tetapi sebaliknya merupakan rencana pembangunan demokrasi yang masif, transparan dan akuntabel.”
Kekhawatiran utama, mengingat catatan tentang Mnangagwa, adalah bahwa dia tidak akan memulai serangkaian reformasi demokratis dan ekonomi yang dibutuhkan. Jika demikian, pemecatan pelindung lamanya tidak akan menghasilkan apapun yang berguna dan orang Zimbabwe akan terus menempati peringkat 154 dari 188 negara mengenai Indeks Pembangunan Manusia PBB. (ran)
David Kilgour, pengacara berprofesi, bertugas di House of Commons Kanada selama hampir 27 tahun. Di Kabinet Jean Chretien, dia adalah sekretaris negara (Afrika dan Amerika Latin) dan sekretaris negara (Asia-Pasifik). Dia adalah penulis beberapa buku dan rekan penulis dengan David Matas dari “Bloody Harvest: The Killing of Falun Gong for Their Organs.”
Epochtimes.id- Sebuah kepala banteng marmer kuno yang berusia 2.400 tahun dari sebuah kuil Phoenician dan dijarah selama perang saudara Libanon, tiba di Beirut pada Jumat (12/01/2018).
Pengembalian patung kuno ini setelah pejabat Amerika menemukannya di AS dan mengirimnya pulang ke Lebanon.
Kementerian Kebudayaan Lebanon dalam sebuah pernyataan mengatakan objek bersama dengan dua patung parsial juga akan kembalikan. Arca ini akan dipajang di Museum Nasional di Beirut awal bulan depan.
Patung-patung ini dicuri dari depot di Byblos pada1981 silam saat puncak perang sipil 1975-1990 Lebanon. Saat itu milisi Kristen dan Muslim saling bertikai di sejumlah besar wilayah negara itu.
Selama beberapa tahun terakhir, perang di Irak dan tetangga Lebanon, Suriah, telah menyia-nyiakan warisan budaya mereka.
Perang ini menciptakan pasar yang besar dalam barang-barang antik yang dijarah untuk membantu mendanai militan Daesh.
Kantor Kejaksaan Manhattan di New York mengatakan bulan lalu pihaknya mengembalikan tiga patung tersebut ke Lebanon dan membentuk unit perdagangan barang purbakala untuk menghentikan perdagangan artefak yang dijarah.
Tiga bagian, semua digali selama tahun 1960an dan 1970an dari kuil Eshmoun di pelabuhan Sidon dan berasal dari antara abad ke empat dan enam SM, telah dijual ke kolektor pribadi di AS.
Kepala banteng berhasil diidentifikasi oleh kurator saat dipinjamkan ke Metropolitan Museum of Art sebagai barang antik yang dicuri di Lebanon.
Terletak di pantai timur Laut Tengah, Lebanon adalah bagian penting dari dunia klasik, tempat peradaban Fenisia dan sebagian kerajaan Persia dan Romawi. Lokasi ini memiliki beberapa situs kuno utama.
Selama perang sipil, kurator di Museum Nasional berada di garis depan yang mematikan, melindungi harta yang tidak dijarah dengan menyegelnya di ruang bawah tanah atau membungkusnya dengan semen.
Tempat lainnya berada di sekitar Lebanon, termasuk ke Byblos, sebuah kota pelabuhan kuno di utara Beirut, tempat asal tiga barang antik jarahan yang dikembalikan pada Jumat lalu. (asr)
Tahun 1797, pada awal abad industri, Goethe menulis “The Sorcerer’s Apprentice,” sebuah puisi tentang seorang murid penyihir sedang dalam pelatihan, melalui kesombongan dan kekuatan setengah matangnya, telah melepaskan serangkaian kejadian yang tidak dapat dia kendalikan.
Kira-kira 20 tahun kemudian, seorang belia, Mary Shelley, menjawab dengan berani untuk menulis sebuah cerita hantu, yang dia bagikan di sebuah pertemuan kecil di Danau Jenewa. Ceritanya dipublikasikan sebagai sebuah novel, “Frankenstein; or, the Modern Prometheus,” pada tanggal 1 Januari 1818.
Keduanya adalah cerita tentang kekuatan-kekuatan kita untuk menciptakan sesuatu yang berkembang di luar dan di luar kendali si pencipta, mengambil kehidupan mereka sendiri.
Puisi Goethe sampai pada puncaknya saat murid latihan sihir memanggil dengan panik:
Guru, datanglah untuk membantuku!
Salahku telah memanggil
Roh-roh, aku mengaku,
Karena aku menemukan mereka berlaku menjengkelkan,
Tidak bisa menguasai mereka sekarang.
Sementara sang guru akhirnya kembali tepat pada waktunya untuk membatalkan mantra berbahaya tersebut, kisah Shelley tidak berakhir dengan begitu baik: Monster ciptaan Victor Frankenstein sedang dalam amukan yang mematikan, dan penciptanya tidak dapat menghentikan pembantaian besar-besaran tersebut.
Siapa yang menubuatkan nasib kita: Goethe atau Shelley?
Itulah pertanyaan yang kita hadapi pada peringatan 200 tahun “Frankenstein,” saat kita menemukan diri kita bergulat dengan konsekuensi yang tidak diinginkan dari ciptaan kita di Facebook, terhadap kecerdasan buatan dan rekayasa genetika manusia. Akankah kita berlayar dengan selamat atau akankah kita, seperti Victor Frankenstein, menyaksikan “kehancuran dan kesengsaraan yang sempurna?”
Akankah Ilmu Pengetahuan Menyelamatkan Kita?
Dalam puisi Goethe, bencana telah dihindari melalui penerapan sihir yang lebih mahir yang menyihir masalah tersebut di tempat awal. Istilah untuk saat ini adalah “modernitas refleksif,” gagasan bahwa teknologi modern dapat diterapkan untuk mengatasi masalah penciptaannya sendiri dan bahwa apapun masalah timbul dari teknosains, kita dapat memperbaiki dengan lebih banyak teknosains. Dalam environmentalisme, ini dikenal sebagai ecomodernism. Dalam lingkaran-lingkaran transhumanism, ini disebut proactionary principle, yang “melibatkan tidak hanya mengantisipasi sebelum bertindak, tetapi belajar dengan bertindak.”
“Frankenstein,” sebaliknya, adalah kisah yang berhubungan dengan pencegahan. Diilhami dengan dorongan untuk mengubah alam, manusia-manusia mengambil resiko memperluas di luar jangkaua yang semestinya. Victor Frankenstein datang untuk menyesali ambisi tersebut untuk menjadi “lebih besar dari sifat dasarnya yang akan membiarkan terjadi.”
Dia menyesali, “Belajarlah dari saya… betapa berbahayanya perolehan pengetahuan dan betapa lebih berbahagia bahwa manusia adalah yang percaya bahwa kota asalnya akan menjadi dunia.”
Hubris, sepertinya dia memperingatkan, akan menjadi suatu kematian untuk kita semua.
Munculnya Penentang Silicon Valley karena Memiliki Keyakinan Moral
Kecemasan yang sama atas kesombongan ini tampaknya merambat di antara para ilmuwan, insinyur, dan pengusaha saat ini, yang kebanyakan tampak semakin dingin. Setelah menciptakan sesuatu, mereka telah berbalik dan mencela hasil ciptaan mereka.
Apakah mereka seperti murid latihan yang memanggil gurunya untuk menyelamatkannya? Atau apakah mereka, seperti Frankenstein, terlibat dalam pencarian sia-sia untuk memadamkan sesuatu yang sudah di luar kendali kita?
Mempertimbangkan Sean Parker. Pendiri Napster dan investor awal di Facebook baru-baru ini mengumumkan statusnya sebagai “penentang ” media social Facebook, menurutnya, kemungkinan akan merusak otak anak-anak dan pasti mengeksploitasi kelemahan psikologis manusia.
Ada lebih banyak refusenik (orang yang menolak bekerjasama karena memiliki keyakinan moral) Silicon Valley. Justin Rosenstein, penemu tombol “like” pada Facebook, telah menghapus aplikasi dari teleponnya, dengan alasan kekhawatiran tentang kecanduan, gangguan perhatian parsial yang berkesinambungan, dan kematian demokrasi di tangan media sosial. Mantan karyawan Google Tristan Harris dan Loren Brichter, yang menemukan mesin seperti pencari jejak, mekanisme pull-to-refresh untuk umpan Twitter, sama-sama memperingatkan kita tentang bahaya makhluk-makhluk ciptaan mereka.
Anthony Ingraffea menghabiskan 25 tahun pertama karir tekniknya untuk mencari tahu bagaimana cara mendapatkan lebih banyak bahan bakar fosil dari bebatuan. Dari tahun 1978-2003, dia bekerja atas hibah (bantuan) pemerintah dan industri untuk memperbaiki hydraulic fracturing (rekahan hidrolik).
Penelitiannya sendiri tidak pernah mendulang, tetapi ketika dia mengetahui keberhasilan orang lain dan besarnya zat kimia dan air yang dibutuhkan, dia “terkejut” dan berkata, “Seolah-olah [saya] telah mengerjakan sesuatu seumur hidup [saya], dan seseorang datang dan mengubahnya menjadi Frankenstein. “Selama 10 tahun terakhir, dia telah menjadi salah satu penentang fracking terkemuka di negara tersebut. Industri yang pernah mendanainya sekarang secara teratur melakukan troll (menulis pesan di internet dengan tujuan untuk membangkitkan kembali emosional para pengguna) dan menyerangnya.
Jennifer Doudna adalah salah satu ilmuwan utama di balik teknik pengeditan gen yang dikenal dengan CRISPR. Dalam bukunya yang baru, “A Crack in Creation,” dia menulis bahwa CRISPR dapat menghilangkan beberapa penyakit dan memperbaiki kehidupan, namun bisa juga digunakan dengan cara yang mirip dengan eugenikNazi. Doudna telah mengungkapkan bahwa dia memiliki mimpi buruk dimana Hitler memintanya untuk menjelaskan “kegunaan dan implikasi dari teknologi yang menakjubkan ini.”
Elon Musk khawatir bahwa dengan kecerdasan buatan (IA), kita “sedang memanggil setan.” AI buat dia adalah, “ancaman terbesar keberadaan kita.” Musk telah melampaui dorongan awal Dr. Frankenstein untuk menghindari ciptaannya yang kejam: Dia sedang bekerja pada proses pembentukan koloni antarplanet dimana kita dapat berlari jauh-jauh ke Mars saat AI manjadi anak nakal di planet bumi.
Mengobati Teknologi Seperti Anak
Ahli antropologi Bruno Latour menghajar Musk untuk hal seperti ini. Cara Latour melihatnya, moral Frankenstein tersebut bukanlah bahwa kita harus berhenti membuat monster, tapi kita seharusnya mencintai monster-monster kita. Masalahnya bukan keangkuhan Dr. Frankenstein, tapi ketidakberdayaannya, dia meninggalkan “anaknya” daripada mendidiknya sehingga bisa belajar berperilaku.
Maksud Latour adalah bahwa tidak ada jumlah kemajuan teknologi yang akan memberi kita kendali penuh dan detasemen yang menggembirakan dari dunia tersebut. Sebagai gantinya, teknologi, seperti mengasuh anak, akan selalu membutuhkan pembentukan secara terus-menerus ke dalam perkembangan baru, penggembalaan, kecemasan, dan perhatian.
Inisiatif keterbukaan AI dari Musk, yang berusaha mengembangkan teknologi AI yang lebih aman, lebih banyak dari yang ada dalam pikiran Latour.
Ternyata, Latour meletakkan nasihatnya sendiri untuk diujicobakan. Dia adalah pencipta utama dari monster paling menakutkan di zaman kita. Makhluk ini sebenarnya bukan produk sains, melainkan cara berpikir tentang sains. Latour menghabiskan karirnya menunjukkan bagaimana fakta-fakta ilmiah dibangun secara sosial, dan bahwa tidak ada hal demikian sebagai pintu masuk yang memiliki kekuatan lebih besar menuju kebenaran
Singkatnya, dia berpendapat bahwa objektivitas itu palsu, dan sains tidak pernah benar-benar tetap atau pasti.
Sekarang, tentu saja, dia menyaksikan dengan ngeri saat semangat dekonstruksi dan ketidakpercayaan ini berakar di dalam zaman tonggak kebenaran kita dari fakta-fakta alternatif, para penyangkal perubahan suasana, dan gelembung-gelembung media partisan.
Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, Latour mengakui bahwa sekarang dia menyesali “antusiasme remaja”-nya di awal dalam menyerang sains dan bersumpah untuk membalikkan keadaan:
“Kita harus mendapatkan kembali beberapa otoritas sains. Itu adalah kebalikan sepenuhnya dari tempat kita mulai melakukan studi-studi sains.”
Untuk mencintai monster kita, kita harus memiliki kesepakatan dasar tentang kapan mereka melakukan perbuatan jahat dan tidak pantas dan apa yang harus dilakukan mengenai hal itu. Kesepakatan itu datang melalui kepercayaan luas terhadap institusi-institusi kebenaran tradisional: sains, media, dan universitas-universitas. Latour berusaha membebaskan kita dari paternalisme para ahli yang menghuni institusi-institusi ini, dan ini adalah pencarian yang mulia.
Tetapi ketajamannya, dikombinasikan dengan kekacauan media sosial dan keserakahan banyak uang, telah mengotori hal-hal yang lebih dalam dari yang dia bayangkan. Sekarang kecenderungan semua jalan tersebut menurun; semuanya rentan terhadap tuduhan “berita palsu” yang menyengat. Perubahan suasana bisa jadi merupakan hal utama yang paling dibenci, atau mungkin ini tipuan belaka. Siapa yang dapat menjelaskan? Ketidakpercayaan (skeptisisme), kelumpuhan yang dipaksakan hampir tidak kondusif untuk memburu monster. (ran)
Adam Briggle adalah asisten profesor studi filsafat dan agama di University of North Texas. Artikel ini awalnya diterbitkan di The Conversation.
Epochtimes.id- Sejumlah keluarga warga Arab Saudi hadir di Stadion Al-Jawhara, Raja Abdullah Sports City, Jeddah, Arab Saudi, Jumat (12/1/2018) tiga jam sebelum pertandingan olahraga dimulai.
Namun ada hal yang bersejarah, kejadian dramatis di lapangan untuk pertama kalinya di Arab Saudi.
Keluarga datang ke pintu masuk terdiri anak-anak dan pertama kalinya bagi perempuan di pintu masuk untuk menyaksikan pertandingan.
Pertama kali sejak puluhan tahun, kini wanita mendapatkan kesempatan untuk melewati gerbang elektronik dengan menunjukkan tiket mereka. Kini menciptakan sejarah sebagai wanita pertama yang menyaksikan pertandingan di sebuah stadion olahraga.
Biaya tiket 20 real Arab Saudi per orang termasuk PPN. Beberapa wanita muda berpakaian seragam di Abayas dan membagikan syal dan bendera untuk klub yang sedang bertanding.
Haila seorang ibu yang datang bersama keluarganya, mengatakan ini adalah pengalaman yang luar biasa untuk menikmati pertandingan olahraga secara langsung dari stadion.
Wisam, Seorang remaja berusia 15 tahun, mengatakan bahwa melihat pertandingan ini hidup sangat luar biasa dan membuatnya terdiam.
“Saya sangat menyukainya, stadion sangat besar sehingga saya tidak mengharapkannya seperti ini, sebuah pengalaman yang sama sekali berbeda dengan menonton klub saya bermain di TV,” katanya.
Zohour, salah satu panitia, mengatakan dia mengetahui melalui sebuah kelompok yang menyatakan membutuhkan sukarelawan perempuan di stadion dan dirinya mengajukan diri.
“Saya segera mendaftar karena saya benar-benar ingin menjadi bagian dari ini. Sungguh menakjubkan,” kata Zohor.
Ahmad, ayah tiga orang, membawa anak laki-laki dan dua putrinya mengenakan warna tim mereka dengan topi yang funky.
Dia mengatakan, ingin keluarganya mengalami langsung menontoton sepak bola daripada hanya menyaksikannya di TV.
Semua bagian keluarga dilengkapi dengan fasilitas termasuk toilet, kios makanan dan area sholat. Aktivitas khusus anak-anak juga disediakan di berbagai area stadion. (asr)
Epochtimes.id- Bank Indonesia menegaskan bahwa virtual currency termasuk bitcoin tidak diakui sebagai alat pembayaran yang sah, sehingga dilarang digunakan sebagai alat pembayaran di Indonesia.
Direktur Eksekutif, Departemen Komunikasi, Bank Indonesia Agusman mengatakan hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang yang menyatakan bahwa mata uang adalah uang yang dikeluarkan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia dan setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran, atau kewajiban lain yang harus dipenuhi dengan uang, atau transaksi keuangan lainnya yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib menggunakan Rupiah.
Menurut Agusman, pemilikan virtual currency sangat berisiko dan sarat akan spekulasi karena tidak ada otoritas yang bertanggung jawab.
Dia menambahkan, pemilikan virtual currency tidak terdapat administrator resmi, tidak terdapat underlying asset yang mendasari harga virtual currency serta nilai perdagangan sangat fluktuatif sehingga rentan terhadap risiko penggelembungan (bubble).
Agusman menambahkan kepemilikan uang virtual ini juga rawan digunakan sebagai sarana pencucian uang dan pendanaan terorisme, sehingga dapat mempengaruhi kestabilan sistem keuangan dan merugikan masyarakat.
“Oleh karena itu, Bank Indonesia memperingatkan kepada seluruh pihak agar tidak menjual, membeli atau memperdagangkan virtual currency,” katanya dalam siaran pers tertulis, Sabtu (13/01/2018).
Bank Indonesia menegaskan bahwa sebagai otoritas sistem pembayaran, Bank Indonesia melarang seluruh penyelenggara jasa sistem pembayaran (prinsipal, penyelenggara switching, penyelenggara kliring, penyelenggara penyelesaian akhir, penerbit, acquirer, payment gateway, penyelenggara dompet elektronik, penyelenggara transfer dana) dan penyelenggara Teknologi Finansial di Indonesia baik Bank dan Lembaga Selain Bank untuk memproses transaksi pembayaran dengan virtual currency.
Larangan sesuai sebagaimana diatur dalam PBI 18/40/PBI/2016 tentang Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran dan dalam PBI 19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial.
Bank Indonesia menyatakan sebagai otoritas di bidang Moneter, Stabilitas Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran senantiasa berkomitmen menjaga stabilitas sistem keuangan, perlindungan konsumen dan mencegah praktik-praktik pencucian uang dan pendanaan terorisme. (asr)
ErabaruNews – Presiden Rusia Vladimir Putin menginstruksikan Kementerian Transportasi untuk melarang impor gerbong Kereta Api dari Tiongkok. Instruksi itu disampikan ketika meninjau pembuatan gerbong KA pada sebuah perusahaan Rusia, baru-baru ini.
Sebelumnya diketahui bahwa sejumlah insiden kecelakaan KA di Rusia disebabkan oleh rendahnya kualitas suku cadang dalam gerbong yang diimpor dari Tiongkok. Larangan penggunaan suku cadang KA telah dikeluarkan otoritas Rusia pada bulan Mei tahun lalu.
Laporan Radio Free Asia menyebutkan bahwa dalam peninjauan di Tver, sebuah perusahaan swasta Rusia pembuat gerbong KA yang dilakukan pada hari Rabu (10/1/2018), Presiden Putin memuji perkembangan pembuatan gerbong KA dalam negeri yang cukup baik. Ia juga mengklaim bahwa pemerintah akan mengalokasikan dana sebesar 3 miliar Rubel untuk membeli produk keluaran pabrik tersebut.
“Sebelumnya kami sudah berbicara langsung dengan para pemegang saham perusahaan bahwa produk gerbong mereka layak diekspor keluar negeri. Dan pemerintah Rusia dapat memberikan dana pinjaman dan fasilitas pelayanan lainnya jika sudah ada penandatangan kontrak,” ujar Putin.
Putin juga mengatakan bahwa instruksi larangan impor gerbong KA dari Tiongkok sudah disampaikan kepada Kementerian Transportasi Rusia untuk dilaksanakan.
Sebelumnya, Biro Pengawasan Angkutan Federal Rusia pada bulan Mei 2017 telah mengeluarkan larangan kepada semua perusahaan Rusia yang berhubungan dengan transportasi KA untuk tidak menggunakan suku cadang KA buatan Tiongkok. Hal itu demi mencegah terjadinya kecelakaan KA di Rusia.
Dikabarkan bahwa melalui penyidikan yang saksama pihak berwenang Rusia telah menemukan penyebab dari sejumlah kecelakaan KA akhir-akhir ini di Rusia. Penyebabnya adalah kualitas dari bangun konstruksi rangka KA buatan perusahaan Tiongkok ‘South Huiton Co.,LTD’.
Laporan menyebutkan bahwa pembangunan kerangka konstruksi gerbong KA tersebut tidak dilakukan sesuai prosedur dan standar Internasional dalam proses produksinya. Sehingga mudah terjadi keretakan bahkan putus pada rangka KA saat melaju dalam kecepatan tinggi, sehingga mengakibatkan kecelakaan serius.
Dengan dilarangnya impor gerbong KA dari Tiongkok berarti pintu pasar KA Rusia yang tadinya dibuka untuk Tiongkok, kini sudah dinyatakan tertutup. (NTDTV/Xin Ran/Sinatra/waa)
ErabaruNews – Presiden Tiongkok, Xi Jinping dalam pidato pleno Komisi Inspeksi Disiplin mengungkapkan arah baru pembasmian korupsi di Tiongkok. Ia mengatakan bahwa tidak hanya ‘harimau’, ‘lalat’ pun harus dipukul. Selain geng-geng preman yang berada di masyarakat harus dibasmi, para pelindung yang berada di belakang mereka pun harus ditangkap.
Pengamat berpendapat, tampaknya sudah terjadi perubahan arah anti korupsi di Tiongkok. Perubahan cenderung mengarah pada sasaran yang berada di ‘bagian leher ke bawah’.
Menurut analis, tidak peduli apa saja cara yang akan mereka tempuh, memerangi korupsi di bawah sistem Partai Komunis Tiongkok pada akhirnya pasti akan menemui kegagalan. Hanya dengan menyingkirkan partai itu di Tiongkok, baru pemerintah dan rakyat bisa damai tanpa korupsi.
Sidang Pleno Komisi Inspeksi Disiplin diadakan di Beijing pada 11 Januari 2018. Xi Jinping hadir dalam sidang dan memberikan sambutan. Ia mengatakan bahwa dalam periode baru ini, aksi anti-korupsi perlu lebih ditinggatkan.
“Begitu harimau mengangkat kepala langsung dipukul. Lalat-lalat yang terbang di mana-mana juga harus dibasmi. Bersihkan geng-geng preman yang berada di masyarakat, termasuk menangkap para pelindung yang berada di belakang mereka,” ujar Xi Jinping.
Korupsi di Tiongkok selain terjadi di tingkat pejabat puncak, juga merambah sampai tingkat terbawah pemerintahan. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pejabat pedesaan sudah menganut premanisme dalam menjalankan roda pemerintahan. Sehingga kasus warga membunuh pejabat terus bermunculan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa konflik antara pejabat dengan rakyat sudah serius. Bahkan menurut survei yang dilakukan oleh Chinese Academy of Social Sciences, sejak awal 2016 lebih dari 45 persen komite pedesaan diketahui terdiri dari kekuatan jahat alias preman.
Bulan Oktober 2015, media corong PKT ‘Renmin Rebao’ memberitakan, bahwa para kader pemerintah pedesaan pada dasarnya 100 persen terlibat kasus korupsi.
Yang Fan, seorang ekonom terkenal di Tiongkok pada tahun 2001 mengatakan bahwa sebagian organisasi resmi di pedesaan Tiongkok sudah mulai menunjukkan hal yang tidak semestinya. Mereka menjalankan roda pemerintahan dengan cara sama seperti yang dilakukan oleh para preman. Dan politisi berkolaborasi dengan preman untuk mencari kekayaan pribadi.
Epoch Times melaporkan bahwa pihak berwenang dana pemerintah pusat guna kepentingan jaminan bagi pedesaan telah digunakan secara pribadi oleh pejabat pemda. Dana dicairkan dengan memalsukan stempel, tandatangan dan cara lainnya.
Dalam sebuah artikel yang diberitakan oleh Radio Free Asia pada 31 Oktober 2018 tahun lalu, Chen Pokong menyebutkan, penyakit korupsi sudah menjalar ke seluruh bagian tubuh PKT. Bagaimana tidak? Mantan Ketua PKT Jiang Zemin yang ‘koruptor kakap’ menggunakan cara memberikan kesempatan korupsi kepada pejabat PKT demi menggalang kesatuan partai.
Chen Pokong mengatakan bahwa korupsi terjadi karena PKT menolak demokratisasi. Ketika korupsi sudah merajalela seperti saat ini, demokratisasi adalah satu-satunya cara untuk mengatasinya.
Mengacu pada apa yang telah disampaikan dalam buku ‘Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis’ bahwa partai sama sekali tidak menciptakan kemakmuran bagi rakyat bahkan bersandar hidup pada rakyat. Mereka memonopoli dan mendikte kekayaan rakyat dan menggunakannya untuk menindas rakyat.
“Tanpa organisasi partai itu, Bangsa Tionghoa akan lebih mulia, dan masyarakatnya juga dapat hidup lebih harmonis. Tanpa organisasi partai otoriter, itu Tiongkok akan damai”. (NTDTV/Ouyang Jing/Sinatra/waa)
Epochtimes.id- Korea Utara tampaknya melakukan pekerjaan di dalam terowongna bawah tanah untuk melakukan uji coba bom nuklir di lokasi Uji Nuklir Punggye-ri seperti dalam rilis foto citra satelit terbaru.
Analisa dari citra satelit komersial yang baru-baru ini diambil menunjukkan sejumlah personil dan pekerjaan penggalian di lokasi tersebut, menurut tiga pakar yang bekerja dengan 38 North, sebuah laman yang mempublikasikan informasi pakar dan komentar mengenai Korea Utara.
Lokasi ini telah sering beredar dalam erita selama bertahun-tahun. Ini adalah lokasi dari lima uji coba nuklir terakhir Korea Utara, pusat gelombang kejut berhasill mendeteksi ratusan mil jauhnya setiap kali rezim Kim Jong Un menggelar sebuah ledakan nuklir di bawah tanah.
Uji coba tersebut diyakini telah merusak lempeng tektonik di daerah tersebut, membuat uji coba lebih lanjut di daerah itu berbahaya karena menyebabkan ketidakstabilan geologi.
Setelah uji coba nuklir paling kuat Korea Utara pada 3 September 2017, dua gempa susulan terdeteksi.
Gempa yang lebih besar pada 23 September lalu memiliki magnitude 3,2 SR.
TV Jepang Asahi mengutip sumber-sumber dari Korea Utara yang tidak disebutkan namanya mengklaim sebuah terowongan di lokasi uji coba nuklir Korut runtuh hingga menewaskan 100 jiwa warga Korea Utara.
Kejadian ini membantu memberikan penjelasan mengapa pekerjaan terowongan bergeser dari Portal Utara ke tempat uji coba ke Portal Barat.
Citra satelit terbaru mengkonfirmasi apa yang diamati oleh gambar sebelumnya: Sementara Portal Utara tidak aktif, kecuali pengeringan air dari pintu masuk portal. Sedangkan Portal Barat memiliki sembilan gerobak pertambangan, tumpukan tanah yang meninggi setelah digali dari fasilitas bawah tanah dan rel baru.
“Sepanjang bulan Desember 2017, gerobak dan personil pertambangan secara konsisten hadir di sekitar Portal Barat dan ada perluasan tumpukan puing yang signifikan,” demikian analisis dari Frank V. Pabian, Joseph S. Bermudez Jr. dan Jack Liu.
Penulis analisis tersebut mengatakan bahwa salah satu foto yang diambil pada 28 Desember mengungkapkan sejumlah besar personil (100 -120 jiwa) beraktivitas di tujuh formasi di daerah dekat Portal Barat.
Sementara analisis tidak dapat menentukan peran informasi para personil ini. Hnaya saja, para analis mencatat kejadian tidak biasa.
“Sangat jarang mengamati personil di daerah ini dan tujuan kegiatan mereka tidak diketahui.”
Wilayah Portal Selatan tetap tidak aktif, menurut para analisis. Lokasi ini tanpa aktivitas signifikan yang diamati di sana atau di tempat lain di dalam kompleks lokasi uji coba nuklir.
Sebuah analisis sebelumnya terhadap foto satelit Portal Barat pada November mengungkapkan adanya aktivitas sebelumnya di lokasi tersebut.
Menurut analisis 38 North, implikasinya sangat jelas.
“Kegiatan ini menunjukkan bahwa penggalian terowongan sedang berlangsung di Portal Barat, karena Korea Utara memperluas potensi untuk melakukan pengujian nuklir di masa depan,” demikian analisis tersebut. (asr)
Oleh Daniel Lacalle, Kepala Ekonom, Tressis Gestión
Sangat mudah untuk melupakan tentang Kuba. Ia di sana. Ia tidak mengganggu siapa pun. Namun, ini tetap menjadi contoh terbaik mengapa komunisme tidak bekerja dan tidak akan pernah berhasil.
Sebuah konsorsium internasional baru-baru ini harus menyelamatkan Kuba dengan batas kredit sebesar $9,6 miliar dan dengan memaafkan sebagian utang-utangnya. Pembatalan utang rezim tersebut oleh beberapa negara, sayangnya, tidak membantu mempromosikan kebebasan dan demokrasi, namun malah melanggengkan kediktatoran tersebut.
Kebohongan besar rezim komunis dan para pendukungnya, digunakan untuk membenarkan kesengsaraan tersebut di mana mereka telah menenggelamkan negara ini dalam lima dekade terakhir, adalah embargo perdagangan yang tidak ada. Tidak ada. Embargo bukanlah sebuah blokade.
Embargo? Kuba memiliki lebih dari 27 perjanjian bilateral dengan 90 negara. Embargo? Ekspor ke Kuba, menurut Bank Dunia, mencapai 17,15 persen dari PDB pada 2015.
Amerika Serikat adalah salah satu mitra dagang terbesar Kuba, dengan $180 juta berpindah tangan pada tahun 2015. Spanyol adalah investor terbesar Kuba dan mitra dagang terbesar ketiga. Dalam blokade nyata, tidak ada barang yang layak disebut akan tergelincir.
Namun, kekeliruan dari blokade yang disangka benar ini secara terus-menerus digunakan untuk menutupi kesalahan dan membenarkan kesengsaraan dan penindasan kediktatoran tersebut. Kenyataannya, rezim Castro, seperti pemerintahan sosialis, adalah mesin yang memboroskan dan menghamburkan subsidi-subsidi.
Pemborosan Besar
Rezim Castro menghancurkan subsidi-subsidi dari Uni Soviet antara tahun 1960 dan 1990 setara dengan lima rencana Marshall, namun gagal memperbaiki pertumbuhan ekonominya atau memanfaatkan transfer yang besar ini untuk meningkatkan produktivitas. Antara tahun 1960 dan 1990, Kuba menerima lebih dari $65 miliar dari Uni Soviet, belum lagi uang yang diterima dari negara-negara sosialis lainnya.
Kuba bahkan mendapat keuntungan dari subsidi dari rezim Venezuela, yang dengan sendirinya menerima miliaran dari Tiongkok, yang mencakup 70 persen konsumsi negara tersebut. Juga menerima ratusan juta dari organisasi internasional.
Meskipun demikian, peringkat Nationmaster, yang membandingkan gaji rata-rata untuk negara-negara di seluruh dunia, menempatkan Kuba sebagai tempat terakhir (176 tempat) di dunia, dengan gaji rata-rata $25,05 per bulan pada tahun 2014.
Kekurangan produk-produk dasar mempengaruhi 70 persen populasi tersebut, menurut El Diario de Cuba dan Infobae. Angka-angka ini membatalkan propaganda terkenal yang mengklaim bahwa “tidak ada kekurangan gizi,” karena hampir semua orang Kuba menderita akibat kekurangan ekonomi dari satu jenis atau lainnya.
Siapa pun yang bepergian ke Kuba dapat melihat bahwa pengulangan “tidak ada kekurangan gizi pada anak” secera terus-menerut tersebut adalah salah dan hanya mencoba membela sebuah rezim yang masih menggunakan kartu jatah dan menyebarkan kesengsaraan.
UNICEF hanya memperhatikan bahwa jumlah anak-anak dengan berat badan kurang telah berkurang hingga 4 persen, sebuah angka besar dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.
Selain itu, Kuba memikul “perawatan kesehatan gratis yang paling mahal di dunia,” seperti yang saya katakan di Havana. Dongeng tentang kualitas dan universalitas perawatan kesehatan tersebut telah terbongkar beberapa kali. María Werlau, dari LSM Cuba Archive, menjelaskan, “Perawatan kesehatan di Kuba sangat buruk bagi warga biasa. Ada apartheid (diskriminasi atas dasar ras) yang menyukai elit penguasa dan orang-orang asing yang membayar dengan dolar.”
Satu-satunya cara Kuba bisa mengejar negara berkembang lainnya adalah dengan menyingkirkan komunisme. (ran)
Daniel Lacalle adalah kepala ekonom di hedge fund Tressis dan penulis “Escape From the Central Bank Trap,” diterbitkan oleh BEP.
ErabaruNews – Musim dingin ekstrim melanda sebagian wilayah Amerika Serikat baru-baru ini. Warga pun berusaha menghangatkan badan dengan berbagai cara.
Salah satu cara yang umum digunakan untuk menghindari dingin yang mencekam adalah dengan menggunakan selimut listrik.
Namun sayang, selimut listrik itu justru menjadi biang kerok kebakaran yang menewaskan seorang nenek di Missouri, AS, baru-baru ini.
Lucille West, 96 tahun, meninggal pekan lalu di sebuah rumah sakit setempat, seperti dikutip dari The Epoch Times, Sabtu (13/1/2018). Dia sebelumnya ditemukan tidak sadarkan diri di rumahnya di Lone Jack, Missouri, oleh petugas pemadam kebakaran yang menanggapi kobaran api di rumah itu.
Kepala Pemadam Kebakaran Kabupaten Lone Jack, David Kelsey mengatakan bahwa rumah West ada di seberang posko pemadam kebakaran. Sehingga petugas pemadam kebakaran dapat merespons kobaran api dengan cepat. Namun, karena api dan asap sangat kuat, wanita tua itu gagal bertahan.
Kelsey mengaku yakin bahwa api mematikan itu disebabkan oleh selimut listrik yang sedang dipakai.
“Dia memiliki sumber panas yang terbatas di dalam rumahnya. Dia menggunakan pemanas ruang gas alam dan beberapa pemanas listrik lainnya, serta beberapa selimut listrik agar tetap hangat di malam hari,” jelas Kelsey.
Electric blanket may have sparked Missouri fire that killed 96-year-old woman https://t.co/IhcCWPF0nt
Nenek itu juga tidak memiliki detektor asap di rumahnya. Sehingga tidak ada alaram peringatan ketika api mulai muncul.
Tetangga korban, John Cimino mengatakan kepada wartawan bahwa suhu udara turun drastis ketika itu. Dia juga menggunakan metode serupa untuk menjaga agar rumahnya tetap hangat.
“Sangat sulit, terutama jika Anda memiliki panas listrik. Saya telah hidup dengan panas gas sepanjang hidup saya, dan panas listrik benar-benar berbeda. Itu tidak membuat Anda mendekati hangat,” kata Cimino.
Tetangga yang lain, Ryan Gardner mengatakan bahwa api yang merenggut hidup tetangganya mengejutkan komunitas kecil yang terletak sekitar 30 mil sebelah tenggara Kansas City.
“Sulit sebagai komunitas karena, di sini, di Lone Jack, kami adalah komunitas yang sangat erat, dan semua orang mengenal kehidupan setiap orang dan semua orang. Ini menyedihkan,” kata Gardner kepada wartawan Fox4.
Chief Kelsey bahkan menyebut kematian West sebagai kehilangan besar.
“Melihat dia setiap hari, saat saya masuk dan keluar kantor. Saat cuaca bagus, dia hampir selalu berada di luar, dan kami akan bertukar sapa dan obrolan. Dia akan sangat dirindukan,” tutup kepala Pemadam. (waa)
Terlepas dari anggaran militer yang sedang berkembang di negara itu, Tiongkok belum pernah berperang sejak tahun 1979. Namun, hal itu tidak menghentikan senjata Tiongkok sejak melihat penggunaan ekstensif di dalam konflik zona-zona antar benua, dan berada di tangan teroris dan kediktatoran paling terkenal di dunia.
Sebuah laporan baru-baru ini yang mengumpulkan tiga tahun penelitian telah mengindikasikan bahwa seperti Amerika Serikat, Rusia, dan negara-negara lain dalam memerangi kelompok teroris Negara Islam (ISIS), proporsi terbesar dari persenjataan mereka berasal dari pabrik senjata Tiongkok. Sepenuhnya 43 persen senjata yang diambil oleh ISIS buatan dari Tiongkok, dibandingkan dengan 1,8 persen asal Amerika.
Laporan tersebut, yang diterbitkan oleh Conflict Armament Research yang berbasis di Inggris, mengatakan bahwa temuannya “cerminankecenderungan-kecenderungan besar di pasar global untuk bahan perlengkapan kaliber Pakta Warsawa. Tiongkok mendominasi sebagai produser.”
Tiongkok, yang masih menjadi salah satu importir senjata dunia, sedang berjuang untuk mendapatkan pangsa pasar ekspor yang lebih besar. Menurut sebuah laporan oleh Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), penjualan persenjataan Tiongkok meningkat dari 3,8 persen dari total global menjadi 6,2 persen antara tahun 2011 dan 2016, yang menyalip Prancis sebagai eksportir senjata terbesar ketiga.
Rusia dan Amerika Serikat masih mendominasi ekspor militer secara keseluruhan, terhitung lebih dari setengah dari total dunia. Tetapi di mana kedua saingan abadi tersebut memasok kebanyakan adalah sekutu dan negara klien masing-masing, sedangkan Beijing memasok pada siapa saja yang mau membayar.
Pasar Murah
Selama beberapa dekade, persenjataan Tiongkok telah banyak didasari pada salinan (tiruan) tidak secara langsung dari perangkat keras Soviet atau Rusia. Dan sementara desain Tiongkok telah melakukan perbaikan besar dalam beberapa tahun terakhir, mereka jauh dari para pesaing serius peralatan Rusia atau Barat.
Para klien (pembeli) Tiongkok cenderung adalah negara-negara yang tidak mampu membayar harga persenjataan rezim Rusia atau A.S, atau kelompok-kelompok atau rezim-rezim yang dalam keadaan khusus dikenai sanksi internasional, sebuah fenomena yang dapat menjelaskan mengapa sebagian besar senjata buatan Tiongkok berada di tangan ISIS.
Tahun lalu, rezim Tiongkok menyumbangkan sekitar $300 juta senjata polisi ke Filipina, di mana ribuan orang dengan cepat telah dieksekusi seolah-olah sebagai bagian dari perang presiden Rodrigo Duterte terhadap obat-obatan terlarang. Beijing juga telah memasok Venezuela dengan peralatan anti huru-hara untuk membantu menekan perbedaan pendapat yang disebabkan oleh upaya-upaya Amerika Selatan yang gagal dalam sosialisme autarkis. Laporan yang tersebar bahkan menunjukkan bahwa modernisasi militer Korea Utara dan program rudal balistiknya telah menerima bantuan dari faksi-faksi di Partai Komunis Tiongkok (PKT) meskipun Tiongkok secara resmi mendinginkan hubungan dengan Pyongyang.
Tiongkok telah memiliki sejarah dalam menyediakan persenjataan murah untuk setiap dan semua rezim. Pada tahun 1993, pemerintah Rwanda membeli cukup banyak golok dari Tiongkok untuk mempersenjatai sepertiga populasi laki-laki; Tahun berikutnya, lebih dari 800.000 orang, sebagian besar etnis Tutsi, dibunuh selama sekitar 100 hari di Genosida Rwanda yang terkenal itu.
Dari tahun 1975-1979, rezim komunis Khmer Merah di Kamboja telah membunuh atau membuat mati kelaparan hingga seperempat dari populasi negara tersebut. Khmer Merah menerima bantuan teknis dan material dari Tiongkok, meskipun 200.000 orang Tionghoa-Kamboja dibunuh.
Pada tahun 1979, pasukan Vietnam menyerang dan menjatuhkan Khmer Merah. Sebagai tanggapan, Tiongkok meluncurkan invasi singkat ke Vietnam, yang juga sebuah negara komunis tetapi di kamp ideologis Uni Soviet, untuk menghukumnya karena telah menjatuhkan sekutu Beijing.
Negara yang Bersandar Hidup Sebagai Penyelundup Senjata
Pada bulan November 2015, orang dalam yang bekerja sebagai insinyur umum di sebuah perusahaan pertahanan yang dikelola negara Tiongkok memberikan sebuah wawancara dengan penyiar radio berbahasa Tiongkok di luar negeri Sound of Hope, yang menggambarkan bagaimana kombinasi antara korupsi dan dukungan dari PKT memfasilitasi penawaran senjata terlarang antara pemasok Tiongkok dan kelompok pemberontak asing.
“Ambil contoh Somalia; PKT memiliki kedutaan di sana, “orang dalam, yang identitasnya tidak diungkapkan karena alasan keamanan, mengatakan. “Mereka tahu kekuatan mana yang dari pemerintahan dan yang merupakan pemberontak dan berbisnis dengan para bos. Ketika para bos tersebut membutuhkan sesuatu, kedutaan tersebut mengetahui dan melaporkannya ke Kementerian Luar Negeri, yang memberitahu Kementerian Pertahanan, yang pada gilirannya menghubungi perusahaan ekspor.”
Cara pengiriman peralatan yang dibutuhkan tergantung pada klien tersebut. Dalam kasus pemberontak Somalia atau bajak laut, partai Tiongkok akan memilih transaksi di laut. Armada selatan Angkatan Laut Tiongkok akan mengirim kapal-kapal untuk mengangkut barang-barang tersebut, karena “Armada Selatan tersebut dapat menggunakan ini sebagai alat untuk memperluas pengaruhnya di Laut Tiongkok Selatan dan juga samudra Indo-Pasifik, dan juga karena perairan internasional adalah lokasi yang nyaman untuk melakukan perdagangan.”
Orang dalam juga menggambarkan bagaimana perusahaan-perusahaan Tiongkok akan mengirim senjata melintasi perbatasan Tiongkok ke Afghanistan untuk dijual ke para militan. Penjaga perbatasan Tiongkok akan diberi perintah terlebih dahulu dari otoritas Partai yang lebih tinggi untuk mengijinkan seluruh pengiriman-pengiriman tersebut.
Uang yang dibuat dalam transaksi-transaksi ini dikirim ke rekening bank luar negeri yang dikendalikan oleh pejabat-pejabat militer Tiongkok. “Uang ini tidak masuk ke rekening wilayah militer Tiongkok,” kata orang dalam tersebut, “Namun akan disimpan oleh CEO perusahaan ekspor tersebut, katakanlah, di sebuah rekening HSBC. Hanya beberapa jenderal yang tahu kemana uang tersebut perginya.” (ran)
Pada Rabu (10/1/2018) beredar berita kasus pencurian dengan cara keterlaluan yang dilakukan seorang pria Rusia.
Demi mencuri minuman beralkohol dari sebuah supermarket ia mengendarai tank untuk mendobrak partisi yang berkaca. Saat itu juga pria tersebut ditangkap.
Menurut laporan media lokal bahwa insiden pencurian itu terjadi pada sebuah supermarket yang terletak di lingkaran kutub utara bernama Apatity.
Sekitar pukul 03.00 dini hari itu tiba-tiba terdengar suara keras yang membuat petugas supermarket tersebut terkejut dan berlari keluar untuk melihat apa yang terjadi.
Petugas menemukan sebuah kendaraan perang masuk ke dalam supermarket dengan mendobrak partisi yang berkaca, melihat seorang pria sedang mencuri botol yang berisi minuman beralkohol. ia langsung menangkapnya.
Суровая русская действительность!
Житель Мурманской области угнал бронетранспортер с полигона, чтобы украсть бутылку вина из магазина.
Эту страну не победить! 😂😂😂#РоссияРодинаМояpic.twitter.com/vZu342Zcja
Petugas supermarket tersebut mengatakan, pria itu tidak tampak ada tanda-tanda mabuk, tetapi ia lebih kelihatan seperti orang yang tidak mahir dalam mengendarai tank itu.
Melalui pengusutan kemudian diketahui bahwa pria tersebut mencuri tank dari sebuah pangkalan tentara rakyat, bahkan dalam perjalanan menuju supermarket itu ia juga menabrak sebuah mobil.
Meskipun ada sumber berita lain yang mengatakan bahwa pria itu sedang mabuk minuman. (Sinatra/asr)